Bangunan Sekolah Dasar Marsudirini Santa Theresia berada di sebelah barat Gereja Santa Theresia Lisieux Boro. Sekolahan tersebut merupakan bagian dari pengabdian dalam bidang pendidikan oleh Suster-Suster Fransiskanes OSF Boro. Bangunan Sekolah Dasar Marsudirini Santa Theresia yang masih bertahan keasliannya hingga saat ini berupa bangunan sekolahan yang terdiri dari enam kelas, ruang guru, dan satu ruang di sisi barat daya yang saat ini digunakan sebagai Ruang UKS Putri. Bangunan berupa limasan dengan atap genteng vlaam (genteng telah ganti baru). Dinding bagian depan sekolahan berupa tembok berplester dengan kombinasi jendela kawat jaring di bagian sisi atas. Dinding bagian belakang tembok berplester dengan kombinasi ventilasi kaca dengan bingkai kayu. Masing-masing pintu menggunakan daun pintu kupu tarung dengan kombinasi kaca transparan bagian atas. Lantai berupa tegel abu-abu.
Dimensi Benda | : |
Panjang Lebar Tinggi Tebal Diameter Berat |
Komponen Pelengkap | : |
|
Peristiwa Sejarah | : | Keberadaan Sekolah Dasar Marsudirini Santa Theresia Boro tidak terlepas dari karya atau pengabdian yang dilakukan oleh suster-suster Fransiskanes. Pastor J.B. Prennthaler, S.J. saat menjalankan tugas di Boro mengajak para suster Fransiskanes untuk terlibat dalam pengabdian kepada masyarakat (karya misi Katolik). Awal pengabdian suster-suster Fransiskanes di Boro dimulai pada 15 Desember 1930. Awal karya ditandai dengan pendirian biara (menjadi Susteran Fransiskanes dan Rumah Sakit Santo Yusup Boro). Bangunan Susteran Fransiskanes Boro mulai dibangun sekitar tahun 1930. Pembangunan susteran tersebut bersamaan dengan pembangunan Rumah Sakit Santo Yusup Boro pada 15 Desember 1930. Pada tanggal 15 Desember 1930 tersebut, para Suster Santo Fransiskus datang ke Boro dari Semarang. Suster-suster tersebut yaitu Sr. M. Aufrida Smulders, O.S.F. sebagai pimpinan biara, ditemani oleh Sr. M. Florida v.d. Kalauw, O.S.F., Sr. Bernolda Segerink, O.S.F., Sr. M. Petrona v. Kuik, O.S.F., dan Sr. M. Coletta Rubiyah, O.S.F. (Paroki Santa Theresia Lisieux Boro 1991, 26). Pengabdian yang dilakukan oleh para suster menitikberatkan terhadap masalah kesehatan. Selain kesehatan, para suster juga melakukan pengabdian di bidang pendidikan. Pius-Almanak, Jaarboek voor de Katholieken van Nederland tahun 1946 menginformasikan tentang sekolahan-sekolahan di Boro.Sesuai dengan informasi Pius-Almanak, Jaarboek voor de Katholieken van Nederland tahun 1946 halaman 512, di Boro (Kalibawang) terdapat: 1. Ziekenhuis speciaal voor arme inlanders 2. Empat Volksscholen 3. Dua Vervolgscholen 4. Satu Weeshuis Sekolah pertama dibuka pada tanggal 18 Februari 1932 dengan tiga orang guru, yaitu: Suster Dominica dan dua guru lainnya yang berasal dari Mendut dan Ambarawa. Suster Dominica merupakan suster Jawa pertama yang datang ke Boro untuk mendirikan sekolah di Pantog, Klangon, dan Samigaluh. Saat dibuka, SD Theresia di Boro mempunyai jumlah siswa 78 anak dari kelas I-IV. Lima anak kecil menjadi murid pertama TK Santa Theresia. SMP Putri dibuka pada tahun 1964 (Komunitas Santo Yusup Boro, 2015: 21). |
Konteks | : | Penyebaran Agama Katolik di wilayah Kalibawang |
Riwayat Rehabilitasi | : | Tahun 2008 pernah dilakukan pergantian total genting bangunan dan beberapa kali pengecatan ulang bangunan. |
Nama Pemilik Terakhir | : | Paguyuban Gereja Papa Miskin |
Alamat Pemilik | : | Desa Banjarsari, Kecamatan Kalibawang, Kabupaten Kulon Progo |
Nomer Kontak | : | 081328948423 |
Nama Pengelola | : | Theresia Ika Ayu |
Alamat Pengelola | : | Desa Banjarsari, Kecamatan Kalibawang, Kabupaten Kulon Progo |
Nomer Kontak | : | 085810543342 |
Persepsi Masyarakat | : | 2022-2026 |