Yoni berasal dari bahasa Sanskerta yang artinya kandungan atau rahim atau sebagai lambang wanita. Yoni merupakan simbol dari Dewi Parwati, yakni pasangan/sakti dari Dewa Siwa yang merupakan dewa tertinggi dalam agama Hindu. Keberadaan yoni pada umumnya disertai dengan lingga yang merupakan lambang Dewa Siwa. Lingga yang ditempatkan di atas yoni merupakan lambang penyatuan antara Dewa Siwa dan Dewi Parwati.
Yoni bersama dengan lingga melambangkan atau menggambarkan penyatuan antara mikrokosmos dan makrokosmos, serta penciptaan dan regenerasi alam semesta. Meskipun demikian konsep ini terdapat pula pengecualiannya walau jarang terjadi, yakni yoni yang tidak dipasangkan dengan lingga tetapi dijadikan lapik arca. Yoni yang demikian ditemukan di Candi Siwa Komplek Percandian Prambanan, yakni sebagai lapik arca Siwa Mahadewa.
Lingga terdiri dari 3 (tiga) bagian bulat di atas yang disebut siwabhanga, segi 8 (delapan) di tengah disebut wisnubhanga, dan segi 4 (empat) di bawah disebut brahmabhanga. Dikenal pula lingga semu yang tanpa bagian segi 8 (delapan) atau wisnubhanga. Lingga semu biasa dipakai untuk pembatas sehingga disebut lingga patok.
Yoni Nomor Inventaris C.93 di Padukuhan Kembangputihan, Kalurahan Guwosari, Kapanewon Pajangan, Kabupaten Bantul terletak di sebelah barat daya Gua Selarong I. Yoni ditempatkan dengan posisi terbalik sehingga lubang yang ada di tengah yoni tidak kelihatan. Pada sisi-sisi yoni terdapat hiasan berupa profil berjumlah tiga buah. Selain itu juga terdapat profil sisi genta pada bagian atas dan bawah. Saat ini yoni ditempatkan/ditanam dalam posisi terbalik di dalam lantai gua dengan kedalaman sekitar 3 cm yang diperkuat dengan plesteran semen.
Keterawatan | : | / |
Dimensi Benda | : |
Panjang - Lebar - Tinggi - Tebal - Diameter - Berat - |
Peristiwa Sejarah | : | Pemujaan Siwa berkembang di Jawa pada abad ke-7. Hal ini diketahui melalui Prasasti Dakawu/Tukmas yang ditemukan di Grabag, Magelang. Di dalam prasasti disebutkan tentang mata air suci yang mengalirkan air layaknya Sungai Gangga. Pada abad ke-8, seorang raja bernama Sanjaya disebutkan telah mendirikan lingga di atas Gunung Wukir sebagai bentuk baktinya pada Siwa. Keterangan yang diperoleh melalui Prasasti Canggal (732 Masehi) ini memberikan gambaran bahwa agama kerajaan Mataram Kuno kala itu adalah agama Hindu yang memuja Dewa Siwa. Selanjutnya pemujaan atas Siwa juga tergambar melalui pendirian Candi Prambanan pada abad ke-9. Melalui prasasti-prasasti tentang Prambanan (856 Masehi) disebutkan proses pemindahan sungai untuk pendirian Candi Prambanan yang juga disebut dengan nama Siwagrha, atau rumah Siwa. Nama Siwagrha sesuai dengan konsep candi sebagai rumah dewa, yakni tempat bertemunya dewa dengan pemujanya melalui perwujudan arca. Dalam pemujaan Siwa, yoni memiliki arti penting sebagai perwujudan dari Parwati, yakni pasangan dari Siwa. Lingga bersama dengan yoni menggambarkan penyatuan alam semesta dan melambangkan perputaran siklus kehidupan. Oleh karena itu pada umumnya yoni ditemukan berpasangan dengan lingga. Meskipun demikian Yoni Nomor Inventaris C.93 di Padukuhan Kembangputihan, Kalurahan Guwosari, Kapanewon Pajangan, Kabupaten Bantul tidak ditemukan bersama lingga. Dalam Laporan Inventarisasi Cagar Budaya di Kecamatan Pajangan, Kabupaten Bantul Tahun 1984, Yoni memperoleh nomor inventaris C.93. Ketika Balai Pelestarian Cagar Budaya Daerah Istimewa Yogyakarta melakukan kegiatan her-inventarisasi Cagar Budaya Kecamatan Pajangan pada tahun 2008 dan 2016, Yoni Nomor Inventaris C.93 masih berada di lokasi penemuannya yakni sebelah barat daya Gua Selarong I. Meskipun demikian ketika Tim Penetapan Cagar Budaya Daerah Istimewa Yogyakarta Wilayah Kerja di Bantul melakukan survei pada tanggal 3 Februari 2021, Yoni Nomor Inventaris C.93 di Padukuhan Kembangputihan, Kalurahan Guwosari, Kapanewon Pajangan, Kabupaten Bantul tidak ditemukan karena tertimbun longsor yang terjadi pada bulan Januari 2021. Setelah dilakukan pembersihan di area Gua Selarong pada bulan Maret 2021, barulah Yoni Nomor Inventari C.93 tampak kembali. Dengan adanya temuan Yoni Nomor Inventaris C.93, dapat diketahui bahwa di Desa Guwosari, Pajangan, Bantul pernah berkembang agama Hindu. Yoni Nomor Inventaris C.93 memperkuat temuan bercorak Hindu berupa arca Durga di Bantul yang pernah ditemukan dan dimuat dalam Rapporten van den Oudheidkundigen Dienst in Nederlandsch-Indie 1915 dengan Nomor Inventaris 1245. Dengan demikian, pada abad ke-8 sampai dengan abad 10 telah ada tinggalan agama Hindu di sekitar Bantul. |
Nama Pemilik Terakhir | : | Balai Pelestarian Cagar Budaya |
Alamat Pemilik | : | Jl. Raya Solo - Yogyakarta No.15, Keniten, Tamanmartani, Kec. Kalasan, |
Nomer Kontak | : | (0274) 496019 |
Nama Pengelola | : | Dinas Pariwisata Kabupaten Bantul |
Alamat Pengelola | : | Jl. Lingkar Timur, Bantul, Manding, Area Sawah, Trirenggo, Kec. Bantul |
Nomer Kontak | : | (0274) 6460222 |