Dimensi Benda | : |
Panjang Lebar Tinggi Tebal Diameter Berat |
Jumlah WBCB | : | Kompleks tersebut memiliki lima bangunan cagar budaya, yakni gedung Iso Reksohadiprodjo, Herman Yohannes, Soeparwi, Tjahjono Adi, dan Perpustakaan Sekolah Vokasi. |
Peristiwa Sejarah | : | Sejak diresmikan pada tanggal 19 Desember 1949, Universitas Gadjah Mada terus mengalami perkembangan terutama dalam penambahan jumlah mahasiswa. Bertambahnya jumlah mahasiswa menyebabkan kebutuhan akan gedung baru semakin meningkat. Untuk memenuhi hal tersebut diperlukan pembangunan kompleks kampus yang terpadu. Apalagi pada masa awal, kegiatan belajar mengajar di UGM masih dilakukan di tempat yang terpisah. Pemerintah RI yang saat itu berkedudukan di Yogyakarta berencana untuk membangun gedung di Bulaksumur yang diperkirakan dapat menampung 10.000 mahasiswa. Rencana tersebut mulai dibahas saat Dies Natalis UGM yang pertama tanggal 19 Desember 1950 yang dihadiri oleh wakil Presiden Drs. Moh. Hatta. Pada waktu itu wakil presiden kemudian membicarakan rencana tersebut dengan ketua Dewan Kurator dan Dewan Pengurus Senat. Persiapan selanjutnya adalah pembentukan panitia gabungan yang bertugas membeli tanah. Panitia tersebut diketuai oleh K.R.T Honggowongso dari unsur pemerintah daerah, Prof. Ir. Wreksohadiningrat dari Universitet Negeri Gadjah Mada, Mr. Imam Koes Soetikno dari Pengadilan Negeri, KRT Prawiraningrat dari Kabupaten Sleman, KRT Wiroboemi dari Kantor Urusan Tanah, R. Soeroso dari Djawatan Gedung, R. Prodjo Sindoero dari Kota Besar Jogjakarta, Sadji Sastrosasmito dari Petani, Soemarto dari BTI, Soedarmo dari S.T.II, KRT Mertosono dari Djawatan Pekerjaan Umum Daerah. Persiapan teknis pembangunan gedung diserahkan kepada Kementerian Pekerjaan Umum dan Jawatan Gedung-Gedung. Kedua instansi tersebut kemudian mengangkat Insinyur Praktik Soetardjo dan Insinyur Praktik Hadinegoro untuk bertugas merancang dan membuat gambar gedung baru. Selanjutnya kedua instansi tersebut mendapat bantuan dari Kantor Planologi yang diwakili oleh Prof. Poerbodiningrat dan Insinyur Praktik Djojosoegardo. Bantuan tersebut dari Yayasan Guna Dharma yang dipimpin oleh Sri Sultan Hamengku Buwana IX. Presiden Universitas Prof. Dr. M. Sardjito dalam Laporan Tahunan Universitit Gadjah Mada bagi Tahun Pengadjaran 1952/1953 menjelaskan bahwa kerja sama yang terjalin antara UGM, Jawatan Gedung-Gedung dengan Yayasan Guna Dharma, adalah guna membangun asrama mahasiswa untuk sekitar 1.000 orang, gedung tata usaha bertingkat dua, asrama mahasiswa di Baciro, asrama putri, rumah-rumah guru dan gedung-gedung darurat. Peletakan batu pertama pembangunan kompleks gedung baru Universitas Gadjah Mada dilakukan oleh Presiden Soekarno pada tanggal 19 Desember 1951. Bangunan baru tersebut kemudian dikenal sebagai gedung pusat atau rektorat. Bersamaan dengan dibangunnya Gedung Pusat di Bulaksumur juga dibangun beberapa bangunan di kawasan Sekip, salah satunya adalah Gedung Pantja Dharma. Dalam Laporan Tahunan Universitit Gadjah Mada bagi Tahun Pengadjaran 1951/1952 Presiden Universitas Prof. Dr. M. Sardjito menyinggung rencana pendirian asrama mahasiswa berhubung UGM kesulitan untuk menyediakan fasilitas perumahan bagi mahasiswa yang saat itu jumlahnya mencapai 3.439 orang. Beberapa bangunan di Kawasan Sekip (lokasi Kompleks Pantja Dharma) dapat diselesaikan pembangunannya lebih awal dari pada Gedung Pusat Universitas Gadjah Mada, sehingga beberapa fakultas sudah dapat dimanfaatkan pada tahun 1956. |
Konteks | : | Berdasarkan prasasti yang terdapat di dinding atas tangga menuju lantai dua Gedung Perpustakaan/Sekip Unit V, Gedung Pantja Dharma diresmikan penggunaannya oleh Presiden Sukarno pada tanggal 19 Desember 1959, bersamaan dengan peresmian Gedung Pusat UGM. Prasasti tersebut bertuliskan: GEDUNG PANTJA DHARMA UNIVERSITAS GADJAH MADA DIRESMIKAN PADA TANGGAL 19 DESEMBER 1959 OLEH PADUKA JANG MULIA PRESIDEN RI DR. IR. SOEKARNO. Gedung Pantja Dharma terdiri dari lima unit bangunan, yaitu Sekip Unit I, Sekip Unit II, Sekip Unit III, Sekip Unit IV, dan Sekip Unit V. Pantja memiliki arti lima dan dharma berarti ajaran atau ilmu pengetahuan. Gedung Pantja Dharma berlokasi di lahan yang pada zaman Belanda disebut sebagai militaire schiet- en landingsterrein atau lapangan tembak dan terbang militer. Tempat tersebut lalu disebut sebagai Sekip sehingga gedung Pantja Dharma juga disebut sebagai Gedung Sekip. Gedung Unit I-IV awalnya akan digunakan sebagai rumah siswa asrama namun karena kebutuhan ruang kuliah untuk fakultas baru lebih mendesak, maka gedung itu beralih fungsi sebagai gedung Fakultas. a. Unit I saat ini digunakan sebagai Kantor Pusat Tata Usaha Sekolah Vokasi UGM dengan nama Gedung Iso Reksohadiprodjo. Sebelumnya di gunakan sebagai Fakultas Pertanian b. Unit II saat ini digunakan untuk kegiatan akademik Departemen Teknologi Hayati dan Veteriner Sekolah Vokasi UGM dengan nama Gedung Soeparwi. Sebelumnya digunakan sebagai Fakultas Kedokteran Hewan. c. Unit III saat ini digunakan untuk kegiatan akademik Departemen Teknik Elektro dan Informatika Sekolah Vokasi UGM dengan nama Gedung Herman Yohannes. Sebelumnya digunakan sebagai Fakultas MIPA. d. Unit IV Saat ini digunakan untuk kegiatan akademik Departemen Teknik Mesin Sekolah Vokasi UGM dengan nama Gedung Tjahjono Adi. Sebelumnya digunakan sebagai Fakultas Teknik. e. Unit V saat ini digunakan sebagai perpustakaan, ruang pertemuan dan Vocational Development Center, Sekolah Vokasi UGM dengan nama Gedung Perpustakaan. Lokasi Kompleks Pantja Dharma pada tanggal 26 Oktober-14 November 1959 digunakan sebagai tempat pelaksanaan Konferensi Perencanaan Colombo Plan (Pra Colombo Plan) yang dihadiri oleh 21 negara. Pada saat konferensi, gedung Pantja Dharma disebut Colombodorp. Pemilihan gedung Pantja Dharma sebagai tempat konferensi dimaksudkan untuk menunjukan perkembangan pembangunan Indonesia kepada dunia sejak Indonesia bergabung dengan Colombo Plan pada 1953. Setelah konferensi selesai, Gedung Pantja Dharma kembali diserahkan kepada Sri Sultan Hamengku Buwono IX yang kemudian dimanfaatkan oleh UGM. |
Nilai Sejarah | : | Situs Cagar Budaya Tempat Konferensi Colombo Plan XI Tahun 1959 Di Yogyakarta merupakan bukti sejarah berupa fasilitas fisik yang pertama dibangun dan dimiliki oleh Pemerintah Republik Indonesia sebagai tempat penyelenggaraan pertemuan internasional (XIth Consultative Committee Conference Colombo Plan) pada tahun 1959 sebagai salah satu pertemuan intemasional yang rnenghasilkan kerja sama multilateral di bidang ekonomi dan pembangunan Sumber Daya Manusia. |
Nama Pemilik Terakhir | : | Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi RI |
Nama Pengelola | : | Sekolah Vokasi Universitas Gadjah Mada |