Loading

Rumah Tradisional Milik Bapak Sardjono - II

Status : Bangunan Cagar Budaya

Deskripsi Singkat

Berdasarkan Peraturan Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor 40 Tahun 2014 tentang Panduan Arsitektur Bangunan Baru Bernuansa Budaya Daerah, rumah tradisional milik Bapak Sardjono (II) merupakan rumah tradisional jawa bergaya Mataram Islam Kerakyatan yang masih asli. Keseluruhan bangunan rumah ini terdiri dari bangunan berbentuk joglo dan limasan.  

Merupakan rumah tradisional jawa yang masih asli dan lengkap. Terdiri dari kuncungan, lintring, pendopo, dalem ageng dan gandhok. Pringgitan tidak ada. Gandhok berada di sebelah timur. Lantai dari batu putih persegi. Pada bagian joglo tiang ada 4 dengan atap tumpangsari tingkat 5.Umpak tiang dari batu giring yang dicat hitam. Bagian atap genteng masih asli yaitu menggunakan genteng kripik. Bangunan tidak memakai baudanyang, hanya memakai olor.

Tata ruang, interior dan ornamennya yang sederhana terpelihara sebagaimana mestinya. Seluruh kayu yang digunakan adalah kayu jati tanpa pelitur. Bangunan ini juga masih beralaskan tanah yang dikeraskan. Pada rumah limasan, blandar yang digunakan adalah kayu jati utuh tanpa sambungan.

Bangunan rumah ini terdiri dari 1 (satu) buah bangunan tipe joglo dan 1(satu) buah bangunan tipe kampung. Bangunan paling depan adalah Joglo dengan 16 buah tiang dari kayu jati. Merupakan bangunan terbuka tanpa dinding dengan lantai dari semen. Di samping bangunan joglo ini ada   bangunan tipe kampung yang digunakan sebagai tambahan. Masing-masing saling terhubung.  

Pemilihan bentuk bangunan rumah tinggal yaitu Joglo ini menunjukkan masih kuatnya nilai filosofi Jawa yang dianut dan dipercaya oleh pemiliknya pada saat rumah ini dibangun, sekaligus menunjukkan kepercayaan masyarakat pada umumnya saat itu. Mengacu pada bentuk atap yang mengambil filosofis bentuk sebuah gunung. Pada awalnya filosofis bentuk gunung tersebut diberi nama atap tajug, tapi kemudian berkembang menjadi atap joglo/juglo (tajug loro = dua tajug ~ penggabungan dua tajug). Dalam kehidupan manusia Jawa, gunung sering dipakai sebagai idea bentuk yang dituangkan dalam berbagai simbol, khususnya untuk simbol-simbol yang berkenaan dengan sesuatu yang sakral. Hal ini karena adanya pengaruh kuat keyakinan bahwa gunung atau tempat yang tinggi adalah tempat yang dianggap suci dan tempat tinggal para Dewa. Elemen bangunan joglo ini dapat dibagi menjadi 3(tiga) bagian yaitu:

1.     Kaki: terdiri atas pondasi, lantai dan umpak

2.     Badan: terdiri atas saka guru, tiang, dinding, pintu, jendela dan ventilasi

3.     Kepala: terdiri atas rangka atap, penutup atap dan langit-langit

Seperti pada bangunan tradisional Jawa lainnya, joglo ini terdiri dari pendopo, pringgitan, dalem ageng dan senthong.


Status : Bangunan Cagar Budaya
Periodesasi : Tradisional Jawa
Tahun : 1900
Alamat : Baros Lor RT 02/02, Monggol, Saptosari, Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta.
Koordinat:
8.052609° S, 110.535798° E


Lokasi Rumah Tradisional Milik Bapak Sardjono - II di Peta

Dimensi Benda : Panjang
Lebar
Tinggi
Tebal
Diameter
Berat
Ciri Fisik Benda
Ciri Fisik Benda
Fungsi Benda
Jenis Struktur : Tradisional
Dimensi Struktur
Jenis Bangunan : Tradisional
Fungsi Bangunan : Rumah/Permukiman
Komponen Pelengkap :
Gambaran Umum Bentuk Bangunan
Deskripsi Atap : Rangka atap terbuat dari kayu jati. Rangka atap bangunan joglo adalah brunjung berbentuk piramida yang terletak di atas ke empat saka guru. Bagian-bagian dari brunjung rumah joglo ini adalah: -         Uleng yang balok-balok kayunya disusun semakin ke atas semakin menyempit sehingga menyerupai bentuk piramida. Papan kayu di antara uleng yang disebut langit-langit (pyan) adalah polos. -         Dada paesi yaitu balok melintang yang ada di tengah pamidhangan. -         Tumpang Sari yaitu susunan balok yang disusun menyerupai piramida terdiri atas 4 susun. Secara struktural berfungsi sebagai penopang atap Joglo, sedangkan fungsi arsitektural merupakan bagian dari langit-langit utama struktur rongrongan (umpak-saka guru-sunduk-blandar). Tumpangsari ditopang langsung oleh balok blandar dan pengeret. Tumpangsari pada bangunan joglo rumah ini diukir indah dan merupakan center point bagi interior bangunan Joglo rumah ini.   Bagian atap genteng masih asli yaitu menggunakan genteng kripik.
Deskripsi Lantai : Lantai rumah joglo bagian depan aslinya adalah tanah, namun setelah dilakukan renovasi pada tahun 2015 diperkeras dengan semen. Perkerasan semen ini dilakukan dengan pertimbangan bahwa bangunan rumah ini sering digunakan untuk tempat berkumpulnya dan beraktivitas bersama warga masyarakat sekitar sehingga dipandang perlu untuk diperkeras dengan semen yang dianggap lebih bersih, nyaman, dan lebih indah. Namun demikian pada bangunan samping dan dapur masih seperti aslinya yaitu berlantai tanah.
Deskripsi Kolom/Tiang : 4 tiang utama atau saka guru yang menyangga atap pendopo terbuat dari kayu jati dengan ukuran tinggi 350 cm dan ukuran kayu jati 12 cm x 12 cm. Hubungan antara saka guru - sunduk - sunduk kili menggunakan sistim purus, sedangkan antara soko guru – pengeret dan blandar menggunakan sistim cathokan. Sistim persendian antara umpak dan soko guru dapat berfungsi untuk mengurangi getaran pada saat bencana gempa bumi, sedangkan sistem purus dan canthokan yang bersifat jepit terbatas menjadikan atap berlaku sebagai bandul yang menstabilkan bangunan saat menerima gaya gempa (berlaku seperti pendulum). Purus pathok merupakan purus dari tiang utama (saka guru) yang berfungsi sebagai penjaga kestabilan blandar pengeret dan pengunci cathokan. Purus wedokan yaitu purus yang dimasuki purus pathok tersebut.
Deskripsi Plafon : Seperti rumah tradisional Jawa pada umumnya, keseluruhan bangunan ini tidak memiliki plafon.  
Fungsi Situs : Rumah/Permukiman
Fungsi : Rumah/Permukiman
Peristiwa Sejarah : Berdasarkan sejaran pemiliknya, pada walnya rumah joglo ini terletak di Padukuhan Bacak yang berjarak ± 1 km dari lokasi rumah saat ini. Joglo ini dibeli oleh Mbah Pujinah (Mbah Ragil) kemudian diwariskan secara turun temurun kepada Mbah Karyo Jemiko (kakek Pak Sardjono), Ibu Ngatinah (Ibu Pak Sardjono ) yang merupakan anak, dan terakhir diwariskan kepada Pak Sardjono. Pada tahun 1992, rumah joglo ini dipindahkan ke Dusun Baros karena kondisinya yang tidak terawat. Dalam proses pemindahannya, joglo tidak dibawa dengan menggunakan kendaraan tetapi dibawa dengan menggunakan tenaga manusia ( dipanggul bersama ). Selain, kondisi kayu - kayu yang kotor dan mulai menghitam hanya dibersihkan dengan cara dihujan - hujankan, tidak diamplas maupun dipelitur. Keseluruhan bahan kayu yang digunakan merupakan kayu jati. Bangunan ini selain digunakan sebagai tempat tinggal juga difungsikan sebagai tempat kegiatan kemasyarakatan.  
Nilai Sejarah : Bangunan ini pernah berperan di dalam perjuangan kemerdekaan sebagai tempat pengungsian.Gaya bangunan rumah ini merepresentasikan kesejarahan gaya bangunan rumah tinggal pada masa itu sehingga dapat menjadi bahan edukasi dan informasi tentang gaya arsitektur rumah tinggal, materi bangunan, filosofi bangunan dan ruang, peruntukan dan pembagian masing-masing ruang, adaptasi dengan iklim, serta fungsinya di dalam interaksi sosial budaya masyarakat pada masa itu.
Nilai Ilmu Pengetahuan : Arsitektur dan Arkeologi : bangunan ini mempunyai bentuk yamg khas sebagai bangunan dengan ciri arsitektur tradisional Jawa bergaya Mataram Islam Kerakyatan Sosial : menjadi bahan edukasi dan informasi tentang gaya arsitektur rumah tinggal, materi bangunan, filosofi bangunan dan ruang, peruntukan dan pembagian masing-masing ruang, adaptasi dengan iklim, serta fungsinya di dalam interaksi sosial budaya masyarakat pada masa itu.
Nilai Pendidikan : pengetahuan tentang bentuk-bentuk rumah tradisional Jawa serta pengetahuan tentang budaya masyarakatnya yang memperlihatkan interaksi, filosofi, karya kreatif, bahan/material bangunan yang tersedia pada masa itu, serta tingkatan sosial dari pemilik bangunan.
Nilai Budaya : memperlihatkan sistem budaya baik interaksi antar anggota keluarga dan sosial masyarakat, maupun memperlihatkan pengetahuan pemilik akan materi bangunan serta filosofinya.
Pemilik
Nama Pemilik Terakhir : Bapak Harsodiyono (Ayah Bapak Sardjono)
Pengelolaan
Nama Pengelola : Bapak Sardjono