Loading

Arca Dhyani Buddha Amogasiddhi Nomor Inventaris BG.107

Status : Benda Cagar Budaya

Deskripsi Singkat

Arca Dhyani Buddha Amoghasiddhi Nomor Inventaris BG.107 merupakan benda berbentuk arca terbuat dari bahan perunggu, yang diperkirakan peninggalan masa pengaruh Hindu Buddha. Arca tersebut memiliki ukuran lebar 8 cm, tebal 5,4 cm, dan tinggi 21,6 cm.

Dhyani Buddha Amoghasiddhi termasuk salah satu dari lima Dhyani Buddha. Dhyani Buddha merupakan istilah bagi tokoh yang secara spiritual merupakan emanasi atau pancaran dari Adhibuddha. Dhyani Buddha sering juga disebut dengan jina (dari bahasa Sansekerta yang artinya pemenang). Dalam keagamaan, ia merupakan seorang yang telah mencapai atau mendapat pengetahuan keagamaan dan telah terbebas dari lingkaran karma atau buah perbuatan dan samsara atau kelahiran kembali.

Ciri Dhyani Buddha Amoghasiddhi terlihat dari pakaian yang dikenakan adalah kain bernama trisiwara yaitu kain panjang dan lebar yang menutup dari leher sampai dengan mata kaki, biasanya pundak dan tangan kanan tidak tertutup kain. Trisiwara terdiri atas Uttarasanga (pakaian paling atas), antaravasa (pakaian yang menutupi tubuh bagian bawah sampai dengan kaki), dan (jubah yang dipakai di atas pakaian yang lain). Dhyani Buddha umumnya diarcakan tanpa perhiasan namun kadang memakai boddhisattvabharana (pakaian dan perhiasan kebangsawanan) dengan mahkota, meskipun hal tersebut jarang ditemui. Sikap tangan Abhaya-Mudra (a = meniadakan, bhaya = bahaya). Arca Buddha dengan mudra/sikap telapak tangan menghadap ke depan, maksudnya adalah meniadakan bahaya/menolak bahaya (ketidakgentaran). Dhyani Buddha Amoghasiddhi menguasai arah mata angin utara.

Arca Dhyani Buddha Amoghasiddhi tersebut telah dicatat oleh Kantor Cabang LPPN (Lembaga Purbakala dan Peninggalan Nasional) di Prambanan pada tanggal 17 Mei 1976, sehingga diperkirakan ditemukan pada sekitar waktu tersebut. Menurut keterangan dalam peta ekskavasi tahun 1990, arca tersebut ditemukan tidak jauh dari lokasi stupa, di pekarangan milik Bapak R. Sumadi W.S. di Dusun Kretek, Kalurahan Palihan, Kapanewon Temon, Kabupaten Kulon Progo.

Stupa Glagah sendiri telah tercatat di dalam Rapporten van den Oudheidkundige Dienst (R.O.D.) tahun 1915, dengan nomor inventaris 1282, dengan penyebutan Sios. Dalam inventarisasi tersebut objek stupa disebut dengan dagob. Sebelumnya, stupa tersebut juga pernah ditulis Knebel dalam R.O.C. (Rapporten van de Commissie in Nederlandsch-Indië Voor Oudheidkundig Onderzoek op Java en Madoera) tahun 1909.

Ekskavasi oleh Suaka Peninggalan Sejarah dan Purbakala (SPSP) DIY tersebut dilakukan berdasarkan Surat Tugas Kepala Suaka Peninggalan Sejarah dan Purbakala DIY nomor 957/A.3/PB/1990 tertanggal 19 Juli 1990. Kegiatan Ekskavasi yang dilakukan pada 30 Juli hingga 11 Agustus 1990   tersebut dimaksudkan untuk mengungkap faktor-faktor arkeologis dan tingkat persebaran kebudayaan Hindu/Buddha yang melandasi keberadaan situs tersebut.

Status : Benda Cagar Budaya
Alamat : Belum Ada, Palihan, Temon, Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta.

SK Walikota/Bupati : Keputusan Bupati Kulon Progo No. 508/A/2021


Keterawatan : /
Dimensi Benda : Panjang -
Lebar -
Tinggi -
Tebal -
Diameter -
Berat -
Ciri Fisik Benda
Ciri Fisik Benda
Fungsi Benda
Dimensi Struktur
Gambaran Umum Bentuk Bangunan
Peristiwa Sejarah : Tidak ditemukan data sejarah mengenai arca tersebut. Berdasarkan cerita rakyat turun-temurun, masyarakat meyakini lokasi penemuan arca, yaitu Stupa Glagah berkaitan dengan Kadipaten Sios. Diyakini bahwa tempat Stupa Glagah berada merupakan bekas lokasi Kadipaten Sios. Menurut cerita rakyat, dahulu terdapat bupati yang bernama Cangak Mengeng, yang memerintah di Kadipaten Sios. Ia mendirikan padepokan di sekitar Glagah sebagai tempat untuk beribadah (bersemedi) dalam ajaran Buddha bagi dua putrinya, yaitu Nyi Sekar Kenanga dan Nyi Gadung Melati. Saat ini warga meyakini bahwa tempat stupa adalah lokasi peribadatan (pertapaan) Nyi Sekar Kenanga, sementara tempat peribadatan Nyi Gadung Melati berada di sebelah barat stupa, yaitu pada tinggalan lumpang batu.
Pemilik
Nama Pemilik Terakhir : Balai Pelestarian Cagar Budaya Daerah Istimewa Yogyakarta
Pengelolaan
Nama Pengelola : Balai Pelestarian Cagar Budaya Daerah Istimewa Yogyakarta
Catatan Khusus : Arca Dhyani Buddha Amoghasiddhi tersebut terawat baik, saat ini disimpan di Balai Pelestarian Cagar Budaya Daerah Istimewa Yogyakarta, Ruang Koleksi Barat dengan nomor inventaris BG 107.