Loading

Batu Monolit Nomor Inventaris C.93d

Status : Benda Cagar Budaya

Deskripsi Singkat

Batu Monolit Nomor Inventaris C.93d terletak di kebun milik Toyono yang berada di atas bukit di sebelah selatan Gua Selarong. Batu monolit memiliki profil lis di bagian kakinya. Di atas lis terdapat profil ojief atau genta. Di ketiga sisi batu  terdapat hiasan ceplok bunga. Pada bagian atas batu monolit terdapat bekas terpotong yang tidak sempurna sampai kaki batu monolit.  

Di sekitar batu monolit terdapat tiga batu andesit. Ukuran masing-masing batu andesit yang tampak: 
Batu andesit 1: x  
Batu andesit 2: x 
Batu andesit 3: x 

Status : Benda Cagar Budaya
Periodesasi : Klasik
Alamat : Kompleks Gua Selarong, Kembangputihan, Guwosari, Pajangan, Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta.
Koordinat:
7.864335° S, 110.313439° E

SK Walikota/Bupati : SK BUP Bantul


Lokasi Batu Monolit Nomor Inventaris C.93d di Peta

Bahan Utama : Batu Andesit
Keterawatan : /
Dimensi Benda : Panjang atas: 86 cm; Bawah: 115 cm
Lebar atas: 46 cm; Bawah: 53 cm
Tinggi 47 cm
Tebal -
Diameter -
Berat -
Ciri Fisik Benda
Ragam Hias : Hiasan ceplok bunga
Ciri Fisik Benda
Ragam Hias : Hiasan ceplok bunga
Fungsi Benda
Ragam Hias : Hiasan ceplok bunga
Dimensi Struktur
Gambaran Umum Bentuk Bangunan
Peristiwa Sejarah : Agama Hindu telah berkembang di Jawa pada abad ke-5. Hal ini diketahui melalui Prasasti Ciareteun. Prasasti tersebut mengabarkan keberadaan Kerajaan Tarumanegara yang rajanya dipersamakan dengan Wisnu. Prasasti Ciareteun ditulis dalam aksara Pallawa dan bahasa Sanskerta. Keterangan mengenai perkembangan agama Hindu berikutnya diperoleh dari Prasasti Dakawu/ Tukmas yang ditemukan di Grabag, Magelang, yang diperkirakan berasal dari abad ke-6 hingga ke-7. Prasasti tersebut juga dituliskan dalam aksara Pallawa dan bahasa Sanskerta. Di dalam prasasti disebutkan tentang mata air suci yang mengalirkan sungai selayaknya Sungai Gangga. Melalui Prasasti Canggal (732 M) yang ditemukan di Salam, Magelang, dapat diketahui bahwa pada abad ke-8 telah berdiri sebuah kerajaan bercorak Hindu di wilayah Jawa Tengah dan Yogyakarta. Kerajaan tersebut diperintah oleh seorang raja bernama Sanjaya. Sanjaya mendirikan lingga untuk Siwa di atas Gunung Wukir (Muntilan, Magelang). Prasasti Canggal ditulis dalam bahasa Sanskerta dan aksara Pallawa. Bahasa dan aksara tersebut juga digunakan untuk Prasasti Kalasan yang ditulis pada tahun 778 M.  Prasasti Canggal bercorak Hindu, sedangkan Prasasti Kalasan bercorak Buddha. Meskipun demikian hal tersebut bukanlah hal yang aneh. Pada masa itu agama Hindu dan Buddha berkembang secara bersamaan dalam masyarakat. Bukti dari toleransi tersebut ialah pendirian bangunan keagamaan bercorak Hindu dan Buddha dalam lokasi yang saling berdekatan, contohnya Candi Prambanan/ Siwagrha (856 M) yang dikelilingi oleh candi-candi bercorak Buddha seperti: Candi Kalasan (778 M) dan Candi Sewu/ Manjusrigrha (792 M). Berkembangnya kebudayaan Hindu di wilayah Kabupaten Bantul dapat diketahui dengan temuan berupa bangunan, arca-arca dan tinggalan lainnya yang tersebar dari bagian utara hingga selatan. Di Parangtritis dekat pantai selatan ditemukan runtuhan candi dengan beberapa arca, menunjukkan persebaran kebudayaan Hindu tidak hanya ada di sekitar Prambanan, Kabupaten Sleman. 
Konteks : Batu Monolit Nomor Inventaris C.93d diperkirakan merupakan bagian dari struktur yang diperkirakan berada di sekitar Gua Selarong. Di sekitar batu monolit terdapat sejumlah batu andesit berukuran kecil dan sedang yang masih tertanam dalam tanah. Diperkirakan bahwa struktur masih tertutup oleh tanah bukit yang rawan longsor. Batu monolit tercatat dalam Herinventarisasi Cagar Budaya di Kapanewon Pajangan, Kabupaten Bantul Tahun 2016 Balai Pelestarian Cagar Budaya Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta dengan Nomor Inventaris C.93d. Ketika disurvei oleh Tim Penetapan Cagar Budaya Kabupaten Bantul pada tanggal 3 Februari 2021, Batu Monolit Nomor Inventaris C.93d masih berada di tempatnya sebagaimana tercatat dalam Herinventarisasi Balai Pelestarian Cagar Bbudaya Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2016. Dengan adanya temuan Batu Monolit Nomor Inventaris C.93d, dapat diketahui bahwa di Kalurahan Guwosari, Pajangan, Bantul pernah berkembang agama Hindu. 
Nilai Sejarah : Merupakan informasi tentang kehidupan masa lalu, bahwa di Kalurahan Guwosari, Kapanewon Pajangan, Kabupaten Bantul sudah ada masyarakat penganut agama Hindu dalam tata kehidupan yang terstruktur. 
Nilai Ilmu Pengetahuan : Mempunyai potensi untuk diteliti dalam rangka menjawab masalah di bidang ilmu arkeologi, sejarah, dan antropologi.
Nilai Agama : Menunjukkan adanya benda terkait dengan aktivitas keagamaan atau religi agama Hindu pada abad ke-8 hingga abad ke-10.
Nilai Budaya : Sebagai karya unggul yang mencerminkan puncak pencapaian budaya dan benda yang mencerminkan jati diri bangsa dan daerah yakni kebudayaan Hindu di Jawa pada abad ke-8 hingga abad ke-10.
Pemilik
Nama Pemilik Terakhir : Negara
Pengelolaan
Nama Pengelola : Toyono
Catatan Khusus : Koordinat pada SK: 49 M X: 424315 Y: 9130638Elevasi: 109 mdpl Kondisi Saat Ini: Batu Monolit Nomor Inventaris C.93d tidak terawat. Lumut tumbuh di sisi-sisi batu. Terdapat tiga buah batu andesit di sekitar batu monolit yang diperkirakan merupakan bagian dari struktur.