Loading

Rumah Jalan Ketandan Kidul Nomor 9 Yogyakarta

Status : Bangunan Cagar Budaya

Deskripsi Singkat

Bangunan ini merupakan rumah tinggal yang berada di kawasan Pecinan. Tipe rumah tinggal ini di luar kelaziman tipikal bangunan dalam kawasan pecinan yang biasanya berupa bangunan rumah-toko (shophouse). Bangunan ini terdiri atas dua unit bangunan yang berada dalam kaveling seluas 36,85 m x 12,80 m masing-masing memiliki satu lantai. Bangunan unit pertama di bagian depan menghadap jalan Ketandan Kidul memiliki atap limasan (hiproof) dengan penutup atap genting vlaam. Bentuk atap limasan ini merupakan satu-satunya yang terdapat di dalam kawasan Ketandan. Bangunan unit kedua yang berada di belakang bangunan unit pertama memiliki bentuk atap pelana (gable roof/ ngang shan) dengan penutup atap berupa genting vlaam wama asli berbahan tanah liat. Di bagian atas atap terdapat balok tembok bubungan (roof ridge) dan pada ujung atas gable di kedua sisi terdapat bagian yang menjorok ke atas (gable end). Kedua komponen tersebut merupakan salah satu ciri arsitektur Cina pada bagian atap.

1. Bangunan depan
Bangunan ini menghadap jalan Ketandan Kidul, berdenah segi empat berukuran 17,60 m x 13,40 m memiliki selasar di sisi utara lebar 1,70 m untuk akses menuju halaman belakang dan bangunan belakang. Tata ruang bangunan memiliki serambi depan (sisi timur) dan serambi belakang (sisi barat) sera ruang tengah dan dua kamar. Bentuk atap bangunan berupa limasan tapi tidak terdapat saka dan umpak sebagai penyangga konstruksi atap limasan seperti halnya bangunan arsitektur Tradisional Jawa. Konstruksi dinding bangunan berupa pasangan bata dengan pembagian ruangan ruang terdiri atas:

a. Ruang depan (Serambi depan)
Ruang depan berdenah empat persegi panjang berukuran 13,40 m x 3,40 m, yang dibatasi dinding tebal 30 cm dari pasangan dua lapis bata. Ruangan ini berupa serambi muka bangunan dengan sisi depan/timur terbuka dan terdapat 5 kolom bergaya Doria. Di antara kolom tersebut terdapat pagar terali besi tinggi 70 cm kecuali di antara kolom untuk akses. Di sisi dalam pagar terali besi terdapat penutup celah antar kolom berupa pintu lipat panil kayu. Penutup berupa panil kayu tersebut dipasang dengan kosen yang memiliki omamen ukiran bentuk bunga di tengah bidang kosen sisi luar. Tinggi kosen 2,5 m di ambang atas terdapat bovenlicht sebagai lubang ventilasi yang ditutup kisi besi berbentuk omamen geometris. Dinding sisi barat terdapat dua pintu menuju ruang tengah dan satu pintu di deret paling utara sebagai akses selasar bangunan sisi utara.

b. Ruang tengah
Bagian ruang tengah ini berdenah persegi panjang berukuran 9,7 m x 11,4 m terdiri atas ruang tengah berukuran 11,4 m x 4,50 m dan dua kamar masing-masing berukuran 5,20 m x 4,15 m dengan pintu masuk saling berhadapan dipisahkan lorong selebar 1,7 m. Seluruh plafon di ruang tengah berupa susunan papan kayu jati Akses ruang tengah melalui dua pintu ganda panil kayu dilengkapi bovenlicht terali kayu bentuk ragam hias stiliasi anak panah. Ruang tengah memiliki dua jendela masing-masing di dinding sisi utara dan selatan. Jendela sisi utara memiliki daun jendela rangkap berupa panel kaca untuk sisi dalam dan panel kayu kombinasi krepyak untuk daun jendela sisi luar serta dilengkapi terali besi. Jendela sisi selatan memiliki daun jendela rangkap berupa panel kaca untuk sisi dalam. Pada bagian luar jendela ditutup dengan batako sehingga tidak memiliki daun jendela luar. Hal ini karena posisi jendela berimpitan dengan pagar rumah sebelah selatan bangunan Terdapat akses berupa lorong di dinding sisi barat ruang tengah, lorong ini memisahkan dua kamar di ruang tengah serta menghubungkan ruang tengah dengan ruang belakang (serambi belakang). Pada ujung barat lorong terdapat pintu
rangkap dengan bovenlicht terali kayu bentuk ragam hias stiliasi anak panah. Pintu sisi dalam berupa pintu ganda panel kayu dengan bovenlicht kisi besi.
Di antara lorong ruang tengah terdapat dua kamar masing-masing berukuran 5,20 m x 4.15 m. Kedua kamar masing-masing memiliki dua pintu masuk dan satu jendela. Posisi pintu dan jendela simetris antara kamar utara dan kamar selatan. Akses pintu masuk kedua kamar saling berhadapan di sisi selatan dan utara berbentuk pintu ganda kombinasi panel kaca dan kayu dengan bovenlicht terali kayu bentuk ragam hias stiliasi anak panah. Selain pintu yang berhadapan terdapat juga pintu pada masing- masing kamar terdapat di sisi barat. Masing- masing pintu sisi barat ini berupa pintu rangkap daun ganda dengan panel kaca untuk sisi dalam dan panel kayu untuk sisi luar. Kedua pintu kamar sisi barat ini menghubungkan kamar dengan ruang belakang (serambi belakang). Pada kamar di sebelah selatan terdapat ceruk menyerupai bentuk lubang pintu pada dinding timur. Ceruk dinding ini kemungkinan merupakan tempat menaruh meja altar. Pada bagian atas lengkung terdapat ornamen bentuk menyerupai keystone pada konstruksi lengkung (arch). Seluruh permukaan lantai ruangan tengah berupa tegel bentuk segi enam kombinasi wama abu-abu dan merah berukuran 20 cm x 20 cm.

c. Ruang belakang (Serambi belakang)
Ruang belakang berdenah empat persegi panjang berukuran 11,40 m x 4,50 m. Plafon berupa anyaman dari bilah bambu. Dinding timur
terdapat tiga pintu yang menghubungkan pada kedua kamar dan lorong ruang tengah. Sisi barat terbuka tanpa dinding dan terdapat dua kolom silinder. Tepi luar sisi barat terdapat tangga dengan dua anak tangga, turun 40 cm dari permukaan lantai ke halaman belakang.

2. Bangunan belakang
Bangunan belakang berdenah persegi panjang berukuran 18,7 m x 6,38 m dengan orientasi menghadap ke selatan. Bangunan ini terdiri atas emper depan (sisi selatan) , tiga ruangan (kamar) , dan toilet/ kamar mandi. Bagian emper ditopang oleh 3 saka kayu berukuran 18 cm x 18 cm yang menopang belandar atap emper berukuran 18 cm x 20 cm. Terdapat atap emper di sisi barat halaman yang menyambung dengan atap bangunan belakang. Atap emper sisi selatan ini ditopang oleh sebuah saka kayu berukuran 18 cm x 18 cm. Keseluruhan atap emper menyerupai bentuk huruf “L”. Dua ruangan berupa kamar berukuran sama masing-masing 5,60 m x 5,20 m di sisi selatan terdapat pintu ganda panel kayu dengan bovenlicht terali kayu bentuk ragam hias stiliasi panahan dan jendela rangkap dengan daun jendela ganda, panel kayu sisi luar dan panel kaca sisi dalam. Ruangan ketiga yang terletak paling barat tanpa pintu. Permukaan lantai seluruh bangunan belakang berikut emper menggunakan tegel polos wama abu- abu ukuran 20 cm x 20 cm.
Bagian ruang emper paling belakang (sisi barat) berbentuk segi empat dengan atap panggang pe yang menempel pada dinding tembok pagar belakang (barat) . Pada bagian sudut selatan ruang emper terdapat kamar mandi dengan bak air dan toilet. Lantai ruang emper belakang ini terbuat dari
susunan batu andesit dengan permukaan lebih rendah 12 cm dari lantai selasar bangunan belakang. Terdapat ruang terbuka di depan bangunan belakang sebagai halaman dalam. Ruang terbuka ini merupakan komponen khas tata ruang bangunan rumah arsitektur Cina yaitu air-well/courtyard yang berfungsi sebagai penyedia cahaya dan sirkulasi udara pada bangunan.

Status : Bangunan Cagar Budaya
Alamat : Jalan Ketandan Kidul Nomor 9 Yogyakarta -, Ngupasan, Gondomanan, Kota Yogyakarta, Daerah Istimewa Yogyakarta.
Koordinat:
7.7978952752467° S, 110.36662882959° E

SK Gubernur : Keputusan Gubernur DIY Nomor 1


Lokasi Rumah Jalan Ketandan Kidul Nomor 9 Yogyakarta di Peta

Dimensi Benda : Panjang
Lebar
Tinggi
Tebal
Diameter
Berat
Ciri Fisik Benda
Ciri Fisik Benda
Fungsi Benda
Dimensi Struktur
Komponen Pelengkap :
  1. Pintu,Diganti
  2. Ventilasi,Asli
  3. Jendela,Diganti
  4. Kolom/Tiang,Asli
  5. Lantai,Asli
  6. Plafon,Asli
  7. Atap,Asli
Gambaran Umum Bentuk Bangunan
Peristiwa Sejarah : Bentuk bangunan ini satu-satunya tipe rumah tinggal satu lantai serta menggunakan atap bentuk limasan di antara deretan rumah-toko lainnya di jalan Ketandan. Bentuk bangunan pada bagian fasad menampilkan tata ruang arsitektur rumah Cina dengan perpaduan elemen arsitektur Jawa dan memiliki elemen arsitektur Eropa. Bangunan ini merupakan bentuk rumah human yang berada di dalam kawasan Pecinan, yaitu suatu kawasan permukiman khusus warga beretnis Cina di dalam kota-kota periode pemerintahan Hindia- Belanda. Diberlakukannya wijkenstelsel pada tahun 1841 menghasilkan segregasi permukiman penduduk kota berdasarkan etnis berupa golongan Belanda/ Eropa, golongan Timur Asing (Cina, Arab, dan India), dan golongan Pribumi. Melalui undang- undang ini penduduk Cina tinggal bermukim hanya di wilayah khusus dan terpisah dengan kelompok lain. Keberadaan penduduk etnis Cina di Yogyakarta ditempatkan pada kawasan Pecinan yang berlokasi antara Kompleks Kepatihan dan Pasar Beringhaijo, yang dekat pula dengan lokasi Benteng Vredeburg/ Loji Belanda. Kawasan ini dinamakan Ketandan, toponimi ini berasal dari kata “ka-tandha-an” yaitu tempat seorang “tandha” atau petugas penarik pajak. Dengan demikian, pada mulanya kawasan ini adalah tempat bermukim para penarik pajak (yang ditugaskan oleh Sultan) beserta keluarganya. Kemudian dalam Rijksblad van Sultanaat Jogjakarta Nomor 4 Tahun 1917 daerah permukiman warga Cina di Yogyakarta terletak di daerah Ketandan, Ngabean, Malioboro, dan Kranggan. Selain sebagai penarik pajak, orang-orang Cina kala itu juga banyak yang berprofesi sebagai pedagang dan pengrajin. Rumah permukiman banyak dibangun pada akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20 dengan model rumah-toko (ruko) atau shophouse dominan bergaya arsitektur Cina. Pada Peta Yogyakarta tahun 1925 “ Jogjakarta en Omstreken” bangunan rumah jalan Ketandan Kidul Nomor 9 ini tergambar dalam blok bangunan yang telah berdiri pada deretan bangunan rumah-toko sisi barat poros jalan bagian selatan di tengah kawasan Ketandan.
Riwayat Pemugaran : Pada pemugaran 2018 dilakukan pengembalian komponen-komponen bangunan yang tidak lengkap berupa daun jendela dan pintu di ruang tengah dan ruang di bangunan belakang. Dilakukan pula pengembalian desain semula yang telah mengalami modifikasi sebelumnya, seperti menghilangkan dinding panel kaca di serambi belakang serta menghilangkan coran peninggian lantai selasar bangunan belakang dengan lantai serambi belakang. Terdapat penggantian bahan plafon di bagian ruang belakang (serambi belakang) semula bilik (anyaman dari bilah bambu) menjadi papan kayu jati, namun masih menampakkan sisa plafon bilik dalam bidang kecil yang dibingkai kaca. Keberadaan kamar mandi dan sumur yang terletak di halaman belakang (area terbuka air-well/courtyard) yang merupakan penambahan berikutnya pada periode penghunian yang masih dipertahankan.
Pemilik
Nama Pemilik Terakhir : Pemerintah Daerah Daerah Istimewa Yogyakarta
Pengelolaan
Nama Pengelola : Pemerintah Daerah Daerah Istimewa Yogyakarta