| Dimensi Benda | : |
Panjang Lebar Tinggi Tebal Diameter Berat |
| Peristiwa Sejarah | : | Pangeran Diponegoro diasuh oleh nenek buyutnya Gusti Kangjeng Ratu Hageng (Permaisuri Sultan Hamengkubuwono I) di Tegalrejo. Nenek buyut Pangeran Diponegoro tidak tinggal di Keraton, ia memilih untuk tinggal di Tegalrejo sebuah desa di barat Keraton Yogya berjarak tempuh 1 jam dengan berjalan kaki. Alasan Ratu Hageng meninggalkan Keraton Yogyakarta, karena beliau sangat kecewa dengan persekongkolan keluarga yang tiada hentinya di keraton. Pangeran Diponegoro tinggal di sebuah ndalem, berhalaman luas dengan taman, kebun pekarangan, dan kolam-kolam. Berdasarkan laporan dari seorang Belanda yang pernah berkunjung di Tegalrejo, disebutkan Pangeran Diponegoro memiliki permukiman yang luas dengan bangunan tembok yang luas dan tinggi jika dibandingkan dengan bangunan pangeran lainnya. Catatan Belanda tersebut menggambarkan tata letak bangunan yang meliputi sebuah pendapa, dan pagar tembok tinggi mengelilingi permukiman. Konflik keluarga di lingkungan keraton tentunya dimanfaatkan oleh Belanda untuk mengadu domba keluarga kerajaan. Sampai akhirnya Residen Smissaert dan Patih Danurejo memerintahkan untuk pembuatan jalan yang melintasi halaman depan rumah Pangeran Diponegoro, hal tersebut memicu kemarahan Pangeran Diponegoro. Patok yang telah dipasang oleh Belanda dicabut dan diganti dengan tombak. Hal tersebut berdampak pada penyerbuan kampung Tegalrejo dan usaha penangkapan Pangeran Diponegoro. Pada saat penyerbuan tersebut, pintu gerbang depan telah ditutup oleh kompeni Belanda. Pangeran Diponegoro kemudian menjebol tembok sisi barat ndalem untuk menyelamatkan diri beserta keluarga dan pengikutnya. Tindakan menjebol tembok pagar ini disamping untuk menghindari jatuhnya korban lebih banyak lagi juga merupakan bagian dari strategi perang. Kediaman Pangeran Diponegoro kemudian dibakar, namun pangeran tidak ditemukan. Pangeran Diponegoro memerintahkan rakyat dan keluarganya untuk menyingkir ke Selarong. Dari Selarong inilah dimulainya perlawanan Perang Diponegoro/Perang Jawa (Java Oorlog) yang berlarut -larut hingga 5 tahun (1825-1830). |
| Nilai Sejarah | : | Tembok Jebol Peninggalan Pangeran Diponegoro memiliki makna sejarah yang tinggi sebagai bukti awal perlawanan Pangeran Diponegoro terhadap penjajah Belanda yang kemudian terkenal dengan Perang Jawa (De Java Oorlog) tahun 1825-1830. |
| Nama Pemilik Terakhir | : | Kodam IV Diponegoro. |
| Nama Pengelola | : | Kodam IV Diponegoro. |
| Catatan Khusus | : | Kooedinat UTM SK : 49 M 428487 9139179 |