Loading

Arca Dhyani Budha Amitabha

Status : Benda Cagar Budaya

Deskripsi Singkat

Arca Dhyani Budha Amitabhamasuk dalam Inventaris Balai Pelestarian Cagar Budaya DIY pada 10 Januari 1980 berasal dari Dusun Palgading. Desa Sinduharjo, Kecamatan Ngaglik, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Arca dari Palgading dapat dikenali sebagai Dhyani Budha Amitabha dari sikap tangan dhyanamudra yang melambangkan sikap semedi. Arca Dhyani Budha Amitabha sesuai konsep pantheon agama Budha, sebagai penguasa barat bersama Dhyani Bodhisatwa Awalokite?wara dan Manusi Budha Sakyamuni. Pantheon arca yang berkaitan dengan ini dapat dilihat pada Candi Barabudur dan Candi Kalasan (relung arca di bagian atap candi).  

Arca Dhyani Budha Amitabha dari Palgading digambarkan dengan sikap  duduk vajr?sana, yaitu sikap duduk bersila dalam posisi meditasi, sikap ini sering pula disebut yog?sana. Arca ini duduk di atas padm?sana atau teratai merah. Sebagaimana lazimnya atribut arca Dhyani Budha, yaitu usnisa atau sanggul yang melambangkan kebijaksanaan atau kearifan (David L. Snellgrove, 1982), namun sayang arca Dhyani Budha Amitabha dari Palgading ini telah patah pada bagian kepala.

Status : Benda Cagar Budaya
Periodesasi : Klasik
Nama Lainnya : Arca Dhyani Budha Amitabha (No. Inventaris BG 390)
Alamat : Palgading , Sinduharjo, Ngaglik, Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta.

SK Walikota/Bupati : SK Bupati Sleman


Lokasi Penemuan : Dusun Palgading. Desa Sinduharjo, Kecamatan Ngaglik, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta
Keterawatan : Utuh dan Terawat,Tidak Utuh /
Dimensi Benda : Panjang -
Lebar 52 cm
Tinggi 98 cm
Tebal 56 cm
Diameter -
Berat -
Ciri Fisik Benda
Warna : abu-abu
Ciri Fisik Benda
Warna : abu-abu
Fungsi Benda
Dimensi Struktur
Gambaran Umum Bentuk Bangunan
Tokoh : -
Konteks : Di dalam agama Budha dikenal adanya dua aliran, yaitu Budha Hinayana dan Budha Mahayana. Hal ini dapat dilihat dari alam kedewaan atau pantheon yang dipuja. Budha Hinayana tidak mengenal alam kedewaan yang luas sebagaimana Budha Mahayana. Di Indonesia yang berkembang adalah Budha Mahayana, dengan pemujaan terhadap Dhyani Budha, Manusi Budha dan Dhyani Bodhisatwa.  Dari ketiga tingkatan Budha tersebut yang banyak dipuja adalah Dhyani Budha dan Dhyani Bodhistwa. Dhyani Budha terlengkap dapat dilihat pada Candi Borobudur, sedangkan Dhyani Bodhisatwa dijumpai pada beberapa candi, seperti Candi Plaosan, Candi Risan, Candi Ngawen, dan Candi Palgading. Arca Dhyani Budha Amitabhayang ditemukan di Palgading, menjadi bukti bahwa Palgading merupakan candi yang berlatar belakangagama Budha Mahayana.  Di Daerah Istimewa Yogyakarta perkembangan agama Budha dapat diketahui dari prasasti Kalasan yang merupakan keterangan tertulisyang menyinggung tentang agama Budha.  Dari prasati yang memuat angka tahun 700 Şaka atau 778Masehi didapat keterangan tentang pendirian bangunan suci bagi Dewi Tara dan sebuah biara untuk para pendeta kerajaan. Bangunan suci itu dibangun oleh Mahârâja Tejahpurnapana Panamkarana atas bujukkan Guru Sang Raja yang merupakan mustika-nya keluarga Sailendra. Di samping itu juga disebutan bahwa Panamkarana menghadiahkan desa Kalasa kepada para Sangga. (Sartono Kartadirdja dkk, 1975). Sanggaadalah para pemeluk agama Budha. Dengan demikian agama Budha telah berkembang di wilayah Daerah Isimewa Yogyakarta sejak abad ke-8 Masehi.  Tentang Candi Palgading dengan temuan arca Dhyani Budha Amitabha belum diketahui secara pasti kapan dibangunnya karena hingga saat ini belum ditemukan bukti tertulis atau prasasti yang berkaitan dengan candi ini. Dari analogi tentang berkembangnya agama Budha di pulau Jawa, maka Candi Palgading diperkirakan berdiri pada abad IX – X Masehi, demikian pula dengan arcanya. Selain arca Dhyani Budha Amitabha,di Palgadingjuga ditemukan arca Dhyani Bodhisatwa Awalokiteșwara. Dengan temuan tersebut memperkuat dugaan bahwa di Palgading pada masa Hindu di Indonesia merupakan tempat pemujaan bagi pemeluk agama Budha.  
Riwayat Penemuan : Arca Dhyani Budha Amitabhamasuk dalam Inventaris Balai Pelestarian Cagar Budaya DIY pada 10 Januari 1980 berasal dari Dusun Palgading. Desa Sinduharjo, Kecamatan Ngaglik, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta.
Nilai Sejarah : Memperlihatkan bukti-bukti peradaban sejarah di Indonesia, pengenalan agama dan kebudayaan India dan secara arkeologis menunjukan adanya korelasi atau kontektual dengan bangunan cagar budaya, maupun struktur cagar budaya Candi Palgading.
Nilai Ilmu Pengetahuan : Teknik pahat yang memperlihatkan kemajuan kehidupan masyarakat waktu itu dan berpotensi untuk diteliti lebih lanjut dalam rangka menjawab masalah-masalah dalam bidang keilmuan khususnya arkeologi.
Nilai Budaya : Meneguhkan bahwa Bangsa Indonesia memiliki kecerdasan dan peradaban yang sudah cukup lama.
Pemilik
Nama Pemilik Terakhir : Balai Pelestarian Cagar Budaya Daerah Istimewa Yogyakarta (sekarang Ba
Pengelolaan
Nama Pengelola : Balai Pelestarian Cagar Budaya Daerah Istimewa Yogyakarta (sekarang Ba
Catatan Khusus : Kondisi arca telah aus dan pada beberapa bagianhilang/rusak, yaitu kepala dan sebagaian sandaran arcanya.