Loading

Yoni Nomor Inventaris C.87 (Yoni Karanggede)

Status : Benda Cagar Budaya

Deskripsi Singkat

Yoni berasal dari bahasa Sanskerta yang artinya kandungan atau rahim atau sebagai lambang wanita. Yoni merupakan simbol dari Dewi Parwati, yakni pasangan/sakti dari Dewa Siwa yang merupakan dewa tertinggi dalam agama Hindu. Keberadaan yoni pada umumnya disertai dengan lingga yang merupakan lambang Dewa Siwa. Lingga yang ditempatkan di atas yoni merupakan lambang penyatuan antara Dewa Siwa dan Dewi Parwati.

Yoni bersama dengan lingga melambangkan atau menggambarkan penyatuan antara mikrokosmos dan makrokosmos, serta penciptaan dan regenerasi alam semesta. Meskipun demikian konsep ini terdapat pula pengecualiannya walau jarang terjadi, yakni yoni yang tidak dipasangkan dengan lingga tetapi dijadikan lapik arca. Yoni yang demikian ditemukan di Candi Siwa Komplek Percandian Prambanan, yakni sebagai lapik arca Siwa Mahadewa.

Lingga terdiri dari 3 (tiga) bagian bulat di atas yang disebut siwabhanga, segi 8 (delapan) di tengah disebut wisnubhanga, dan segi 4 (empat) di bawah disebut brahmabhanga. Dikenal pula lingga semu yang tanpa bagian segi 8 (delapan) atau wisnubhanga. Lingga semu biasa dipakai untuk pembatas sehingga disebut lingga patok.

Yoni dengan nomor inventaris C.87 yang berada di Padukuhan Ngireng-ireng, Kalurahan Panggungharjo, Kapanewon Sewon, Kabupaten Bantul masih utuh dengan ceratnya. Di bawah cerat terdapat pahatan berupa garuda yang berdiri di atas kura-kura. Pahatan ini merupakan penggambaran dari awatara Wisnu, yakni Kurma awatara.  Dalam mitologi, Wisnu menjelma menjadi kura-kura untuk memanggul Gunung Mandara yang digunakan sebagai pengaduk lautan demi menciptakan amerta atau air penghidupan. Setelah amerta tercipta, dewa-dewa berhasil memperoleh kekuatannya kembali untuk mengalahkan para asura (demon).

Adapun garuda merupakan kendaraan/wahana dan juga ciri khusus/laksana yang dimiliki oleh Wisnu. Garuda digambarkan menyangga cerat yoni dan berdiri di atas kura-kura/kurm?sana yang berada di atas naga. Garuda mengenakan hiasan mahkota/jamang, anting/kundala, kalung/hara, kalung manikam yang menjuntai/vaijayanti, kelat bahu/keyura, gelang tangan/kankana, dan gelang kaki/padawalaya. Pada bagian mulut naga terdapat bunga lotus yang mekar/padma.

Status : Benda Cagar Budaya
Tahun : 2022
Alamat : Karanggede, Panggungharjo, Sewon, Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta.
Koordinat:
428739° N, 913159° E

SK Walikota/Bupati : Keputusan Bupati Bantul Nomor 556 Tahun 2021


Lokasi Yoni Nomor Inventaris C.87 (Yoni Karanggede) di Peta

Keterawatan : /
Dimensi Benda : Panjang -
Lebar -
Tinggi -
Tebal -
Diameter -
Berat -
Ciri Fisik Benda
Ciri Fisik Benda
Fungsi Benda
Dimensi Struktur
Gambaran Umum Bentuk Bangunan
Peristiwa Sejarah : Agama Hindu telah berkembang di Jawa pada abad ke-7. Hal ini diketahui melalui Prasasti Dakawu/Tukmas yang ditemukan di Grabag, Magelang. Di dalam prasasti disebutkan tentang mata air suci yang mengalirkan air layaknya Sungai Gangga. Pada abad ke-8, seorang raja bernama Sanjaya disebutkan telah mendirikan lingga di atas Gunung Wukir sebagai bentuk baktinya pada Siwa. Keterangan yang diperoleh melalui Prasasti Canggal (732 Masehi) ini memberikan gambaran bahwa agama kerajaan Mataram Kuno kala itu adalah agama Hindu yang memuja Dewa Siwa. Selanjutnya perkembangan agama Hindu juga tergambar melalui pendirian Candi Prambanan pada abad ke-9. Melalui prasasti-prasasti tentang Prambanan (856 Masehi) disebutkan proses pemindahan sungai untuk pendirian Candi Prambanan yang juga disebut dengan nama Siwagrha, atau rumah Siwa. Nama Siwagrha sesuai dengan konsep candi sebagai rumah dewa, yakni tempat bertemunya dewa dengan pemujanya melalui perwujudan arca Berkembangnya kebudayaan Hindu di wilayah Kabupaten Bantul juga dapat diketahui melalui temuan berupa bangunan, struktur, arca, dan prasasti yang tersebar dari bagian utara hingga selatan Kabupaten Bantul. Di dekat Makam Syeh Belabelu Parangtritis telah ditemukan reruntuhan candi dan arca-arca yang menunjukkan bahwa persebaran kebudayaan Hindu tidak hanya ada di sekitar Prambanan. Yoni dalam ukuran relatif besar juga ditemukan di Pedukuhan Sembungan, Kalurahan Bangunjiwo, Kapanewon Kasihan, Kabupaten Bantul. Yoni di Sembungan tersebut memiliki keunikan yakni dibuat dari 3 (tiga) lapis batu, tidak seperti yoni biasanya yang dibuat dari batu monolit. Yoni di Karanggede ditemukan pada tahun 1983 oleh penduduk Dukuh Ngireng-ireng bernama Supartowiharjo ketika ia hendak menggali lubang sampah di pekarangannya. Yoni tersebut ditemukan di area makam dan tanah pekarangan yang di bagian tengahnya berupa gundukan tanah. Penemuan yoni kemudian ditindaklanjuti dengan ekskavasi untuk mengungkap jenis situs, sifat keagamaan, dan periodisasinya. Ekskavasi tersebut dilakukan oleh Suaka Peninggalan Sejarah dan Purbakala Yogyakarta (sekarang Balai Pelestarian Cagar Budaya) dalam tahun anggaran 1983/1984. Dalam kegiatan tersebut, ditemukan struktur dari batu andesit dan bata yang diperkirakan merupakan bagian dari bangunan pemujaan agama Hindu. Yoni di Karanggede tidak tercatat dalam R.O.D (Rapporten Oudheidkundige Dienst in Nederlandsch Indie) yang dibuat tahun 1915. Yoni di Karanggede baru memperoleh memperoleh nomor inventaris C. 78 dalam kegiatan Laporan Inventarisasi Kepurbakalaan di Kecamatan Sewon, Bantul Tahun 1989.
Pemilik
Nama Pemilik Terakhir : Belum AdaBalai Pelestarian Cagar Budaya Daerah Istimewa Yogyakarta.
Alamat Pemilik : Jl. Raya Solo - Yogyakarta No.15, Keniten, Tamanmartani, Kec. Kalasan,
Nomer Kontak : (0274) 496019
Pengelolaan
Nama Pengelola : Belum AdaBalai Pelestarian Cagar Budaya Daerah Istimewa Yogyakarta.
Alamat Pengelola : Jl. Raya Solo - Yogyakarta No.15, Keniten, Tamanmartani, Kec. Kalasan,
Nomer Kontak : (0274) 496019