| Konteks |
: |
Berdasarkan prasasti yang ada, dam tersebut dibangun pada tahun 1924 oleh Suikeronderneming atau perkebunan tebu Randugunting. Perkebunan tebu tersebut merupakan bagian dari Koloniale Bank yang diakusisi dari A.F. Klaring pada tahun 1895. Pada awal bulan Agustus tahun 1924, di rumah Residen Yogyakarta diadakan pertemuan antara pihak Koloniale Bank (yang diwakili oleh Van Holst Pellekaan, Mac Donald, dan Hellendoorn) dengan asisten residen, controleur Yogya, bupati Sleman, Bupati Kalasan, dan dr. Offringa dari Rumah Sakit Petronella. Pertemuan tersebut membahas tentang rencana Koloniale Bank yang akan membagikan sebagian keuntungan pabrik gula milik mereka (PG Randungunting, PG Medari, dan PG Sendangpitu) untuk sejumlah program sosial di Yogyakarta. Beberapa program yang dimaksud yakni pendirian bank desa untuk usaha Tempurrnakan, pendirian Ambatch school atau sekolah pertukangan di Sleman, perbaikan rumah sakit pembantu di Medari dan Bedoyo, pendirian balai pertemuan desa, dan pendirian beberapa bendung permanen untuk masyarakat. Salah satu jejak program sosial Koloniale Bank yang masih ada adalah bendung permanen yang awalnya dimaksudkan untuk kepentingan perkebunan tebu. Ladang tebu harus dialiri dengan saluran irigasi yang baik supaya air senantiasa mengaliri tanaman tebu yang rakus air. Sumber air irigasi disadap dari sungai yang sudah dibendung oleh dam. Pada perkembangan selanjutnya, pembangunan saluran irigasi juga menyasar untuk masyarakat sekitar karena belum tersedianya sarana irigasi di wilayah timur Yogyakarta. Selama ini, air untuk ladang penduduk masih mengandalkan air hujan atau bendung semi-permanen yang harus berulangkali diperbaiki. |