Loading

Masuk Jogjacagar

Arca Dhyani Bodhisatwa Awalokiteswara (No. Inventaris BG 1861)

No. Reg. 3404122003.1.2022.45 Status Cagar Budaya

Deskripsi Singkat

Benda Klasik 4 M 5 M

Arca Dhyani Bodhisatwa Awalokite?wara ditemukan 19 Februari 2007 di Dusun Palgading. Desa Siduharjo, Kecamatan Ngaglik, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Arca ditemukan dalam keadaan patah pada bagian leher menjadi dua bagian besar. Selain itu ada bagian yang belum ditemuan yaitu sebagian dari stella atau sandaran arca bagian kiri dan kanan, serta adanya keausan batu pada bagian tangan sebelah kiri.
Arca dari Palgading dapat dikenali sebagai Dhyani Bodhisatwa Awalokite?wara atau Padmapani, dengan ciri utamanya berupa Dhyani Budha Amitabha pada mahkotanya. Atribut lain adalah memegang padma yang di atasnya ada pustaka atau buku. Dhyani Bodhisatwa Awalokite?wara dari Palgading tangan kanannya bersikap waradamudra atau waramudra, yaitu sikap tangan memberi anugerah, seperti sikap tangan Dhyani Budha Ratnasambhawa.
Mahkota arca ini berbentuk kiritamukuta, di lehernya memakai hara atau kalung, keyura atau kelat bahu di lengan, dan kankana atau gelang. Arca digambarkan dengan sikap duduk paryanka atau padmasana, yaitu duduk sila dengan kedua kaki saling bersilangan. Arca Dhyani Bodhisatwa Awalokite?wara digambarkan duduk di atas lapik atau landasan arca berbentuk teratai merah atau padmasana.


Kondisi Saat Ini : Kondisi arca telah pecah pada bagian leher sampai sandaran arcanya menjadi dua bagian, namun dapat disatukan, kerusakan ini sudah terjadi sejak ditemukan. Secara keseluruhan arca dalam keadaan terawat.

Informasi Cagar Budaya

Lokasi Penyimpanan Benda : Dusun Palgading Kel. Sinduharjo Kec. Ngaglik Kab. Sleman Prov. Daerah Istimewa Yogyakarta
Koordinat -7.72604908995665 ; 110.41105471332013

Lokasi Arca Dhyani Bodhisatwa Awalokiteswara (No. Inventaris BG 1861)


Koordinat Penemuan : -; -
Keterawatan : /
Dimensi Benda : Panjang -
Lebar -
Tinggi -
Tebal -
Diameter -
Berat -
Ciri Fisik Benda
Ciri Fisik Benda
Fungsi Benda
Dimensi Struktur
Gambaran Umum Bentuk Bangunan
Peristiwa Sejarah : Di dalam agama Budha dikenal adanya dua aliran, yaitu Budha Hinayana dan Budha Mahayana. Hal ini dapat dilihat dari alam kedewaan atau pantheon yang dipuja. Budha Hinayana tidak mengenal alam kedewaan yang luas sebagaimana Budha Mahayana. Di Indonesia yang berkembang adalah Budha Mahayana, dengan pemujaan terhadap Dhyani Budha, Manusi Budha dan Dhyani Bodhisatwa. Dari ketiga tingkatan Budha tersebut yang banyak dipuja adalah Dhyani Budha dan Dhyani Bodhisatwa. Dhyani Budha terlengkap dapat dilihat pada Candi Borobudur, sedangkan Dhyani Bodhisatwa dijumpai pada beberapa candi, seperti Candi Plaosan Lor, Candi Risan, Candi Ngawen, dan Candi Palgading. Awalokiteșwara merupakan salah satu dari Dhyani Bodhisatwa, yang berarti juru penerang, mendapat pengetahuan Bodhi tetapi menolak masuk nirwana dan berkeinginan memberi petunjuk kepada manusia untuk mencapai kebenaran. Dhyani Bodhisatwa berasal dari lima Budha dalam meditasi atau Dhyani Budha. Kelima Dhyani Bodhisatwa itu adalah Samantrabhadra, Wajrapani, Ratnapani, Awalokiteșwara (Padmapani), dan Wiswapani, yang muncul dari Dhyani Budha Wairocana, Aksobya, Ratnasambhawa, Amitaba, dan Amogasidhi. (R.S. Gupte, 1972). Arca Dhyani Bodhisatwa Awalokiteșwara sering pula disebut Padmapani, dengan ciri khas adanya arca Dhyani Budha Amitaba pada makuta atau mahkotanya. Arca Dhyani Budha Awaloiteșwara yang ditemukan di Palgading, menjadi bukti bahwa Palgading merupakan candi dari agama Budha Mahayana. Di Daerah Istimewa Yogyakarta perkembangan agama Budha dapat diketahui dari prasasti Kalasan yang merupakan keterangan tertulis yang berisi tentang agama Budha. Dari prasati yang memuat angka tahun 700 Şaka atau 778 Masehi didapat keterangan tentang pendirian bangunan suci bagi Dewi Tara dan sebuah biara untuk para pendeta kerajaan. Bangunan suci itu dibangun oleh Mahârâja Tejahpurnapana Panamkarana atas bujukkan Guru Sang Raja yang merupakan mustikanya keluarga Şailendra. Di samping itu juga disebutan bahwa Panamkarana menghadiahkan desa Kalasa kepada para Sangga. (Sartono Kartadirdja dkk, 1975). Sangga adalah para pemeluk agama Budha. Dengan demikian agama Budha telah berkembang di wilayah Daerah Isimewa Yogyakarta sejak lama. Candi Palgading yang juga memiliki temuan arca Awalokiteșwara belum diketahui secara pasti kapan dibangunnya, karena hingga saat ini belum ditemukan bukti tertulis atau prasati yang berkaitan dengan candi ini. Dari analogi tentang berkembangnya agama Budha di pulau Jawa, maka Candi Palgading diperkirakan berdiri pada abad IX – X Masehi, demikian pula dengan ciri-ciri arcanya. Selain arca Awalokiteșwara juga ditemukan arca Dhyani Budha Aksobya di Palgading. Dengan temuan tersebut memperkuat dugaan bahwa di Palgading pada masa Hindu di Indonesia merupakan tempat pemujaan bagi pemeluk agama Budha.
Nama Pemilik Terakhir : BPCB DIY
Riwayat Pengelolaan
Nama Pengelola : BPCB DIY