Bangunan Cagar Budaya Candi Sari tercatat pertama kali dalam publikasi di Hindia Belanda (Mackenzie, 1814 dan Raffles, 1817) dengan nama candi "Kali Sari" merujuk pada nama dusun tempat candi ini berada saat pertama kali candi didokumentasi. Sempat dikenal pula dengan nama candi Bendah; Bedah; Bendan. Candi Sari terletak di antara dua sungai (200 m di sebelah barat Kali Bening dan 700 m sebelah timur Kali Wareng), serta terletak 600 m timur laut dari Candi Kalasan. Bangunan ini berada di dataran Soro Gedug yang memiliki sebaran lokasi candi.
Bangunan Cagar Budaya Candi Sari memiliki denah empat persegi panjang berukuran 17,41 m x 10 m dan tinggi 17 m dengan konstruksi bangunan bertingkat dua lantai. Arah hadap bangunan ke timur ditandai dengan bukaan pintu masuk utama dan tangga yang berada di muka bangunan.
Bagian dalam candi terdapat tiga bilik (ruangan) yang berjajar dan masing-masing dihubungkan dengan lubang pintu antara sekat dinding pemisah. Tiap bilik berukuran 3,45 m x 5,8 m terbagi atas bilik di lantai dasar dan di lantai atas. Masing-masing bilik lantai dasar terdapat altar yang diperkirakan sebagai tempat untuk meletakkan area Budha diapit area Bodhisatwa.
Diperkirakan ruang lantai atas terdapat gelagar dan lantai dari bahan kayu, hal ini terlihat dari bagian permukaan sisi dalam dinding masih tampak deretan dudukan gelagar berukuran ±20 cm untuk meletakkan ujung gelagar. Lantai atas dicapai dengan tangga kayu di bagian dalam di bilik selatan. Hal ini terindikasi pada permukaan dinding yang terdapat beberapa batu dipahat serong yang diperkirakan sebagai sandaran konstruksi tangga.
Pada bagian atap terdapat hiasan bentuk 9 stupa, masing masing berderet tiga yang berada di atas tiap ketiga ruangan di bilik bangunan. Di bagian tepi atap terdapat 12 relung (masing-masing 3 relung di setiap sisi) yang dulunya di dalamnya terdapat area-area panteon Buddha
Dinding luar bangunan dihiasi pahatan berupa 38 figur Bodhisattwa, terdiri atas masing-masing 8 figur di sisi timur, utara, dan selatan, serta 14 figur di sisi barat. Perwujudan figur tersebut diletakan di antara jendela yang digambarkan dengan sikap tribanggha sambil memegang setangkai bunga teratai. Di sebelah kanan-kiri jendela terdapat pahatan kinara-kinari (makhluk kayangan yang berwujud setengah manusia dan setengah burung).
Bangunan Candi Sari memiliki bukaan jendela yang merupakan komponen langka dijumpai pada bangunan candi. Sisi timur terdapat 5 jendela (2 untuk lantai dasar dan 3 untuk lantai atas), masing-masing 4 jendela di sisi utara dan selatan (2 untuk lantai dasar dan 2 untuk lantai atas), dan 3 jendela di sisi belakang bangunan (sisi barat) yang hanya terdapat di lantai atas, sedangkan lantai dasar pada permukaan dinding sisi barat ini berupa jendela semu yang tertutup. Pada jendela lantai atas terdapat lubang bekas kusen jendela serta pada semua lubang jendela sisi luar (permukaan dinding eksterior) memiliki masing masing 4 lubang jeruji kayu.
Terdapat inskripsi berupa huruf Jawa Kuna di permukaan dinding dalam bagian atas kiri dan kanan pada pintu masuk. lnskripsi ini dituliskan pada permukaan batu dengan warna hitam.
Bagian kaki struktur bangunan candi berupa sisa dari konstruksi batur yang tidak utuh. Diperkirakan bentuk utuh batur sebagai alas bangunan candi memiliki permukaan selasar menyerupai bentuk di candi Plaosan. Perkiraan ukuran bagian kaki candi Sari adalah 20 m x 14 m yang memiliki bagian menjorok (penampil/portico) ke timur selebar ukuran tangga.
Bentuk dan keberadaan bilik ruangnya Candi Sari diperkirakan digunakan sebagai wihara daripada bangunan candi pada umumnya. Meskipun demikian penamaannya tetap menggunakan predikat "candi sebagaimana untuk penyebutan tinggalan arkeologis bangunan keagamaan Hindu/Buddha dari abad VIII-XV M (periode historiografi masa klasik) yang terdapat di Indonesia.
Bentuk bangunan Candi Sari memiliki kesamaan dengan Candi Plaosan yang berada 4 km di arah timur laut (saat ini berada di wilayah Klaten, Jawa Tengah). Kedua bangunan ini menyerupai bentuk-bentuk bangunan bertingkat dari kayu yang digambarkan dalam relief di Candi Borobudur yang lebih dulu ada. Candi Sari merupakan salah satu candi yang unik dari sisi arsitektur yakni menampakkan bangunan bertingkat. Bangunan candi bertingkat yang lain adalah Candi Plaosan di Prambanan Jawa Tengah.
Dimensi Benda | : |
Panjang Lebar Tinggi Tebal Diameter Berat |
Komponen Pelengkap | : |
|
Peristiwa Sejarah | : | Berdasarkan Prasasti Kalasan, diyakini bahwa bangunan Candi Sari didirikan sebagai wihara yang merupakan pelengkap untuk bangunan suci bagi Dewi Tara (Candi Kalasan) yang dibangun pada abad 8 Masehi. Kedua bangunan ini didirikan bersamaan dan berjarak 600 m satu sama lain. Bangunan wihara tersebut didirikan bagi para sangha (komunitas biarawan dalam Agama Budha) dengan persetujuan Maharaja Dyah Pancapana Panamkarana (Raja Kerajaan Medang dari Wangsa Sanjaya) atas permintaan dari keluarga Sailendra, yang berfungsi sebagai pusat penyebaran Buddhisme. Candi Sari pada saat pertama kali ditemukan dalam kondisi struktur bangunan relatif utuh. Kondisi awal ini didokumentasi visual dalam lukisan dari John Walker yang terdapat dalam buku The History of Jawa, Vol. 2 (1817) kemudian pada lukisan H.N. Sieburgh di tahun 1840. Pada tahun 1928-1930 Candi Sari untuk pertama kalinya dipugar meski dalam kondisi tidak sempurna yakni bagian selasar keliling bangunan, bagian penampil (portico) pada pintu masuk serta beberapa stupa di atap tidak terpasang utuh karena sisa-sisanya telah hilang. Keberadaan Candi Sari pertama kali didokumentasi tertulis pada publikasi oleh Colin Mackenzie dalam Narrative of a Journey to Examine The Remain of an Ancient City and Temples at Brambana in Java (1814), dan dilaporkan pada publikasi Thomas Stamford Raffles dalam The History of Java, Vol. II (1817), serta telah diinventaris oleh Jawatan Purbakala Hindia-Belanda dalam Rapporten van den Oudheidkundigen Dient in Nederlandsch--Indie 1915, dengan nomor 1288. Bangunan candi Sari digunakan sebagai objek utama pada anjungan Hindia-Belanda dalam Pameran Dunia ke-5 di acara Paris Exposition/ Paris Exposition Universelle tahun 1900. Rekonstruksi utuh bangunan candi didirikan dalam bentuk model bangunan (skala 1: 1). |
Riwayat Penemuan | : | pertama kali ditemukan oleh H.N. Sieburg tahun 1840 dalam keadaan runtuh |
Nama Pemilik Terakhir | : | Balai Pelestarian Kebudayaan Wilayah X |
Alamat Pemilik | : | Jl. Raya Solo - Yogyakarta No.15, Bogem, Kalasan, Sleman, DIY. |
Nomer Kontak | : | (0274) 496019, 49641 |
Nama Pengelola | : | Balai Pelestarian Kebudayaan Wilayah X |
Alamat Pengelola | : | Jl. Yogya-Solo km.15, Bogem, Kalasan, Sleman |
Nomer Kontak | : | (0274) 496019 |