Loading

Kompleks Pantja Dharma Universitas Gadjah Mada

Status : Situs Cagar Budaya

Deskripsi Singkat

Lokasi Kompleks Pantja Dharma Universitas Gadjah Mada merupakan cikal bakal sarana Pendidikan pertama yang dibangun Universitas Gadjah Mada dalam bentuk kompleks bangunan yang dirancang secara khusus dengan pola tata ruang simetris bersamaan dengan Gedung pusat Universitas Gadjah Mada. Kompleks tersebut memiliki lima bangunan cagar budaya, yakni Gedung Iso Reksohadiprodjo, Herman Yohannes, Soeparwi, TjahjonoAdi, dan Perpustakaan SekolahVokasi. Kelima Gedung tersebut kemudian membentuk kompleks yang disebut sebagai Pantja Dharma. Pantja memiliki arti lima dan dharma berarti ajaran atau ilmu pengetahuan.
Lima bangunan cagar budaya tersebut sebagai berikut:
1. Gedung Isa Reksohadiprodjo
Gedung Isa Reksohadiprodjo memiliki fasad bangunan yang simetris. Atap bangunan merupakan atap limasan. Pintu yang digunakan adalah pintu ganda berukuran besar dengan bahan kayu dan Jendelanya model krepyak. Pada bagian jendela terdapat tritisan dan bouenlicht. Bouenlicht tersebut juga terdapat pada fasad bangunan diatas kanopi teras. Terdapat dua buah bangunan seperti menara, yang posisinya mengapit pintu utama Gedung dan memiliki rooster. Bangunan saat ini digunakan sebagai Kantor Pusat Tata Usaha Sekolah Vokasi Universitas Gadjah Mada.
2. Gedung Herman Yohannes
Gedung Herman Yohannes memiliki fasad bangunan yang simetris. Atap bangunan merupakan atap limasan. Pintu yang digunakan adalah pintu ganda berukuran besar dengan bahan kayu dan jendelanya model krepyak. Pada bagian jendela terdapat tritisan dan bouenlicht. Bovenlicht tersebut juga terdapat pada fasad bangunan diatas kanopi teras. Terdapat dua buah bangunan seperti menara, yang posisinya mengapit pintu utama Gedung dan memiliki rooster. Saat ini bangunan digunakan sebagai Sekolah Vokasi Departemen Teknik Elektro dan Informatika.
3. GedungSoeparwi
Gedung Soeparwi memiliki fasad bangunan yang simetris. Atap bangunan merupakan atap limasan. Pintu yang digunakan adalah pintu ganda berukuran besar dengan bahan kayu dan jendelanya model krepyak. Pada bagian jendela terdapat tritisan dan bouenlicht. Bouenlicht tersebut juga terdapat pada fasad bangunan diatas kano piteras. Terdapat dua buah bangunan seperti menara, yang posisinya mengapit pintu utama Gedung dan memiliki rooster. Saat ini Gedung Soeparwi digunakan sebagai Gedung Sekolah Vokasi Universitas Gadjah Mada Departemen Teknologi Hayati dan Veteriner.
4. Gedung Tjahjono Adi
Gedung Tjahjono Adi memiliki fasad bangunan yang simetris. Atap bangunan merupakan atap limasan. Pintu yang digunakan adalah pintu ganda berukuran besar dengan bahan kayu dan jendelanya model krepyak. Pada bagian jendela terdapat tritisan dan bovenlicht·Bovenlicht tersebut juga terdapat pada fasad bangunan diatas kanopi teras. Terdapat dua buah bangunan seperti menara, yang posisinya mengapit pintu utama Gedung dan memiliki rooster. Saat ini bangunan digunakan sebagai Sekolah Vokasi Departemen Teknik Mesin.
5. Gedung Perpustakaan Sekolah Vokasi.
Bangunan ini terdiri atas 3(tiga) lantai menghadap ke arah timur. Pada masing-masing lantai terdapat tritisan yang terletak dibawah bovenlicht. Denah bangunan berbentuk empat persegi Panjang membujur utara selatan berukuran 53m x 20m, namun pada sisi barat terdapat bangunan yang menonjol yang juga berbentuk persegi empat berukuran 16m x 15m.
Lokasi Kompleks Pantja Dharma pada tanggal 26 Oktober-14 November 1959 digunakan sebagai tempat pelaksanaan Konferensi Perencanaan Colombo Plan (Pra Colombo Plan) yang dihadirioleh 21 (duapuluhsatu) negara. Pada saat konferensi, Gedung Pantja Dharma disebut Colombo dorp. Pemilihan Gedung Pantja Dharma sebagai tempat konferensi dimaksudkan untuk menunjukan perkembangan pembangunan Indonesia kepada dunia sejak Indonesia bergabung dengan Colombo Plan pada 1953. Setelah konferensi selesai, Gedung Pantja Dharma Kembali diserahkan kepada Sri Sultan Hamengku Buwono IX yang kemudian dimanfaatkan oleh Universitas Gadjah Mada.

Status : Situs Cagar Budaya
Alamat :

SK Walikota/Bupati : SK Bupati Sleman No 80.10/Kep.KDH/A/2021


Dimensi Benda : Panjang
Lebar
Tinggi
Tebal
Diameter
Berat
Ciri Fisik Benda
Ciri Fisik Benda
Fungsi Benda
Dimensi Struktur
Gambaran Umum Bentuk Bangunan
Jumlah WBCB : -
Peristiwa Sejarah : Sejak diresmikan pada tanggal 19 Desember 1949, Universitas Gadjah Mada terus mengalami perkembangan terutama dalam penambahan jumlah mahasiswa. Bertambahnya jumlah mahasiswa menyebabkan kebutuhan akan Gedung baru semakin meningkat. Untuk memenuhi hal tersebut diperlukan pembangunan kompleks kampus yang terpadu. Apalagi pada masa awal, kegiatan belajar mengajar di Universitas Gadjah Mada masih diJakukan ditempat yang terpisah. Pernerintah Republik Indonesia yang saat itu berkedudukan di Yogyakarta berencana untuk membangun Gedung di Bulak sumur yang diperkirakan dapat menampung 10.000 mahasiswa. Rencana tersebut mulai dibahas saat Dies Natalis Universitas Gadjah Mada yang pertama tanggal 19 Desember 1950 yang dihadiri oleh Wakil Presiden Drs. Moh. Hatta. Pada waktu itu Wakil Presiden kemudian membicarakan rencana tersebut dengan ketua Dewan Kurator dan Dewan Pengurus Senat. Persiapan selanjutnya adalah pembentukan panitia gabungan yang bertugas membeli tanah. Panitia tersebut diketuai oleh K.R.T. Honggowongso dari unsur pemerintah daerah, Prof.Ir. Wreksohadiningrat dari Universitet Negeri Gadjah Mada, Mr. Imam Koes Soetikno dari Pengadilan Negeri, K.R.T. Prawiraningrat dari Kabupaten Sleman, K.R.T. Wiroboemi dari Kantor Urusan Tanah, R. Soeroso dari Djawatan Gedung, R. Prodjo Sindoero dari Kota Besar Jogjakarta, Sadji Sastrosasmito dari Petani, Soemarto dari Barisan Tani Indonesia, Soedarmodari dari Sarekat Tani Islam Indonesia, K.R.T. Mertosono dari Djawatan Pekerjaan Umum Daerah. Persiapan teknis pembangunan Gedung diserahkan kepada Kementerian Pekerjaan Umum dan Jawatan Gedung-Gedung.Kedua instansi tersebut kemudian mengangkat lnsinyur Praktik Soetardjo dan Insinyur Praktik Hadinegoro untuk bertugas merancang dan membuat gambar Gedung baru. Selanjutnya kedua instansi tersebut mendapat bantuan dari Kantor Planologi yang diwakili oleh Prof. Poerbodiningrat dan insinyur Praktik Djojosoegardo. Bantuan tersebut dari Yayasan Guna Dharma yang dipimpin oleh Sri Sultan Hamengku Buwana IX. Presiden Universitas Prof. M. Sardjito dalam Laporan Tahunan Universitit Gadjah Mada bagi Tahun Pengadjaran 1952/1953 menjelaskan bahwa kerja sama yang terjalin antara Universitas Gadjah Mada, Jawatan Gedung-Gedung dengan Yayasan Guna Dharma, adalah guna membangun asrama mahasiswa untuk sekitar 1.000{seribu) orang, Gedung tata usaha bertingkat dua, asrama mahasiswa di Baciro, asrama putri, rumah-rumah guru dan gedung-gedung darurat. Peletakan batu pertama pembangunan kompleks Gedung baru Universitas Gadjah Mada dilakukan oleh Presiden Republik Indonesia Soekarno pada tanggal 19 Desember 1951. Bangunan baru tersebut kemudian dikenal sebagai Gedung pusat atau rektorat. Bersamaan dengan dibangunnya Gedung Pusat di Bulaksumur juga dibangun beberapa bangunan dikawasan Sekip, salah satunya adalah Gedung Pantja Dharma.Dalam Laporan Tahunan Universitit Gadjah Mada bagi Tahun Pengadjaran 1951/1952 Presiden Universitas Gadjah Mada Prof. Dr. M. Sardjíto menyinggung rencana pendirian asrama mahasiswa, berhubung Universitas Gadjah Mada kesulitan untuk menyediakan fasilitas perumahan bagi mahasiswa yang saat itu jumlahnya mencapai 3.439(tiga ribu empat ratus tiga puluh sembilan) orang. Beberapa bangunan di Kawasan Sekip (lokasi Kompleks Pantja Dharma) dapat diselesaikan pembangunannya lebih awal dari pada Gedung Pusat Universitas Gadjah Mada, sehingga beberapa fakultas sudah dapat dimanfaatkan pada tahun 1956.Berdasarkan prasasti yang terdapat didinding atas tangga menuju lantai dua Gedung Perpustakaan/Sekip Unit V, Gedung Pantja Dharma diresmikan penggunaannya oleh Presiden Republik Indonesia Soekarno pada tanggal 19 Desember 1959, bersamaan dengan peresmian Gedung Pusat Universitas Gadjah Mada. Prasasti tersebut bertuliskan: GEDUNG PANTJA DHARMA UNIVERSITAS GADJAH MADA DIRESMIKAN PADA TANGGAL 19 DESEMBER 1959 OLEH PADUKA JANG MULIA PRESIDEN RI DR. IR. SOEKARNO.Gedung Pantja Dharma terdiri dari lima unit bangunan, yaitu Sekip Unit I, Sekip Unit II, Sekip Unit III, Sekip Unit IV, dan Sekip Unit V. Pantja memiliki arti lima dan dharma berarti ajaran atau ilmu pengetahuan. Gedung Pantja Dharma berlokasi di lahan yang pada zaman Belanda di sebut sebagai militaireschiet- enlandingsterrein atau lapangan tembak dan terbang militer.Tempat tersebut lalu disebut sebagai Sekip sehingga Gedung Pantja Dharma juga disebut sebagai Gedung Sekip. GedungUnit I-IV awalnya akan digunakan sebagai rumah siswa asrama namun karena kebutuhan ruang kuliah untuk fakultas baru lebih mendesak, maka Gedung itu beralih fungsi sebagai Gedung Fakultas, sebagai berikut:a. Unit I saat ini digunakan sebagai Kantor Pusat Tata Usaha Sekolah Vokasi Universitas Gadjah Mada dengan nama Gedung Iso Reksohadiprodjo. Sebelumnya digunakan sebagai Fakultas Pertanian;b. Unit II saat ini digunakan untuk kegiatan akademik Departemen Teknologi Hayati dan Veteriner Sekolah Vokasi Universitas Gadjah Mada dengan nama Gedung Soeparwi. Sebelumnya digunakan sebagai Fakultas Kedokteran Hewan;c. Unit III saat ini digunakan, untuk kegiatan akademik Departemen Teknik Elektro dan Informatika Sekolah Vokasi Universitas Gadjah Mada dengan nama Gedung Herman Yohannes. Sebelumnya digunakan sebagai Fakultas MIPA;d. Unit IV Saat ini digunakan untuk kegiatan akademik Departemen Teknik Mesin Sekolah Vokasi Universitas Gadjah Mada dengan nama Gedung Tjahjono Adi. Sebelumnya digunakan sebagai Fakultas Teknik; dane. Unit V saat ini digunakan sebagai perpustakaan, ruang pertemuan dan Vocational Development Center, Sekolah Vokasi Universitas Gadjah Mada dengan nama Gedung Perpustakaan.Lokasi Kompleks Pantja Dharma pada tanggal 26 Oktober-14 November 1959 digunakan sebagai tempat pelaksanaan Konferensi Perencanaan Colombo Plan (Pra Colombo Plan) yang dihadirioleh 21(dua puluh satu) negara. Pada saat konferensi, Gedung Pantja Dharma disebut Colombo dorp. Pemilihan Gedung Pantja Dharma sebagai tempat konferensi dimaksudkan untuk menunjukan perkembangan pembangunan Indonesia kepada dunia sejak Indonesia bergabung dengan Colombo Plan pada 1953.
Pemilik
Nama Pemilik Terakhir : Universitas Gadjah Mada
Pengelolaan
Nama Pengelola : Universitas Gadjah Mada