Rumah Tradisional Milik Dinas Kebudayaan DIY (Bekas Milik Ibu Nur Johan) menghadap ke selatan. Halaman depan berupa pekarangan yang cukup luas. Pekarangan ini dibatasi pagar dari pasangan bata berplesteran semen. Bangunan terbagi menjadi beberapa bagian, yaitu pendapa, longkangan, dalem, gandok kiwa, gandhok tengen, dan pawon.
Pendapa
Bangunan pendapa menggunakan atap model joglo sinom Atap joglo sinom mempunyai tiga susun dan tiga sudut kemiringan namun pertemuan antara masing-masing atap tidak terdapat pembeda dalam bentuk lis plank. Denah bangunan berbentuk persegi empat dengan ukuran 7,91 m x 9,15 m.
Konstruksi atap brunjung ditopang oleh empat sokoguru dari kayu jati ukuran 18 cm x 18 cm, tinggi 2,53 m. Sokoguru berdiri di atas umpak batu bermotif hias dengan ukuran lebar bawah 39 cm x 39 cm, lebar atas 20 cm x 20 cm, tinggi 28 cm.
Dua batang kili (kayu panjang di bawah pangeret atau pamidhangan, menancap miring pada saka dengan purusnya) dan dua batang sunduk (kayu yang berada di bawah blandar atau pamidhangan, berkedudukan miring serta masuk ke dalam saka) menghubungkan sokoguru menggunakan teknik sambung purus. Blandar pamidhangan terdiri atas dua batang blandar pamidhangan panyelak dan dua batang blandar pamidhangan pamanjang. Santen, bermotif hias ukiran berada di antara sunduk kili dan blandar pamidhangan. Selain saka santen, terdapat hiasan ukiran pada sudut pertemuan antara sunduk, saka guru, dan blandar pamidhangan. Tumpangsari di bagian pamanjang dan panyelak masing-masing terdiri dari 3 batang bersusun membentuk piramida terbalik. Blandar lar-laran terdiri atas dua batang blandar di bagian panyelak dan dua batang blandar di bagian pamanjang. Pengunci bentuk nanasan berada di keempat sudut tumpangsari, digunakan untuk mengunci dua blandar tumpangsari paling atas dan hiasan di bagian tumpangsari. Di bagian tengah pamidhangan terdapat dhadha peksi yaitu pangeret atau balok melintang pada bagian panyelak pamidhangan yang berupa kayu berornamen ukiran. Dhadha peksi berfungsi teknis memperkuat sambungan balandar pamidhangan di bagian tengah dan sebagai elemen penghias bagian tengah uleng, yaitu rongga yang terbentuk oleh pamidhangan.
Di tengah uleng terdapat balok bersusun piramida yang disebut balandar singup. Blandar singup terdiri dari empat batang kayu balok. Dua blandar singup di samping kanan dan kiri dhadha peksi juga dihias dengan ukiran. Di bagian atas ditutup dengan plafond pamidhangan dari papan kayu.
Kontruksi atap pananggap ditopang oleh 12 saka pananggap yang berdiri tanpa umpak. Saka pananggap dari kayu jati ukuran 14 cm x 14 cm, tinggi 2,13 m. Sambungan antara saka pananggap dan blandar pananggap terdapat geganja dari kayu berprofil. Kontruksi atap emper ditopang oleh 8 saka emper yang berdiri di atas duk semen. Saka emper dari kayu jati ukuran 12 cm x 12 cm, tinggi 2,479 m.
Dinding sisi selatan ditutup dengan anyaman bambu dilengkapi satu pintu berdaun empat, dilengkapi tebeng panil kayu dan diapit dua jendela kayu berdaun dua. Dinding sisi barat sebagian berupa gebyog dan pasangan bata berplester. Terdapat tiga jendela kayu dengan panil kayu krepyak, kaca bening, dan kaca nako. Dinding sisi utara berupa dinding pasangan bata berplester, di bagian tengah terdapat pintu empat dilengkapi tebeng panil kaca nako di bagian atas. Di kanan kiri pintu terdapat jendela kayu berdaun tiga. Di sisi timur tidak dilengkapi dinding.
Usuk di bagian brunjung, penanggap, dan emper dipasang model ri gereh. Atap joglo ditutup dengan genteng dan bubungan vlaam. Bubungan diperkuat dengan plesteran semen. Di bagian atap brunjung terdapat hiasan makutha dan di ujung atap brunjung, penanggap dan emper diberi hiasan bongkak dari gerabah.
Bangunan pendapa lantainya dipasang tegel berwarna abu-abu berukuran 20 cm x 20 cm. Lantai pendapa ditinggikan 49 cm dari permukaan tanah.
Longkangan
Longkangan adalah area terbuka di dalam kompleks rumah. Rumah Tradisional Milik Dinas Kebudayaan DIY (Bekas Milik Ibu Nur Johan) memiliki tiga longkangan, yaitu:
Dalem
Dalem berada di sebelah utara longkangan pertama dan menggunakan bangunan model atap joglo. Denah bangunan berbentuk empat persegi panjang dengan ukuran 9,4 m x 5,4 m. Ciri dari bangunan joglo ini dapat dilihat dari keberadaan tiang sokoguru yang terbuat dari kayu berukuran 16 x 16 cm, serta tingginya 278 cm. Sokoguru berdiri di atas umpak dengan motif hias, berukuran paling bawah 37 cm x 37 cm, serta paling atas 20 x 20 cm. Pada bagian atas sokoguru terdapat dhadha peksi dihiasi ornamen motif sulur-suluran dan bunga matahari. Ornamen didominasi oleh warna hijau dan kuning emas.
Selain sokoguru, bangunan atap disangga oleh dinding. Setiap dinding terdapat jendela dan pintu. Pintu di dinding sisi selatan berjumlah tiga buah. Masing-masing memiliki daun pintu pintu kecuali bagian tengah yang memiliki tiga daun pintu, dengan ukuran:
a. Pintu sebelah kanan dan kiri berukuran: 1,17 m x 2,58 m.
b. Pintu tengah berukuran 1,87 m x 2,12 m.
Pada dinding sisi timur terdapat pintu dan jendela masing-masing berjumlah satu buah. Pintu berukuran 1,08 m x 2,4 m. Jendela memiliki dua daun pintu (kupu tarung) berukuran 1,15 m x 1,58 cm. Daun jendela berukuran 93 cm x 1,31 cm.
Dinding pemisah antara senthong dengan ruang dalem ageng dipisahkan oleh dinding kayu yang disebut gebyog. Pada dinding gebyog terdapat ornamen motif wajik. Pada bagian atas ambang pintu terdapat hiasan motif wajik dan sulur-suluran bunga matahari.
Senthong kanan berukuran 2,6 m x 2,8 m. Dalem dan senthong kanan dihubungkan oleh pintu berukuran 0,9 m x 2,05 m. Di dinding sisi barat senthong kanan terdapat sebuah jendela. Senthong kanan dan senthong tengah dihubungkan oleh pintu berundakan. Undakan berjumlah dua buah masing-masing lebarnya 25 cm dengan ketinggian 18 cm dan 20 cm.
Senthong tengah berukuran 3,4 m x 2,8 m. Lantai senthong tengah ditinggikan 43 cm dari lantai dalem. Senthong tengah serta senthong kiri dihubungkan dengan pintu berundakan berukuran tinggi 64 cm Undakan berjumlah dua buah masing-masing lebarnya 23 cm dengan ketinggian 18 cm dan 28 cm.
Senthong kiri berukuran 2,86 m x 3 m. Di dinding sisi utara terdapat pintu berbentuk kotangan berukuran 1,10 m x 2,01 m dan tebal 0,48 m. Di dinding sisi timur terdapat jendela kayu berdaun dua bergaya Kupu Tarung. Teras bagian depan berukuran 2,51 m x 9,15 m dan ditopang dua tiang berukuran diameter 17 cm. Teras samping menghadap gandok kiwa. Teras samping berukuran 2,8 m x 5,45 m.
Kontruksi atap brunjung ditopang oleh empat sokoguru, yang berdiri di atas umpak cor semen. Sokoguru berdiri di atas umpak cor semen dengan bermotif hias. Dua batang kili dan dua batang sunduk menghubungkan sokoguru menggunakan teknik sambung purus. Blandar pamidhangan terdiri atas dua batang blandar pamidhangan panyelak dan dua batang blandar pamidhangan pamanjang.
Tumpangsari di bagian pamanjang dan panyelak masing-masing terdiri dari tiga batang bersusun membentuk piramida terbalik. Blandar lar-laran terdiri atas dua batang blandar di bagian panyelak dan dua batang blandar di bagian pamanjang. Pengunci bentuk keben berada di keempat sudut tumpangsari, digunakan untuk mengunci dua blandar tumpangsari paling atas dan hiasan di bagian tumpangsari. Di bagian tengah pamidhangan terdapat dhadha peksi berupa balok kayu polos tanpa ukiran. Di tengah uleng tidak terdapat balandar singup. Di bagian atas ditutup dengan plafond pamidhangan dari tripleks.
Atap pananggap ditopang oleh dua saka pananggap dari kayu jati ukuran 12 cm x 12 cm dan dinding bata berplester. Sambungan antara saka pananggap dan blandar pananggap terdapat geganja dari kayu berprofil. Dinding penanggap sisi selatan terdapat satu pintu berkusen kayu dengan dua daun dari bahan kayu. Di bagian atas terdapat ventilasi. Di kanan kiri pintu terdapat satu kusen berdaun tiga. Kontruksi atap emper ditopang oleh dinding bata berplester.
Dalem tidak memiliki senthong, tetapi digunakan untuk menata beberapa almari dan meja kursi. Ruang di bagian emper digunakan untuk kamar tidur dan ruang setlika. Usuk di bagian brunjung, penanggap, dan emper dipasang model ri gereh. Atap joglo ditutup dengan genteng vlaam dan bubungan seng. Lantai berupa keramik ukuran 30 cm x 30 cm.
Gandok kiwa
Gandok kiwa berada di sebelah timur longkangan. Bangunan gandok menggunakan atap model kampung. Dinding bangunan berupa tembok bata berplester. Gandok dibagi menjadi teras dan ruang dalam. Di dinding sisi timur terdapat dua pintu dan dua buah jendela. Usuk limasan dipasang model ri gereh dengan penutup atap menggunakan genteng dan bubungan vlaam. Lantai gandok kiwa dipasang tegel berwarna abu-abu berukuran 20 cm x 20 cm.
Pawon
Pawon berada di bagian belakang bangunan dalem. Bangunan menggunakan konstruksi kampung dengan penutup atap berupa genteng dan bubungan vlaam. Lantai berupa dipasang tegel berwarna abu-abu berukuran 20 cm x 20 cm. Lantai pawon ditinggikan 32 cm dari gadri. Teras pawon 5,08 m. Di teras pawon terdapat tiang berukuran 12 cm x 12 cm.
Pawon memiliki dua buah jendela dan dua buah pintu. Masing-masing pintu berukuran 1,4 m x 2,36 m. Sedangkan jendelanya berukuran 0,88 m x 1,67 x 0,32 m. Pawon terbagi menjadi tiga ruangan yang masing-masing dipisahkan oleh sebuah pintu berukuran 1,23 m x 2,3 m. Di sisi barat pawon terdapat ruang yang saat ini diperkirakan digunakan sebagai dapur baru. Ruang ini berukuran 5, 08 m x 3, 09 m.Dimensi Benda | : |
Panjang Lebar Tinggi Tebal Diameter Berat |
Jenis Struktur | : | Tradisional |
Jenis Bangunan | : | Tradisional |
Komponen Pelengkap | : |
|
Peristiwa Sejarah | : | Bangunan diperkirakan dibangun pada tahun 1750. Rumah Tradisional pertama kali dimiliki oleh Mr. Kasmat (Ayah dari Ibu Nur Johan). Mr. Kasmat semasa hidupnya berprofesi sebagai pengusaha hotel di Yogyakarta. Sepeninggal Mr. Kasmat, rumah tradisional diwariskan kepada Ibu Nur Johan. Pada tahun 2018, rumah tersebut dibeli oleh Dinas Kebudayaan DIY. Saat ini rumah tradisional dirawat oleh juru pelihara bernama Mukani. |
Nama Pemilik Terakhir | : | Dinas Kebudayaan DIY. |
Nama Pengelola | : | Dinas Kebudayaan DIY. |