Loading

Deskripsi Singkat

Menhir ditemukan tergeletak di atas tanah dekat talud pekarangan Bapak Marto Paino, bersebelahan dengan lapangan sepak bola. Bentuk menhir panjang, penampang tubuhnya agak bulat, mengerucut pada bagian ujungnya, ada goresan yang berbentuk cekung pada bagian atas, diduga sebagai kepala. Kondisi menhir kotor, berlumut, dan rapuh. Karena berada di bawah pepohonan, permukaan menhir sangat mudah di tumbuhi lumut.


Kondisi Saat Ini : 
Menhir berada di alam terbuka, berada di atas tanah yang digunakan untuk pertanian dan kandang ternak. Kondisi menhir sangat memprihatinkan, karena di posisi sebagai penahan tanah sehingga rentan rusak dan aus. Keberadaannya yang di alam terbuka tersebut ditunjukkan dengan banyaknya mikroorganisme yang tumbuh pada permukaan menhir. Mikroorganisme tersebut menyebabkan kerusakan lebih lanjut.

Status : Benda Cagar Budaya
Alamat : Ngawis 1 RT 03 / RW 1, Ngawis, Karangmojo, Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta.
Koordinat:
6.5204568944925° S, 145.87021815795° E

SK Walikota/Bupati : SK Bupati Gunungkidul No 443/KPTS/2018
No. Registrasi Daerah : R0043/TACBGK/12/2018


Lokasi Menhir D.56m di Peta

Bahan Utama : Batu Batu Putih
Keterawatan : /
Dimensi Benda : Panjang -
Lebar 25
Tinggi 156
Tebal 17
Diameter -
Berat -
Ciri Fisik Benda
Warna : Putih
Ciri Fisik Benda
Warna : Putih
Fungsi Benda
Dimensi Struktur
Gambaran Umum Bentuk Bangunan
Peristiwa Sejarah : Tradisi Megalitik adalah suatu adat kebiasaan yang menghasilkan benda-benda atau bangunan dari batu yang berhubungan dengan upacara atau penguburan. Berdasarkan masanya tradisi Megalitik di Gunungkidul merupakan tradisi Megalitik yang berasal dari masa Prasejarah atau prehistorical megalithic tradition. Tradisi ini ditandai dengan peninggalan-peninggalan yang tidak dipakai lagi atau dead monuments. Situs Sokoliman merupakan situs Prasejarah masa Megalitikum dengan tinggalan arkeologisnya berupa peti kubur batu, arca menhir, dan menhir. Pada masa Megalitikum, peti kubur batu digunakan sebagai wadah penguburan secara primer, sedangkan menhir merupakan perwujudan tokoh yang telah meninggal dunia. Menhir juga berfungsi sebagai media pemujaan kepada roh nenek moyang dan sebagai tanda peringatan. Budaya Megalitikum Sokoliman mempunyai keistimewaan terutama pada pengarcaan menhir.Sejak zaman Belanda, keberadaan situs-situs Megalitikum di Gunungkidul telah menarik ahli-ahli arkeologi, antara lain arkeolog Belanda bernama JL. Moens pada tahun 1934, kemudian Van der Hoop ( Heekeren, 1951:51 dalam Sumiati AS, 1980: 27) . Kemudian pada tahun 1968 Haris Sukendar melakukan pengamatan kembali terhadap obyek-obyek penelitian Van Der Hoop (Sumiati AS, 1980: 27). Prof. Dr. Sumiati AS, mengemukakan bahwa arca menhir tidak dapat dilepaskan dari tradisi Megalitik, terutama dengan konsep latar belakang kepercayaan. Hal tersebut disebabkan oleh karena di dalam tradisi Megalitik dikenal suatu konsep adanya kehidupan kembali sesudah mati. Atas dasar konsep itu maka dalam masyarakat Megalitikum muncul kebiasaan melakukan pemujaan nenek moyang. Melalui pemujaan nenek moyang, tradisi Megalitik berkeyakinan bahwa hubungan antara yang sudah meninggal dengan yang masih hidup akan tetap terjalin. Selain itu juga bahwa dalam masyarakat Megalitikum mengenal suatu tradisi membuat sesuatu, yang dapat digunakan sebagai perantara untuk mengadakan hubungan dengan orang yang sudah meninggal. Salah satu hasilnya adalah arca menhir. Juga Von Heine Gelgern mengemukakan pendapatnya bahwa arca yang mempunyai bentuk sederhana dapat dianggap sebagai perwujudan nenek moyang.Melihat arca menhir yang ditemukan di daerah Gunungkidul berbentuk sederhana, maka dimungkinkan bahwa arca menhir Gunungkidul diciptakan dengan tujuan sebagai perwujudan nenek moyang.Masyarakat pada masa itu mengharapkan bahwa dengan perantara menhir tersebut, dapat selalu mengadakan hubungan dengan orang yang sudah meninggal. Menhir yang sejenis dengan Menhir D.28d, D28e, D.28g dan D.28h bisa ditemukan di daerah Gondang, Ngawis, Bleberan, Playen, Paliyan dan Saptosari Kabupaten Gunungkidul.
Nilai Sejarah : Menhir D.56m di Ngawis 1, Ngawis, Karangmojo merupakan bukti perkembangan kebudayaan manusia Prasejarah di wilayah Yogyakarta. Pada dasarnya menhir digunakan untuk pemujaan terhadap roh-roh nenek moyang
Nilai Ilmu Pengetahuan : Menhir D.56m di Ngawis 1, Ngawis, Karangmojo mempunyai nilai penting bagi ilmu pengetahun khususnya bagi ilmu arkeologi, dan sejarah. Menhir dapat digunakan sebagai kajian tentang rekonstruksi budaya masa lampau manusia pada zaman Prasejarah sebelum mengenal agama.
Nilai Pendidikan : Menhir merupakan bukti konkret hasil karya peradaban masa Prasejarah di Indonesia, yang dapat digunakan sebagai objek pembelajaran bagi masyarakat khususnya ilmu arkeologi, sejarah, dan budaya.
Nilai Budaya : Dari segi kebudayaan, eksistensi menhir tersebut membuktikan bahwa Gunungkidul memiliki kebudayaan yang lebih tua sehingga memperkaya khasanah budaya Indonesia, khususnya di Daerah Istimewa Yogyakarta
Pemilik
Nama Pemilik Terakhir : BPCB DIY
Pengelolaan
Nama Pengelola : BPCB DIY
Catatan Khusus : Ukuran Tinggi keseluruhan : 156 cmLebar keseluruhan : 25 cmTebal keseluruhan : 17 cm