Bangsal Pancaniti merupakan bangunan utama di kompleks Kamandhungan Lor. Bangunan ini memiliki denah berbentuk bujur sangkar berukuran 11,35 m x 11,35 m. Pada sisi utara, timur dan barat bangunan Bangsal Pancaniti, terdapat tambahan bangunan tratag berbentuk Limasan Jebengan. Penutup atap tratag Bangsal Pancaniti berbahan seng dan disangga oleh 18 kolom berbahan besi cor penampang bulat dengan ukuran tinggi 3,6 m dengan diameter 20 cm. Kolom-kolom tersebut berbentuk mengecil ke atas memiliki galur vertikal pada permukaannya dan dicat hijau. Kepala kolom berbentuk korintia, pada bagian tengah kolom terdapat omamen berbentuk bunga padma merah dan di atasnya terdapat omamen deretan bunga-bunga kecil
yang terpilin di sekeliling kolom. Kolom jenis ini terdapat pula pada tratag Bangsal Kencana. Bagian tratag sebelah timur dan barat digunakan untuk menempatkan Gamelan Sekaten Kangjeng Kyai Gunturmadu dan Kangjeng Kyai Nagawilaga pada saat gamelan tersebut dibunyikan untuk pertama kalinya sebelum dibawa ke Pagongan Masjid Gedhe pada malam hari, saat dimulainya upacara Sekaten (tanggal 5 Mulud/ Rabi’ul awal). Pada saat upacara Garebeg Sekaten tanggal 12 Mulud, tratag Bangsal Pancaniti ini difungsikan untuk menempatkan gunungan dan ubarampe hajat Dalem lainnya sebelum diusung ke Masjid Gedhe.
Bangunan Bangsal Pancaniti ini tidak dapat dimasuki oleh pengunjung/ wisatawan dengan diberi pagar di sekelilingnya agar pengunjung tidak menaiki lantai bangsal tersebut.
Dimensi Benda | : |
Panjang Lebar Tinggi Tebal Diameter Berat |
Jenis Struktur | : | Tradisional |
Jenis Bangunan | : | Tradisional |
Komponen Pelengkap | : |
|
Deskripsi Atap | : | -bentuk konstruksi atap berupa Tajug Lawakan Lambang Gantung. Bahan penutup atap asbes lei dan terdapat mustaka di bagian puncak. Di atas pamidhangan yang disangga empat saka guru, dilengkapi dengan susunan balok tumpang sari dengan omamen ukir-ukiran bermotif sulur (lung-lungan) yang dicat merah dan perada.Konstruksi atap ini disangga oleh 4 saka guru tinggi 3,5 m, penampang 20,6 cm x 20,6 cm dan 12 saka penanggap berukuran tinggi 1,94 m, penampang 15,5 cm x 15,5 cm. |
Deskripsi Lantai | : | -Lantai Bangsal Pancaniti berupa tegel bermotif berukuran 20 cm x 20 cm. Permukaan lantai saka gum (jerambah) dinaikkan setinggi 58 cm dari permukaan lantai bangsal (jogan). Di bagian tengah dari lantai saka gum terdapatgilang palenggahan Dalem yang merupakan landasan tempat duduk sultan. |
Deskripsi Kolom/Tiang | : | -Tiang dicat hijau dengan omamen mayangkara di ujung bagian atas tiang di bawah pamidhangan. Pada bagian tiang di bangsal ini memiliki omamen dan ragam hias berupa: Saton, Praban (bawah), Putri Mirong, Sorotan, dan Praban (atas). Khusus bentuk omamen Praban dan Putri Mirong ini hanya diterapkan pada setiap ruang di dalam lingkungan kraton yang merupakan tempat di mana sultan berada di bangunan tersebut. Oleh karenanya, kedua bentuk omamen tersebut merupakan omamen awisan (larangan) yang tidak boleh ditiru di bangunan-bangunan baik di luar kraton maupun di dalam kraton yang bukan merupakan tempat sultan berada. Bagian umpak tiang berbahan batu yang memiliki motif hias padma dan dihiasi tumpal. |
Peristiwa Sejarah | : | Keberadaan bangunan Bangsal Pancaniti berkaitan erat dengan lokasinya yang berada di halaman Kamandungan Lor. Halaman yang sekaligus menjadi kompleks bangunan ini merupakan salah satu bagian/ kelengkapan yang harus ada di Kraton Yogyakarta, berupa komponen yang dibangun oleh Sri Sultan Hamengku Buwana I. Keberadaannya menerapkan filosofi tata letak Kraton Yogyakarta yang memiliki beberapa komponen ruang yang harus sepasang, yaitu:Keberadaan bangunan Bangsal Pancaniti berkaitan erat dengan lokasinya yang berada di halaman Kamandungan Lor. Halaman yang sekaligus menjadi kompleks bangunan ini merupakan salah satu bagian/ kelengkapan yang harus ada di Kraton Yogyakarta, berupa komponen yang dibangun oleh Sri Sultan Hamengku Buwana I. Keberadaannya menerapkan filosofi tata letak Kraton Yogyakarta yang memiliki beberapa komponen ruang yang harus sepasang, yaitu:a. Alun-alun Lor dan Alun-alun Kidul;b. Siti Hinggil Lor dan Siti Hinggil Kidul (pada tahun 1956 Siti Hinggil Kidul mengalami perubahan bentuk dan perubahan nama menjadi “Sasana Hinggil Dwi Abadâ€);c. Kamandhungan Lor dan Kamandhungan Kidul. |
Konteks | : | Fungsi awal Bangsal Pancaniti merupakan singgasana sultan saat mengadili perkara dengan tuntutan hukuman mati. |
Riwayat Pemugaran | : | Bangsal Pancaniti telah mengalami pemugaran terakhir oleh Dinas Kebudayaan DIY pada tahun 2005 |
Nama Pemilik Terakhir | : | Karaton Ngayogyakarta Hadiningrat |
Nama Pengelola | : | Karaton Ngayogyakarta Hadiningrat |
Catatan Khusus | : | Luas Bangsal Pancaniti = 128,8 m2Luas Tratag Pancaniti = 348,0 m2 |