| Dimensi Benda | : |
Panjang Lebar Tinggi Tebal Diameter Berat |
| Jenis Struktur | : | Kolonial |
| Jenis Bangunan | : | Kolonial |
| Fungsi Bangunan | : | Rumah/Permukiman |
| Komponen Pelengkap | : |
|
| Fungsi Situs | : | Rumah/Permukiman |
| Fungsi | : | Rumah/Permukiman |
| Tokoh | : | John Kersch |
| Konteks | : | John Kersch adalah mantan masinis pabrik gula di Pleret, Bantul (Pabrik Gula Kedaton Pleret). Pada tahun 1912 John Kersch meminta izin menetap dan izin usaha di Pantai Parangtritis (sebelah barat Pantai Parangtritis) kepada pemerintah Hindia Belanda karena tempat tinggalnya di Kampung Jayaningratan terkena proyek pelebaran Kantor Pegadaian Gondokusuman. Permohonan John Kersch disetujui oleh Gupremen (Gouvernement). John Kersch kemudian membeli lahan di sebelah barat Pesanggrahan Parangtritis dari warga Dukuh Mancingan. John Kersch membangun rumah tinggal serta mendirikan usaha penginapan yang juga menjadi tempat berjualan makanan dan minuman. Disebutkan bahwa Gupremen meminta kepada John Kersch supaya tidak menarik biaya sewa kamar jika ada pihak Keraton Yogyakarta atau Pamongpraja yang datang berkunjung dan menginap. Hal ini disebutkan sebagai pengganti pajak perizinan tinggal dan usaha di Parangtritis. Dari buku Pesanggrahan Parangtritis 1933-2011 terbitan Bentara Budaya, jarak antara Pesanggrahan Parangtritis dengan penginapan atau Hotel John Kersch diperkirakan sekitar 50 elo (1 elo= 0,688m) atau lebih kurang 35 m. Disebutkan pula bahwa bagian belakang Hotel John Kersch berbatasan dengan tanah Pesanggrahan Parangtritis. Sumber air yang dialirkan ke Pesanggrahan Parangtritis di Umbul Payung juga menjadi sumber air bagi Hotel John Kersch serta areal persawahan yang dikelolanya. John Kersch juga membangun rumah panggung di bukit kecil yang terletak tidak jauh dari hotelnya. Rumah panggung digunakan sebagai tempat untuk menikmati pemandangan pantai. Lahan di sebelah utara dan belakang hotel merupakan tanah kas Kalurahan yang dimanfaatkan John Kersch untuk berkebun. Hasil dari kebun tersebut dimanfaatkan untuk keperluan hotelnya. Kepada pemerintah Kalurahan, setiap tahun John Kersch membayar sewa tanah. Usaha hotel yang didirikan oleh John Kersch menarik banyak wisatawan untuk datang ke Parangtritis. Warga Mancingan pun mulai banyak berjualan di sekitar pantai. Oleh penduduk Dukuh Mancingan John Kersch dikenal sebagai tokoh perintis yang banyak membuka peluang pekerjaan bagi penduduk setempat. Peluang-peluang tersebut berhasil mengangkat ekonomi masyarakat Dukuh Mancingan. Selain membangun hotel, John Kersch juga melengkapi fasilitas hotel tersebut dengan sebuah kolam renang yang dibangun di sisi tenggara hotel pada jarak kurang lebih 200 m. Hotel John Kersch sudah tidak ditemukan bekasnya namun kolam renang yang dibangunnya masih dilestarikan dan difungsikan hingga sekarang. Untuk mengembangkan usahanya John Kersch membeli tanah di sebelah timur Hotel John Kersch/Pesanggrahan Parangtritis yang digunakan untuk kolam ikan. Lokasi kolam tersebut disebut Porangan. Dinamakan demikian sebab menjadi muara akhir dari aliran sungai dan juga buangan dari rumah tangga. Versi lain menyebutkan bahwa nama Porangan berasal dari nama pohon porang atau suweg/walur (sejenis bunga bangkai) yang dulunya banyak terdapat di daerah ini. Lokasi tanah Porangan masih berada dalam satu kompleks dengan Pantai Parangendog. Di kawasan tersebut, mengalir sungai yang kemudian mendukung pengelolaan sawah dan juga kolam wisata. Di kolam ini pengunjung dapat menikmati pemandangan alam dan berperahu. Penghasilan yang diperoleh dari wisata di kolam ini digunakan John Kersch untuk memperbaiki sungai yang mengalir di kawasan Porangan. Perbaikan dilakukan dengan memasukkan ijuk di gorong-gorong yang mengalirkan air ke kolam sehingga air menjadi lebih jernih. Oleh John Kersch bibit ikan mas dan gurameh disebarkan untuk menambah keindahan kolam. Di Porangan, John Kerch membangun rumah kecil menghadap ke arah selatan. Di samping kolam juga dibangun pendapa dengan atap sesek (anyaman bambu) yang kemudian disebut dengan Bale Kambang. Untuk bersantai di bangunan ini, terdapat kursi dan dhingklik (kursi panjang tanpa sandaran) untuk menikmati pemandangan seputaran Pantai Parangendog dan Pegunungan Banjeng di sisi timur Parangtritis. Kawasan Porangan hingga saat ini masih terjaga keasriannya. Sebagian besar kawasan Porangan dimanfaatkan sebagai areal persawahan dan juga kebun. Debit sungai yang melintasi Porangan sangat baik di musim hujan sedangkan pada musim kemarau mengalami penurunan debit air yang cukup signifikan. |
| Nilai Sejarah | : | merupakan informasi tentang kehidupan masa lalu, bahwa di Parangtritis dipakai sebagai tempat rekreasi. |
| Nilai Ilmu Pengetahuan | : | mempunyai potensi untuk diteliti dalam rangka menjawab masalah di bidang ilmu arkeologi, sejarah, arsitektur dan teknik bangunan |
| Nilai Budaya | : | memiliki nilai budaya bagi penguatan kepribadian bangsa yaitu sejarah pembentukan sektor pariwisata di Parangtritis |
| Nama Pemilik Terakhir | : | Sultan Ground |
| Nama Pengelola | : | Mbah Surip dan cucunya yang bernama Lindung |
| Catatan Khusus | : | Koordinat pada NR: 49- M X: 426843 Y: 9112985 Mdpl: 25m |