Bahan Pendamping | : | batu marmer |
Dimensi Benda | : |
Panjang Lebar Tinggi Tebal Diameter Berat |
Bahan Utama | : | Batu |
Bahan Pendamping | : | batu marmer |
Jenis Struktur | : | Lain-lain |
Bentuk | : | Memanjang |
Panjang | : | 2.09 m |
Lebar | : | 0.93 m |
Tinggi | : | 1 m |
Jenis Bangunan | : | Lain-lain |
Tokoh | : | Dokter Wahidin Soedirohoesodo |
Konteks | : | Dokter Wahidin Soedirohoesodo lahir di Mlati, Kabupaten Sleman pada tanggal 7 Januari 1852. Pada usia tujuh tahun Wahidin mengenyam pendidikan di Sekolah Ongko Loro dan kemudian melanjutkan ke Lagere School, Sekolah Rakyat Berbahasa Belanda di Yogyakarta. Sekolah tersebut merupakan sekolah bagi anak-anak Belanda atau bangsa Eropa lainnya serta anak-anak pribumi keturunan bangsawan/priyayi. Jenjang pendidikan berikutnya, Wahidin melanjutkan ke Tweede Europese School (Batavia) yang merupakan Sekolah Rakyat Eropa Kedua. Lulus dengan nilai memuaskan, Wahidin mendapat saran dari para guru dan pamannya untuk melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi, sehingga kemudian Ia menuntut ilmu di Sekolah Dokter Jawa selama tiga tahun. Sekolah tersebut pada tahun 1902 berubah nama menjadi STOVIA (School tot Opleiding vor Indiandsche Arisen). Setelah menyelesaikan pendidikannya, Wahidin diangkat menjadi Asistent Leerar (Asisten Dosen) karena nilainya yang baik. Sejak saat itu Wahidin dikenal dengan Dokter Mas Ngabehi Soedirohoesodo. Pada tahun 1890-an majalah Retno Dumilah diterbitkan oleh Dokter Wahidin. Majalah tersebut terbit dalam dua bahasa yaitu Bahasa Jawa dan Bahasa Melayu (Indonesia) dan terbit dua kali dalam seminggu. Dokter Wahidin berperan sebagai pemimpin redaksi dan penulis yang cukup aktif. Minat yang tinggi terhadap majalah tersebut sampai ke Eropa hingga pada Januari 1896 majalah Retno Dumilah mempunyai agen di Elsbach St Quentin, Paris. Majalah lain yang juga diterbitkan oleh Dokter Wahidin adalah Guru Kalurahan. Majalah tersebut bertujuan untuk membeirkan pengetahuan kepada masyarakat di Kalurahan tentang kesehatan, pertanian dan lain sebagainya. Dokter Wahidin melakukan pengadaan dana beasiswa (studiefonds) yang berasal dari dana pribadi, baru kemudian diambil dari potongan gaji pegawai negeri. Dalam pelaksanaannya kemudian tidak semua berjalan lancar. Hanya di Jakarta studiefonds dapat berjalan dengan baik karena bantuan dari mahasiswa-mahasiswa di STOVIA seperti Soetomo dan Gunawan. Pada tanggal 25 Oktober 1913 Studiefonds berubah bentuk menjadi “Darma Wara” yang khusus menyediakan bantuan pelajaran saja. Gagasan-gagasan dari Dokter Wahidin membangkitkan dan mendorong semangat nasionalisme di kalangan mahasiswa STOVIA hingga terbentuklah organisasi Budi Utomo pada tanggal 20 Mei 1908 dengan diketuai oleh Soetomo. Dokter Wahidin diangkat sebagai pemimpin pada Kongres Nasional Budi Utomo yang pertama di Yogyakarta pada tanggal 3-5 Oktober 1908. Dokter Wahidin selain berperan besar di bidang pendidikan, juga mengambil peran di bidang sosial dengan rela tidak dibayar jika pasien tidak punya uang. Di bidang perekonomian Ia menyampaikan nasehat melalui tulisan tulisannya dalam majalah Guru Kalurahan, selain itu juga pada tahun 1895 Dokter Wahidin pernah berupaya mendirikan pabtik sabun secara kecil-kecilan untuk memperkenalkan hidup mandiri dan ekonomis. Meski kemudian pabrik tersebut tidak bertahan lama. Di bidang kebudayaan, Dokter Whidin sangat menjujung tinggi budaya Jawa. Hal tersebut tercermin dalam cara berpakaian yang tetap mengenakan busana khas Yogyakarta, penguasaan di bidang seni dan budaya Jawa, serta menguasai musik gamelan dan merupakan seorang dalang. Dokter Wahidin tetap aktif mengambil peran untuk kepentingan bangsa dan negara hingga menjelang akhir hayatnya. Dia menjadi “dokter pura”, dokter Sri Paku Alam dan menjadi pembina Budi Utomo. Dokter Wahidin wafat pada tanggal 26 Mei 1917 dan dimakamkan di Padukuhan Mlati Dukuh, Kalurahan Sendangadi, Kapanewon Mlati, Kabupaten Sleman. |
Riwayat Pemugaran | : | Pihak keluarga ingin makam diperbaiki, sehingga setelah Dokter Wahidin Soedirohoesodo ditetapkan sebagai pahlawan nasional pada tahun 1973, Departemen Sosial memperbaiki makam tersebut. Pemugaran juga dilakukan pada tahun 1999. |
Nilai Sejarah | : | Merupakan bukti otentik sejarah perjuangan kebangsaan melalui organisasi nasional pertama, Budi Utomo. |
Nama Pemilik Terakhir | : | Kalurahan Sendangadi |
Nama Pengelola | : | Dinas Sosial Daerah Istimewa Yogyakarta |
Catatan Khusus | : | Koordinat pada SK Bupati Sleman: UTM 49M 429675.00 m E, 9144341.00 m S |