Umpak Masjid Agung Plered berbentuk bulat, dan terdapat lubang berbentuk segi empat di tengah. Umpak yang ditemukan berjumlah 23 buah, dengan rincian sebagai berikut:
No
Nomor Inventaris
Ukuran
Diameter (cm)
Tinggi (cm)
Ukuran Lubang
(panjang x lebar x kedalaman) (cm)
1
C. 18 d
86
46
19 x 18 x 2
2
C. 18 e
83
41
20 x 20 x 8
3
C. 18 f
73
34
18 x 17 x 11
4
C. 18 g
83
46
19 x 19 x 12
5
C. 18 h
96
49
16 x 16 x 11
6
C. 18 i
82
12 (yang terlihat)
posisi terbalik
7
C. 18 j
87
30 (yang terlihat)
Posisi terbalik
8
C. 18 k
92
45
20 x 20 x 14
9
C. 18 l
84
48
16 x 16 x 11
10
C. 18 m
83
49
8 x 8 x 12
11
C. 18 n
84
42
19 x 18 x 7
12
C. 18 o
72
52
13 x 13 x 15
13
C. 18 p
76
20
21 x 20 x 15
14
C. 18 q
Status : Benda Cagar Budaya
Periodesasi : Islam Alamat : Kauman, Pleret, Pleret, Bantul,
Daerah Istimewa Yogyakarta.
Koordinat: 7.864937° S, 110.405663° E
SK Gubernur : SK GUB DIY No 194/KEP/2019
SK Walikota/Bupati : SK BUP Bantul 607/2018
Lokasi Dua Puluh Tiga Buah Umpak Masjid Agung Plered di
Peta
Panjang -
Lebar -
Tinggi -
Tebal -
Diameter -
Berat -
Ciri Fisik Benda
Ciri Fisik Benda
Fungsi Benda
Dimensi Struktur
Gambaran Umum Bentuk Bangunan
Tokoh
:
Sunan Amangkurat I atau Sunan Amangkurat Agung
Konteks
:
Masjid Agung Plered merupakan masjid kerajaan Keraton Mataram Islam. Masjid ini didirikan oleh Sunan Amangkurat I atau Sunan Amangkurat Agung yang memerintah Kerajaan Mataram tahun 1646-1677 Masehi. Keraton Plered dibangun dengan berbagai fasilitas sebagai pusat pemerintahan, salah satunya adalah pembangunan sarana keagamaan, yaitu Masjid Agung Plered. Dua sumber sejarah yang menyebutkan informasi mengenai waktu pembangunan Masjid Agung Plered adalah Serat Babad Momana dan Babad Ing Sengkala. Dalam Serat Babad Momana (salah satu sumber tertulis yang banyak menyebutkan peristiwa-peristiwa penting yang terjadi di Kerajaan Mataram Islam), menyebutkan bahwa Masjid Agung Plered didirikan pada tahun 1571 Jawa atau 1649 Masehi atau tiga tahun setelah Sunan Amangkurat I naik tahta (Suryanagara, 1865). Sedangkan Babad ing Sangkala menyatakan bahwa pendirian Masjid Agung Plered terjadi pada bulan Muharam tahun 1571 Jawa (Adrisijanti: 2000). Tidak diketahui secara pasti kapan masjid ini mulai rusak dan tidak digunakan lagi. Pemberontakan Trunojoyo tanggal 28 Juni 1677 berhasil merebut Keraton Plered dan melakukan pembakaran terhadap beberapa bangunan. Menurut Jonge (Graaf, 1987) diketahui bahwa masjid tidak ikut dihancurkan. Berikut kutipannya: “…setelah raja yang tua itu mengungsi, para pemberontak memasuki keraton. Dalam 5 hari berikut (28 Juni – 3 Juli 1677) Umbul Astrayuda yang berasal dari Semarang itu melihat hampir semua rumah para pembesar habis terbakar. Yang tidak terbakar hanyalah keraton itu sendiri, masjid besar, istana Pangeran Purbaya, Pangeran Sampang, Pangeran Cirebon, dan Pangeran Aria Panular, putra Sunan yang bungsu”. Dari pernyataan tersebut bisa diketahui bahwa Masjid Agung Plered masih dalam keadaan utuh pada akhir pemerintahan Kerajaan Mataram Islam di Plered pada tahun 1677 M. Informasi mengenai kondisi masjid diketahui setelah 56 tahun kemudian, yaitu saat kunjungan C. A. Lons pada tahun 1733. Menurut catatan C. A. Lons seperti yang ditulis oleh Leemans (1855) bahwa dalam kunjungannya pada tanggal 13 Agustus 1733, C. A. Lons masih dapat melihat masjid yang berukuran besar tersebut, berbentuk segi empat, tetapi sudah rusak. Ia juga masih melihat bahwa masjid tersebut mempunyai 3 pintu di sebelah timur, dan mempunyai serambi depan yang besar. Disebutkan bahwa masjid itu dikelilingi tembok tebal dan tinggi (Adrisijanti, 2000). Saat ini yang tersisa di Masjid Agung Plered hanyalah runtuhan struktur bangunan.
Riwayat Penemuan
:
-
Riwayat Pengelolaan
:
Berdasarkan hasil wawancara dengan Juru Pelihara Situs Kauman Plered dan beberapa sumber, terdapat beberapa tindakan pengelolaan untuk perawatan batu balok ataupun Situs Kauman-Plered :Pada tahun 2012 dilakukan pemagaran pada area mihrab. Pada tahun 2016 dilakukan pengatapan dan akan dilakukan dalam beberapa tahap. Pada tahun ini, pengatapan dilakukan pada bagian tengah, utara, dan barat. Atap berupa galvalum dengan struktur atap dari pipa galvanized. Pada tahun ini juga, dilakukan perbaikan jalan ke makam yang berada di sebelah Situs Kauman-Plered.Pada tahun 2017, dilakukan pengatapan pada sisi selatan dan tenggara, pembuatan saluran air pada sisi depan, pemasangan pagar besi mengelilingi situs, pembuatan kantor pengelola, tempat parkir di depan/timur situs dan pembuatan pedestrian di dalam situs untuk mempermudah pengunjung berkeliling. Pada tahun 2018, dilakukan pembuatan tempat parkir, pagar pada beberapa bagian, pembuatan/perluasan atap pada beberapa bagian, dan pekerjaan saluran drainase dengan buis beton yang bertutup. Sumber: Dinas Kebudayaan DIY. 2020. Penataan Situs Kauman Pleret Tahun 2016. Diakses melalui budaya.jogjaprov.go.id. Dinas Kebudayaan DIY. 2020. Penataan Situs Kauman Pleret Tahun 2017. Diakses melalui budaya.jogjaprov.go.id. Dinas Kebudayaan DIY. 2020. Revitalisasi Situs Kauman Plered di Tahun 2018. Diakses melalui budaya.jogjaprov.go.id.
Riwayat Penelitian
:
Dinas Kebudayaan Kabupaten Bantul. 2019. Pusparagam Cagar Budaya Kabupaten Bantul 2016-2019 Naskah Rekomendasi Penetapan Dua Piluh Tiga Umpak Masjid Agung Plered Sebagai BCB Peringkat Kabupaten. TACB Bantul.
Riwayat Perlindungan
:
Pembersihan berkala dilakukan pada 23 umpak Masjid Agung Plered dan area situs.
Nilai Sejarah
:
Menjadi bukti pernah berdirinya Kasultanan Mataram Islam yang terletak di Kabupaten Bantul.
Nilai Ilmu Pengetahuan
:
memberikan informasi tentang teknologi pengolahan yang dipergunakan untuk membangun Keraton Kasultanan Mataram Islam. memberikan informasi tentang pemilihan jenis batu yang digunakan untuk pembangunan keraton abad ke-17 M. bermanfaat untuk dijadikan objek penelitian arkeologi, sejarah, dan seni pahat batu. merupakan objek konservasi.
Nilai Agama
:
Menjadi bukti berkembangnya agama Islam pada masa Mataram Islam di Bantul pada abad ke-17.
Nilai Pendidikan
:
Sebagai pembelajaran masyarakat umum dan peserta didik tentang filosofi yang terdapat pada bangunan masjid di lingkungan keraton Jawa. Memberikan inspirasi bagi pendidikan lokal sebagai landasan bagi penguatan karakter bangsa.
Nilai Budaya
:
Menunjukkan bukti telah dimilikinya kemampuan masyarakat masa Mataram Islam untuk membangun konstruksi masjid yang unik. Keunikan tersebut terdapat pada bentuk umpak masjid yang bulat, terbuat dari batu andesit, dan berukuran besar.
Pemilik
Nama Pemilik Terakhir
:
Dinas Kebudayaan DIY
Pengelolaan
Nama Pengelola
:
Dinas Kebudayaan DIY
Catatan Khusus
:
Koordinat pada NR: -49 X = 0434482 Y = 9130587Kondisi terawat, beberapa umpak masih separuh terpendam di dalam tanah.