Loading

Rumah Tradisional Jawa Eks Kantor Kalurahan Kedungmiri - Milik Bapak Sukandar

Status : Bangunan Cagar Budaya

Deskripsi Singkat

Rumah tradisional Jawa eks Kantor Kalurahan Kedungmiri menghadap ke arah selatan. Deskripsi bagian-bagian rumah tersebut antara lain:

Pendapa

Bangunan pendapa merupakan bangunan terbuka dan memiliki atap tipe Joglo dengan varian Joglo Lawakan. Pendapa merupakan bagian dari bangunan rumah Jawa yang digunakan untuk kegiatan bersifat publik seperti menerima tamu dan pertemuan. Bangunan pendapa berada di bagian paling selatan atau bagian depan dari kompleks rumah. Pendapa berdenah persegi panjang berukuran 11 m x 9,28 m. Pada sisi timur dan sisi selatan terdapat sebuah undakan berukuran lebar 27 cm, tinggi 25 cm. Lantai pendapa berupa tatanan bata dengan spesi semen, dan pada sisi pinggiran lantai serta undakan berupa plesteran semen.

Pendapa ditopang oleh empat sokoguru dari kayu jati, berukuran dimensi 18 cm x 17 cm, tinggi 352 cm. Sokoguru berdiri di atas umpak kayu dengan ukuran 22 cm x 22 cm di bagian atas, 33 cm x 32 cm di bagian bawah serta tinggi 26 cm. Umpak dicat warna hitam, memiliki bentuk dasar limas terpancung, ragam hias berupa padma distiliasi motif songkok.

Di bagian atas sokoguru terdapat blandar dan pengeret, di bawahnya terdapat sunduk dan kili. Di antara sunduk dan blandar terdapat geganja berukir. Di atas blandar terdapat blandar lar-laran di bagian pamanjang dan panyelak masing-masing terdiri dari empat batang bersusun membentuk piramida terbalik. Pertemuan blandar antara bagian pamanjang dan panyelak di bagian sudut menyisakan bagian gimbal. Gimbal ini tidak dibuat pada blandar lar-laran paling atas karena bagian sudut pertemuan antara blandar lar-laran panyelak dan blandar lar-laran pamanjang bersambungan dengan dudur pananggap di keempat sudut. Pada blandar lar-laran paling atas terdapat lubang untuk menempatkan emprit gantil. Akan tetapi, keempat emprit gantil yang dimaksud sudah tidak ada. Di bagian tengah pamidhangan terdapat dhadha peksi dengan ukiran. Bagian tengah uleng, yaitu rongga yang terbentuk oleh pamidhangan terdapat dua singup dan plafond dari papan kayu.

Saka penanggap berjumlah 12 batang, bahan dari kayu jati berukuran dimensi 15 cm x 12 cm, tinggi 252 cm. Saka diberi alas berupa duk dari semen. Di atas saka pananggap terdapat geganja dengan detail ornamen profil. Geganja adalah balok tambahan yang tidak memiliki fungsi konstruktif, tetapi sebagai landasan pertemuan antara saka dengan blandar pananggap dan sebagai ornamen di atas saka. Sambungan blandar menggunakan teknik cathokan dengan pengunci sindik kayu. Pertemuan blandar pananggap di bagian sudut menyisakan bagian gimbal.

Empyak atau kerangka atap pendapa bagian penanggap terbuat dari usuk kayu jati yang disusun model ri gereh (susunan usuk yang tegak lurus dengan blandar-pengeret, sehingga ada yang bertumpu pada dudur). Atap ditutup menggunakan genteng tanah liat jenis kripik. Genteng menumpu pada reng kayu. Wuwungan di atas dudur (jurai) ditutup dengan wuwung kripik.

 

Longkangan

Longkangan berada di sebelah utara pendapa, memiliki panjang dan lebar 9 m x 1,8 m. Longkangan memisahkan bangunan pendapa dan bangunan dalem.

Dalem

Bangunan dalem beratap tipe Joglo dengan varian Joglo Lawakan. Denah berbentuk persegi panjang berukuran 9 m x 7,4 m dengan tinggi dinding 2,52 m. Jerambah berupa tanah dan pada sisi pinggiran lantai berupa plesteran semen.

Bagian brunjung ditopang oleh empat sokoguru dari kayu jati, berukuran dimensi 15 cm x 14 cm, tinggi 330 cm. Sokoguru berdiri di atas umpak batu putih berbentuk limas terpancung, tanpa ornamen. Di bagian atas sokoguru terdapat blandar dan pengeret, di bawahnya terdapat sunduk dan kili. Di atas blandar terdapat blandar lar-laran di bagian pamanjang dan panyelak masing-masing terdiri dari empat batang bersusun membentuk piramida terbalik. Pertemuan blandar antara bagian pamanjang dan panyelak di bagian sudut menyisakan bagian gimbal. Gimbal ini tidak dibuat pada blandar lar-laran paling atas karena bagian sudut pertemuan antara blandar lar-laran panyelak dan blandar lar-laran pamanjang bersambungan dengan dudur pananggap di keempat sudut. Pada blandar lar-laran paling atas terdapat lubang untuk menempatkan emprit gantil. Emprit gantil berbentuk buah keben. Di bagian tengah pamidhangan terdapat dhadha peksi polos. Di antara dhadha peksi tidak ditutup dengan plafond.

Kerangka atap bagian brunjung terbuat dari usuk kayu jati yang disusun model ri gereh. Atap ditutup menggunakan genteng tanah liat jenis kripik. Genteng menumpu pada reng kayu. Wuwungan di atas molo dan dudur brunjung ditutup dengan wuwung kripik.

Saka pananggap atau tiang pada bagian pananggap berjumlah 12 batang, bahan dari kayu jati ukuran 14 cm x 14 cm, tinggi 260 cm. Saka diberi alas batu putih ukuran 14 cm x 14 cm, tinggi 16 cm. Keempat sisi dalem ditutup dengan dinding, berupa gebyog di sisi selatan dan sisi timur, sedangkan sisi barat dan utara ditutup dengan seng yang di gapit dengan bambu.

Pada gebyog sisi selatan terdapat satu pintu utama, dengan model penutup berdaun dua (kupu tarung). Ukuran kusen pintu bagian tengah 190 cm x 160 cm, serta ukuran daun pintu 190 cm x 80 cm. Ada satu pintu lain di sisi selatan yang menghubungkan longkangan dengan dapur. Pintu tersebut menggunakan model penutup berdaun dua. Kusen pintu berukuran 150 cm x 100 cm, serta daun pintunya berukuran 150 cm x 60 cm. Kedua pintu memiliki ambang bawah dengan tebal 10 cm.

Di atas saka pananggap terdapat blandar pananggap dari kayu jati polos. Sambungan blandar menggunakan teknik cathokan dengan pengunci sindik kayu. Pertemuan blandar pananggap pamanjang dan panyelak di bagian sudut menyisakan bagian gimbal.

Di sisi selatan dalem terdapat emper berukuran 650 cm x 200 cm. Emper ditopang oleh empat saka berukuran 10 cm x 10 cm, tinggi 216 cm. Saka tidak diberi umpak, namun dua di antaranya didirikan di atas duk dari semen.

 

Pawon/Dapur

Pawon atau dapur berada di sebelah kiri dalem dengan atap bertipe kampung. Pawon berukuran 860 cm x 520 cm, serta tinggi atap 380 cm. Pawon ditopang oleh tiang berukuran 12 cm x 12 cm, tinggi 210 cm. Pada dinding sisi timur terdapat pintu dari kayu berdaun dua yang sudah rusak. Pintu berukuran 160 cm x 140 cm. Daun pintu berukuran 140 cm x 71 cm. Ambang pintu tebalnya 14 cm.

Status : Bangunan Cagar Budaya
Tahun : 2022
Alamat : Ngunut, Sriharjo, Imogiri, Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta.
Koordinat:
435612° N, 9121902° E


Lokasi Rumah Tradisional Jawa Eks Kantor Kalurahan Kedungmiri - Milik Bapak Sukandar di Peta

Dimensi Benda : Panjang
Lebar
Tinggi
Tebal
Diameter
Berat
Ciri Fisik Benda
Ciri Fisik Benda
Fungsi Benda
Dimensi Struktur
Komponen Pelengkap :
Gambaran Umum Bentuk Bangunan
Peristiwa Sejarah : Rumah tradisional Jawa eks Kantor Kalurahan Kedungmiri merupakan hak milik Bapak R. Sukandar, yang merupakan mantan Camat Pajangan dan Imogiri. Rumah tradisional milik Bapak R Sukandar ini dibangun sekitar tahun 1933. Saat ini, rumah tersebut tidak dihuni oleh pemiliknya, hanya ditunggui oleh saudaranya yaitu keluarga Bapak Ngadiyo. Rumah tradisional Jawa milik R. Sukandar pernah dipakai untuk Kantor Kalurahan Kedungmiri dan pernah digunakan sebagai tempat persinggahan pejuang /gerilyawan pada masa perang mempertahankan kemerdekaan (Agresi Militer Belanda II tahun 1949). Pendapa tersebut hingga saat ini masih digunakan untuk arisan warga dan latihan gejog lesung. Kalurahan Sriharjo sekarang merupakan penggabungan dari tiga kalurahan yaitu Kalurahan Kalurahan Mojohuro, Kalurahan Dogongan, dan Kalurahan Kedungmiri. Penggabungan terjadi pada tahun 1946. Kantor sementara pada waktu penggabungan bertempat di rumah Bapak Sosro Margono di Pedukuhan Mojohuro. Pada tahun 1951 dibangun kantor baru Pemerintah Desa Sriharjo di atas tanah kas desa di daerah Mojohuro.
Pemilik
Nama Pemilik Terakhir : R. Sukandar
Pengelolaan
Nama Pengelola : -