Loading

Deskripsi Singkat

Candi Sambisari merupakan kompleks percandian yang terdiri atas satu candi induk dan tiga candi perwara yang terbuat dari batu andesit. Terdapat tiga halaman bertingkat yang masing-masing dikelilingi oleh tembok keliling. Candi induk menghadap ke arah barat, candi berukuran 13,65 m x 13,65 m dan tinggi 7,5 m.  

Candi induk tidak memiliki kaki candi yang sebenarnya, sehingga alas (soubasement) sekaligus berfungsi sebagai kaki candi. Tangga naik memiliki pipi tangga dengan hiasan makara. Relung-relung pada tubuh candi terletak hampir rata dengan lantai selasar. Relung-relung tersebut diisi oleh arca-arca panteon Hindu, yaitu Durga di relung utara, Ganesa di timur, dan Agastya di relung selatan. Tubuh candi berukuran 5 x 5 m dan tinggi 2,5 m. Di dalam bilik candi induk terdapat yoni berukuran 1,34 x 1,34 x 1,18 m, ukuran yoni relatif besar dan tidak sebanding dengan ukuran ruang candi. Di bagian atas yoni terdapat lingga. Cerat yoni di sebelah utara, di bawah cerat yoni terdapat pahatan naga. Atap candi terdiri dari tiga tingkatan, bentuknya makin ke atas makin mengecil dengan puncak candi berbentuk ratna. 

Di luar tubuh candi terdapat lantai selasar yang dibatasi pagar langkan. Pada lantai selasar terdapat dua belas umpak yang terdiri dari delapan bentuk bulat dan empat berbentuk persegi. Umpak-umpak itu diperkirakan merupakan umpak tiang kayu sebagai penyangga kontruksi atap yang terbuat dari kayu. Ketiga candi perwara berderet di depan candi induk, menghadap ke arah timur dengan tangga naik terletak di sisi timur. Ketiga candi perwara hanya terdiri dari kaki dan pagar langkan, tanpa bagian badan dan atap. Pagar yang mengelilingi ketiga halaman Percandian Sambisari ini terbuat dari batu putih. Pada halaman terdapat delapan batu patok yang diletakan di delapan penjuru mata angin, empat di setiap sudut halaman, dan empat di depan pintu masuk. 

Status : Situs Cagar Budaya
Periodesasi : Klasik
Alamat :
Koordinat:
7.762469° S, 110.447044° E

SK Menteri : SK Mendikbud 224/P/2019
SK Walikota/Bupati : SK Bupati Sleman


Lokasi Candi Sambisari di Peta

Dimensi Benda : Panjang
Lebar
Tinggi
Tebal
Diameter
Berat
Ciri Fisik Benda
Ciri Fisik Benda
Fungsi Benda
Dimensi Struktur
Fungsi Bangunan : Situs Klasik
Gambaran Umum Bentuk Bangunan
Tema : Religi/Keagamaan
Fungsi Situs : Situs Klasik
Fungsi : Situs Klasik
Tokoh : R. SoekmonoBoechari
Peristiwa Sejarah : Hasil penelitian Boechari letusan merapi yang menyebabkan perpindahan Kerajaan Mataram dari Jawa Tengah ke Jawa Timur sekitar 925 M. Ibukota Mataram telah hancur oleh gempa bumi atau aliran lahar, atau keduanya (Boechari, 2012: 181). Hal ini dibuktikan dengan Candi Sambisari yang tertimbun tanah sedalam 6,5 m. Oleh karena itu terdapat temuan yang diduga bukan berasal dari Candi Sambisari, contohnya gerabah dan keramik asing, Arca Avalokitesvara yang terbuat dari perunggu, arca dewi yang terbuat dari batu hitam, dan sebuah yoni. Sejarah pendirian Candi Sambisari belum dapat diketahui secara pasti karena tidak adanya bukti yang konkret. Beberapa ahli berpendapat tentang pendirian candi. Berdasarkan segi arsitektur, R. Soekmono (dalam Soediman, 1980:166) menggolongkan Candi Sambisari  ke dalam abad ke-8 M. Candi Sambisari digolongkan dalam babakan waktu antara ±730 – 800 M, sezaman dengan Candi Lumbung, Candi Gebang, dan Candi Batumiring. Berdasarkan batu isian yang digunakan berupa batu padas, pendirian Candi Sambisari diperkirakan semasa dengan Candi Prambanan, Plaosan, dan Sojiwan, yaitu sekitar abad ke-9—10 M (Soediman, 1980:166—7). Hal tersebut diperkuat dengan adanya temuan inskripsi pada lempengan emas berbahasa Sanskerta dan beraksara Jawa Kuna, berbunyi om siwa sthana yang artinya hormat, pembuatan tempat (rumah) bagi Dewa Siwa. Menurut Boechari inskripsi tersebut berasal dari sekitar abad ke-9 M (Soediman, 1980:162). Riwayat Penanganan Pada tahun 1966-1975 dilakukan rekonstruksi sementara, pada tahun 1975/1976 – 1986/1987 dilakukan pemugaran, dan pada tahun 1987 dilakukan peresmian purna pugar Candi Sambisari. 
Konteks : Candi Sambisari ditemukan secara kebetulan oleh seorang petani ketika mencangkul tanah pada tahun 1966. Ketika ditemukan keadaannya sudah tertimbun oleh pasir dan bebatuan lahar Gunung Merapi sedalam 6,5 m. Ekskavasi yang dilakukan sejak tahun 1966 menghasilkan temuan penting yaitu arca Mahakala dan arca Nandiswara. Kedua arca ini telah hilang dari tempat seharusnya di relung barat, sebelah kanan dan kiri pintu masuk bilik candi induk. Tujuh peripih yang di dalamnya terdapat berbagai macam benda dari perunggu, dan lempeng emas berinskripsi om siwa sthana yang ditemukan di bawah umpak. Selain itu ditemukan pula temuan berupa gerabah, keramik asing, Arca Avalokitesvara yang terbuat dari perunggu, arca dewi yang terbuat dari batu hitam, dan sebuah yoni. Berdasarkan hasil penelitian, temuan tersebut diduga bukan berasal dari Candi Sambisari. Temuan tersebut kemungkinan terbawa dari tempat lain oleh aliran lahar pasca erupsi Gunung Merapi. Peristiwa ini juga menimpa Candi Kedulan yang terletak di sebelah timurnya. Candi Kedulan yang rancangannya diperkirakan mirip dengan Candi Sambisari saat ini sedang dalam proses pemugaran. 
Riwayat Penemuan : Candi Sambisari ditemukan secara kebetulan oleh seorang petani ketika mencangkul tanah pada tahun 1966.
Riwayat Pelestarian : Pada tahun 1966-1975 dilakukan rekonstruksi sementara.
Riwayat Pemugaran : Pada tahun 1975/1976 – 1986/1987 dilakukan pemugaran.
Riwayat Perlindungan : Pada tahun 1987 dilakukan peresmian purna pugar Candi Sambisari.
Nilai Sejarah : Candi sambisari diperkirakan dibangun abad ke- 9 oleh Rakai Garung di masa mataram kuno. Awalnya candi sambisari ditemukan terpendam diduga karena terkena dampak dari adanya erupsi gunung merapi.
Nilai Ilmu Pengetahuan : penemuan candi sambisari dapat dimanfaatkan sebagai objek penelitian dari berbagai bidang disiplin ilmu seprti arkeologi, geologi, maupun arsitektur.
Nilai Budaya : Cagar Budaya yang sangat langka jenisnya, unik rancangannya, dan sedikit jumlahnya di Indonesia, karena merupakan candi di masa Klasik Tua yang menggabungkan arsitektur bangunan batu dan kayu; dilengkapi dengan antefiks (simbar) yang cukup banyak melingkari seluruh pagar langkannya. 
Nilai Ekonomi : saat ini candi sambisari dimanfaatkan sebagai objek wisata. Pemanfaatan ini dilakukan sebagai upaya pelestarian untuk tinggalan cagar budaya itu sendiri.
Pemilik
Nama Pemilik Terakhir : Balai Pelestarian Cagar Budaya Daerah Istimewa Yogyakarta (sekarang Ba
Pengelolaan
Nama Pengelola : Balai Pelestarian Cagar Budaya Daerah Istimewa Yogyakarta (sekarang Ba
Catatan Khusus : Koordinat pada SK Mendikbud: 7°45'44,89" LS - 110°26'49,36" BT