Loading

Batu Komboran Kuda Peninggalan Pangeran Diponegoro

Status : Benda Cagar Budaya

Deskripsi Singkat

Batu Komboran Kuda terletak di dalam Situs Peninggalan Pangeran Diponegoro. Batu Komboran Kuda merupakan batu andesit monolit dengan lubang lebar yang ditatah  pada bagian atasnya digunakan sebagai tempat menaruh makan untuk kuda, biasanya terdiri dari dhëdhak (tepung kulit padi yang halus) , rèndèng (daun kacang tanah) yang dirajang dan dicampur dengan air.  Batu tesebut adalah batu komboran yang digunakan oleh kuda milik Pangeran Diponegoro. Batu komboran kuda yang masih ada di Situs Peninggalan Pangeran Diponegoro berjumlah 3 tiga buah.  

Status : Benda Cagar Budaya
Periodesasi : Tradisional Jawa
Alamat : Jl. HOS Cokroaminoto TR-III/430 , Tegalrejo, Tegalrejo, Kota Yogyakarta, Daerah Istimewa Yogyakarta.

SK Walikota/Bupati : SK WALKOT Yogyakarta


Bahan Utama : Batu Andesit
Keterawatan : Utuh dan Terawat,Tidak Utuh /
Dimensi Benda : Panjang Batu Komboran Kuda I (No. Inventaris BPCB: A.1450) 176 cm; Batu Komboran Kuda II (No.Inventarisasi BPCB: A.1451) 133 cm; Batu Komboran Kuda III (No. Inventaris BPCB : A.1452) 121 cm
Lebar Batu Komboran Kuda I (No. Inventaris BPCB: A.1450) 103 cm; Batu Komboran Kuda II (No.Inventarisasi BPCB: A.1451) 119 cm; Batu Komboran Kuda III (No. Inventaris BPCB : A.1452) 96 cm
Tinggi Batu Komboran Kuda I (No. Inventaris BPCB: A.1450) 46 cm; Batu Komboran Kuda II (No.Inventarisasi BPCB: A.1451) 50 cm; Batu Komboran Kuda III (No. Inventaris BPCB : A.1452) 44 cm
Tebal Batu Komboran Kuda I (No. Inventaris BPCB: A.1450) 8 cm; Batu Komboran Kuda II (No.Inventarisasi BPCB: A.1451) 8 cm; Batu Komboran Kuda III (No. Inventaris BPCB : A.1452) 15 cm
Diameter Panjang: 106 cm; Lebar: 81 cm; Kedalaman: 14 cm
Berat -
Ciri Fisik Benda
Ciri Fisik Benda
Fungsi Benda
Dimensi Struktur
Gambaran Umum Bentuk Bangunan
Konteks : Pangeran Diponegoro diasuh oleh nenek buyutnya Gusti Kangjeng Ratu Hageng (Permaisuri Sultan Hamengkubuwono I) di Tegalrejo. Nenek buyut Pangeran Diponegoro tidak tinggal di Keraton, ia memilih untuk tinggal di Tegalrejo sebuah desa di barat Keraton Yogya berjarak tempuh 1 jam dengan berjalan kaki. Alasan Ratu Hageng meninggalkan Keraton Yogyakarta, karena beliau sangat kecewa dengan persekongkolan keluarga yang tiada hentinya di keraton Pangeran Diponegoro tinggal di sebuah ndalem, berhalaman luas dengan taman, kebun pekarangan, dan kolam-kolam. Berdasarkan laporan dari seorang Belanda yang pernah berkunjung di Tegalrejo, disebutkan Pangeran Diponegoro memiliki permukiman yang luas dengan bangunan tembok yang luas dan tinggi jika dibandingkan dengan bangunan pangeran lainnya.Catatan Belanda tersebut menggambarkan tata letak bangunan yang meliputi sebuah pendapa, dan pagar tembok tinggi mengelilingi permukiman.  Konflik keluarga di lingkungan keraton tentunya dimanfaatkan oleh Belanda untuk mengadu domba keluarga kerajaan. Sampai akhirnya Residen Smissaert dan Patih Danurejo memerintahkan untuk pembuatan jalan yang melintasi halaman rumah Pangeran Diponegoro, hal tersebut memicu kemarahan Pangeran Diponegoro. Patok yang telah dipasang oleh Belanda  dicabut dan diganti dengan tombak. Hal tersebut berdampak pada penyerbuan kampung Tegalrejo dan rencana penangkapan Pangeran Diponegoro. Pada saat penyerbuan pintu gerbang depan telah tertutup oleh kompeni, maka Pangeran Diponegoro menjebol tembok sisi barat ndalem untuk meloloskan diri beserta keluarga dan pengikutnya menuju ke Selarong. Tegalrejo dibakar oleh musuh karena Pangeran Diponegoro tidak ditemukan.  Setelah peristiwa tersebut, maka kediaman Pangeran Diponegoro lenyap. Beberapa tinggalan yang masih tersisa kala itu, yaitu cepuri/pagar keliling ndalem termasuk tembok pagar yang dijebol oleh Pangeran Diponegoro, serta benda-benda tinggalan beliau yang berada di dalam cepuri/pagar salah satunya batu komboran kuda.
Nilai Sejarah : Karena benda ini memiliki keterkaitan historis dengan tempat tinggal Pangeran Diponegoro dan kuda milik beliau, Batu Komboran Kuda merupakan salah satu benda yang masih tersisa setelah kediaman Pangeran Diponegoro dibumihanguskan oleh Belanda. Benda tersebut terkait dengan perjuangan Pangeran Diponegoro di luar wilayah Kota Yogyakarta (Goa Selarong di Kabupaten Bantul 
Nilai Ilmu Pengetahuan : Batu Komboran Kuda merupakan salah satu benda tinggalan sejarah yang memiliki ciri khusus. Masyarakat Daerah Istimewa Yogyakarta pada zaman dahulu memanfaatkan batu yang ditatah/diberi lubang sebagai tempat makanan kuda.  
Nilai Budaya : Batu Komboran tersebut merupakan bukti saksi sejarah yang tidak terpisahkan dengan perjuangan Pangeran Diponegoro, karena Batu Komboran dimaksud sebagai tempat makan kuda perang milik Pangeran Diponegoro.
Pemilik
Nama Pemilik Terakhir : Kodam IV Diponegoro
Pengelolaan
Nama Pengelola : Kodam IV Diponegoro
Catatan Khusus : Kondisi Saat Ini: Batu Komboran Kuda saat ini masih tersimpan rapi  di lokasi Peninggalan Pangeran Diponegoro dengan kondisi yang masih sangat terawat. Pada beberapa bagian batu yang aus dan pecah, namun telah ditutup dengan campuran semen.Batu komboran tersebut ditempatkan pada bangunan beratap, yang ditempatkan di sebelah timur pendapa.