Loading

Batu Komboran Kuda Peninggalan Pangeran Diponegoro

Status : Benda Cagar Budaya

Deskripsi Singkat

Batu Komboran Kuda terletak di dalam Situs Peninggalan Pangeran Diponegoro. Batu Komboran Kuda merupakan batu andesit monolit dengan lubang lebar yang ditatah pada bagian atasnya digunakan sebagai tempat menaruh makan untuk kuda, biasanya terdiri dari dhëdhak (tepung kulit padi yang halus), rèndèng (daun kacang tanah) yang dirajang dan dicampur dengan air. Batu tesebut adalah batu komboran yang digunakan oleh kuda milik Pangeran Diponegoro. Batu komboran kuda yang masih ada di Situs Peninggalan Pangeran Diponegoro berjumlah 3 tiga buah.

Kondisi Saat Ini : 
Batu Komboran Kuda saat ini masih tersimpan rapi di lokasi Peninggalan Pangeran Diponegoro dengan kondisi yang masih sangat terawat. Pada beberapa bagian batu yang aus dan pecah, namun telah ditutup dengan campuran semen.
Batu komboran tersebut ditempatkan pada bangunan beratap, yang ditempatkan di sebelah timur pendapa.

Status : Benda Cagar Budaya
Alamat : Jalan HOS Cokroaminoto TR III/430 , Tegalrejo, Tegalrejo, Kota Yogyakarta, Daerah Istimewa Yogyakarta.

SK Walikota/Bupati : KepWal Yogyakarta Nomor 383 Th2021


Keterawatan : /
Dimensi Benda : Panjang -
Lebar -
Tinggi -
Tebal -
Diameter -
Berat -
Ciri Fisik Benda
Ciri Fisik Benda
Fungsi Benda
Dimensi Struktur
Gambaran Umum Bentuk Bangunan
Peristiwa Sejarah : Pangeran Diponegoro diasuh oleh nenek buyutnya Gusti Kangjeng Ratu Hageng (Permaisuri Sultan Hamengkubuwono I) di Tegalrejo. Nenek buyut Pangeran Diponegoro tidak tinggal di Keraton, ia memilih untuk tinggal di Tegalrejo sebuah desa di barat Keraton Yogya berjarak tempuh 1 jam dengan berjalan kaki. Alasan Ratu Hageng meninggalkan Keraton Yogyakarta, karena beliau sangat kecewa dengan persekongkolan keluarga yang tiada hentinya di keratonPangeran Diponegoro tinggal di sebuah ndalem, berhalaman luas dengan taman, kebun pekarangan, dan kolam-kolam. Berdasarkan laporan dari seorang Belanda yang pernah berkunjung di Tegalrejo, disebutkan Pangeran Diponegoro memiliki permukiman yang luas dengan bangunan tembok yang luas dan tinggi jika dibandingkan dengan bangunan pangeran lainnya. Catatan Belanda tersebut menggambarkan tata letak bangunan yang meliputi sebuah pendapa, dan pagar tembok tinggi mengelilingi permukiman. Konflik keluarga di lingkungan keraton tentunya dimanfaatkan oleh Belanda untuk mengadu domba keluarga kerajaan. Sampai akhirnya Residen Smissaert dan Patih Danurejo memerintahkan untuk pembuatan jalan yang melintasi halaman rumah Pangeran Diponegoro, hal tersebut memicu kemarahan Pangeran Diponegoro. Patok yang telah dipasang oleh Belanda dicabut dan diganti dengan tombak. Hal tersebut berdampak pada penyerbuan kampung Tegalrejo dan rencana penangkapan Pangeran Diponegoro. Pada saat penyerbuan pintu gerbang depan telah tertutup oleh kompeni, maka Pangeran Diponegoro menjebol tembok sisi barat ndalem untuk meloloskan diri beserta keluarga dan pengikutnya menuju ke Selarong. Tegalrejo dibakar oleh musuh karena Pangeran Diponegoro tidak ditemukan. Setelah peristiwa tersebut, maka kediaman Pangeran Diponegoro lenyap. Beberapa tinggalan yang masih tersisa kala itu, yaitu cepuri/ pagar keliling ndalem termasuk tembok pagar yang dijebol oleh Pangeran Diponegoro, serta benda-benda tinggalan beliau yang berada di dalam cepuri/ pagar salah satunya batu komboran kuda.
Pemilik
Nama Pemilik Terakhir : Kodam IV Diponegoro
Pengelolaan
Nama Pengelola : Kodam IV Diponegoro