Rumah Indis Milik Bapak Muhadi Djajus di Padukuhan Karangasem, Kalurahan Sitimulyo, Kapanewon Piyungan, Kabupaten Bantul menghadap selatan. Atap bangunan berbentuk limasan model cere gancet. Bangunan rumah berukuran 9,6 m x 13,1 m, serta tinggi dindingnya 3,70 m. Di bagian depan rumah terdapat undakan tangga berjumlah dua buah yang tertutup oleh keramik berwarna krem berukuran 40 cm x 40 cm. Undakan tersebut berukuran lebar 40 cm, dan tinggi 17-19 cm.
Rumah Indis memiliki enam ruangan, masing-masing berfungsi sebagai ruang depan/ ruang tamu, lorong, kamar tidur di sebelah kanan dan kiri lorong, ruang makan dan kamar di sebelah ruang makan.
Ruang depan/ ruang tamu
Ruang depan/ ruang tamu berukuran 9,6 m x 6,0 m. Ruang depan memiliki lima buah pintu dan sebuah jendela. Masing-masing keletakannya ialah, tiga pintu di sisi selatan berfungsi sebagai pintu masuk ke dalam rumah, sebuah pintu di sisi timur menghubungkan ruang tamu dengan garasi, serta sebuah pintu menghubungkan antara ruang tamu dengan lorong. Jendela terdapat di sisi barat ruang tamu.
Lorong
Lorong berukuran 4,20 m x 2,60 m. Lorong menghubungkan ruang tamu dan menjadi pengantara untuk kamar di sebelah kanan dan sebelah kiri lorong. Di setiap sisi lorong terdapat satu buah pintu, masing-masing pintu menghubungkan lorong dengan ruang depan, kamar sisi kanan, kamar sisi kiri, dan ruang makan. Ambang pintu yang menghubungkan lorong dengan ruang tamu dan dengan ruang makan sama ukurannya, yakni 256 cm x 138 cm, serta daun pintunya berukuran 202 cm x 63 cm.
Kamar sisi kanan
Kamar sisi kanan berukuran 3,50 m x 3,50 m. Di dalam kamar ini terdapat jendela di sisi timur yang menghadap garasi, serta pintu yang menghubungkan kamar dengan lorong.
Kamar sisi kiri
Kamar sisi kiri berukuran: 3,50 m x 3,50 m. Pada kamar ini jendela terdapat di sisi barat, serta pintu yang menghubungkan kamar dengan lorong.
Ruang makan
Ruang makan berukuran: 4,02 m x 5,60 m. Ruang ini memiliki lima buah pintu, yakni: dua buah pintu di sisi selatan yang menghubungkan ruang makan dengan lorong, dua buah pintu di utara yang menghubungkan ruang makan dengan luar rumah, sebuah pintu di sisi timur yang menghubungkan ruang makan dengan garasi, serta pintu di sisi barat yang menghubungkan ruang makan dengan kamar sebelah ruang makan.
Kamar sebelah ruang makan
Kamar sebelah ruang makan berukuran: 3,6 m x 3,6 m. Kamar memiliki sebuah jendela di sisi barat serta pintu di sisi timur yang menghubungkan kamar dengan ruang makan.
Dimensi Benda | : |
Panjang Lebar Tinggi Tebal Diameter Berat |
Komponen Pelengkap | : |
|
Peristiwa Sejarah | : | Kebudayaan Indis berkembang di Indonesia pada abad ke-18 sebagai hasil dari percampuran antara budaya Belanda (Eropa) dan budaya pribumi. Kebudayaan Indis mencakup munculnya gaya hidup pejabat Belanda dan arsitektur rumah tinggal yang berbeda dengan pribumi. Perbedaan ini disebabkan keinginan Belanda untuk memiliki gaya hidup, serta bangunan rumah tinggal yang berbeda dengan orang pribumi yang dinilai kedudukannya lebih rendah. Kebudayaan Indis pertama kali berkembang di kota-kota pesisir yang terletak di hilir sungai seperti Batavia, Semarang, dan Surabaya. Kota-kota tersebut berdiri di atas bekas rawa-rawa dan dinilai kurang sehat oleh Belanda. Oleh karenanya pejabat Belanda mulai memasuki wilayah pedalaman yang dinilai lebih baik dan lebih sehat. Dalam proses ini, unsur-unsur kebudayaan setempat diambil untuk menyesuaikan diri dengan kondisi hidup sekitar yang baru. Kebudayaan Indis di Yogyakarta pertama kali tampak pada masyarakat keraton dan kemudian meluas pada masyarakat umum. Kebudayaan Indis mengakibatkan munculnya banyak budaya baru yang mencakup berbagai bidang kehidupan, seperti: munculnya bahasa petjoek, perubahan prajurit lokal menjadi serdadu kolonial, lahirnya anak-anak Nyai, munculnya kaum priyayi Jawa, terdapatnya tanjidor, serta munculnya bangunan-bangunan bergaya Indis. Bangunan bergaya Indis adalah bentuk bangunan rumah tinggal para pejabat pemerintah Hindia Belanda yang memiliki ciri-ciri antara bentuk bangunan Belanda dan rumah tradisional. Bangunan yang memiliki bentuk demikian disebut juga dengan Indo-Europeesche Bouwkunst. Ada juga yang menyebutnya dengan Indische Huizen atau Indische Stijl yang artinya ‘gaya Indis’. Bangunan bergaya Indis dinamakan pesanggrahan atau landhuizen. Bangunan bergaya Indis merupakan hasil dari adaptasi arsitektur Belanda dengan pribumi dan dimanfaatkan sebagai rumah tinggal orang-orang Belanda ketika berada di luar Batavia. Landhuizen didirikan di wilayah baru Batavia (nieuve buurten) dengan corak bangunan yang mirip dengan rumah para pedagang kaya di kota Baarn dan Hilversum, Belanda. Bangunan Indis pada umumnya memiliki ciri: memiliki bilik-bilik luas yang banyak untuk hunian anggota keluarga, ruang dinding tembok tebal dari batu alam atau bata untuk menangkal panas, lantai ditinggikan di atas permukaan tanah untuk mengurangi kelembapan, kunci dan engsel dipahat dengan bagus untuk menunjukkan kekayaan, jendela dibuat lebar dan tinggi dan ditutup petak-petak gelas, serta adanya telundak (stoep) yang lebar di depan rumah sebagai tempat bersantai di sore hari. Rumah Indis Milik Bapak Muhadi Djajus dibangun pada tahun 1959 oleh Bapak Muhadi Djajus dengan gaya Indis. Rumah tersebut difungsikan sebagai rumah tinggal. Rumah pernah dimanfaatkan sebagai kantor BKIA (Balai Kesehatan Ibu dan Anak) Puskesmas pembantu serta pondok KKN. Selain itu pernah dipergunakan sebagai tempat menginap tim pemain sepak bola. Dulunya sering digunakan sebagai tempat pengajian warga setempat. |
Nilai Sejarah | : | rumah Indis Milik Bapak Muhadi Djajus memiliki nilai sejarah yang tinggi karena dibangun oleh Muhadi Djajus yang pernah menjabat sebagai pamong desa kepala urusan kemakmuran. Selain itu rumah Indis pernah difungsikan sebagai BKIA Puskesmas Pembantu Kapanewon Sitimulyo, Bantul. |
Nilai Ilmu Pengetahuan | : | Mempunyai potensi untuk diteliti dalam rangka menjawab masalah di bidang ilmu arkeologi, sejarah, arsitektur, dan teknik sipil. |
Nilai Budaya | : | Memiliki nilai budaya bagi penguatan kepribadian bangsa, yaitu sebagai karya unggul yang mencerminkan puncak pencapaian budaya dan benda yang mencerminkan jati diri bangsa dan daerah yakni kebudayaan Indis yang berkembang di Indonesia pada abad ke-19 hingga abad ke-20. |
Nama Pemilik Terakhir | : | Bapak Muhadi Djajus |
Nama Pengelola | : | Bapak Muhadi Djajus |
Catatan Khusus | : | Koordinat UTM SK : 49- X: 421234 Y: 9119037 |