Loading

Kelir Regol Sri Manganti II Makam Imogiri

Status : Struktur Cagar Budaya

Deskripsi Singkat

Struktur terdiri atas tiga bagian yaitu kaki, badan, dan kemuncak. Penjelasan dari masing – masing bagian adalah sebagai berikut:

  1. Kaki Bagian ini terdiri atas susunan batu bata merah yang kini tampak sudah ditutup dengan lapisan semen. Pada bagian kaki terdapat ragam hias berupa susunan panil – panil batu putih yang dipahat dengan dua model. Model pertama berupa panil batu putih berbentuk persegi yang memiliki motif pahatan bunga. Model kedua merupakan batu putih yang dipahat membentuk bangun geometris segi enam. Antara bagian kaki dan badan kelir terdapat pemisah berupa susunan batu yang tidak diketahui jenisnya karena telah dilapisi dengan semen. Total ragam hias pada bagian ini adalah 24 buah.
  2. Badan kelir terbagi menjadi dua bagian berbeda yaitu bagian samping kiri, tengah, dan kanan. Bagian kiri dan kanan merupakan struktur vertikal seperti kolom. Kedua bagian ini sudah diplester dengan semen. Sementara itu, bagian tengah merupakan tempat memasang bidang panil. Bidang panil tersebut dibuat dari bahan batu putih dan memiliki ragam geometris serta ukiran bunga. Panil persegi bermotif bunga berukuran ± 12 x 12 cm. Total terdapat 36 panil motif pada bagian ini. Di atas dari dinding bidang panil terdapat susunan batu bertingkat yang jenisnya tidak diketahui karena sudah ditutup dengan lapisan semen. Struktur bertingkat ini dibuat dengan berntuk menyerupai piramida.
  3. Kemuncak pada kelir Regol Sri Manganti II berjumlah dua buah. Kemuncak di desain menyerupai piramida bertingkat dan dibuat dari bahan yang tidak dapat diketahui karena sudah ditutup dengan lapisan semen. Kedua kemuncak ini diletakkan di puncak masing – masing kolom kiri dan kanan.

Status : Struktur Cagar Budaya
Periodesasi : Tradisional Jawa
Bagian dari : Makam Raja di Imogiri
Kawasan : Kawasan Cagar Budaya Imogiri
Alamat : Pajimatan, Girirejo, Imogiri, Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta.

SK Walikota/Bupati : SK Bupati Bantul Nomor 458 Tahun 2016

Bahan Pendamping : Batu putih, semen
Dimensi Benda : Panjang
Lebar
Tinggi
Tebal
Diameter
Berat
Ciri Fisik Benda
Ragam Hias : Bidang panil dengan model berupa batu putih berbentuk persegi yang memiliki motif pahatan bunga. Bidang panil dengan model berupa batu putih yang dipahat membentuk bangun geometris segi enam. Bidang panil yang dibuat dari bahan batu putih dan memiliki ragam geometris serta ukiran bunga. Panil persegi bermotif bunga berukuran ± 12 x 12 cm. Total terdapat 36 panil motif pada bagian ini.
Ciri Fisik Benda
Ragam Hias : Bidang panil dengan model berupa batu putih berbentuk persegi yang memiliki motif pahatan bunga. Bidang panil dengan model berupa batu putih yang dipahat membentuk bangun geometris segi enam. Bidang panil yang dibuat dari bahan batu putih dan memiliki ragam geometris serta ukiran bunga. Panil persegi bermotif bunga berukuran ± 12 x 12 cm. Total terdapat 36 panil motif pada bagian ini.
Fungsi Benda
Bahan Utama : Batu Bata
Bahan Pendamping : Batu putih, semen
Jenis Struktur : Pagar
Materi Spesifik (Bahan presentase terbesar) : Batu bata, batu putih, dan semen untuk penguatan
Bentuk : Memanjang
Pola : horizontal
Orientasi : Kardinal
Ragam Hias : Bidang panil dengan model berupa batu putih berbentuk persegi yang memiliki motif pahatan bunga. Bidang panil dengan model berupa batu putih yang dipahat membentuk bangun geometris segi enam. Bidang panil yang dibuat dari bahan batu putih dan memiliki ragam geometris serta ukiran bunga. Panil persegi bermotif bunga berukuran ± 12 x 12 cm. Total terdapat 36 panil motif pada bagian ini.
Dimensi Struktur
Panjang : ± 4,00 m
Lebar : ± 0,8 m
Tinggi : ± 2,21 m
Jenis Bangunan : Pagar
Gambaran Umum Bentuk Bangunan
Tokoh : · Sultan Agung Hanyakrakusuma 
Peristiwa Sejarah : Lokasi Makam Raja di Imogiri merupakan daerah perbukitan yang dipilih Sultan Agung (masa pemerintahan 1613-1646 M) sebagai makam keluarga. Berdasarkan Babading Sangkala dan Babad Momana, pembangunan kompleks makam diawali pada tahun 1552 Caka (1629 M) di Bukit Giriloyo yang dipimpin oleh Pangeran/ Panembahan Juminah salah seorang paman Sultan Agung. Setelah pembangunan lokasi makam telah selesai, Pangeran Juminah wafat mendahului Sultan Agung dan dimakamkan di lokasi tersebut. Karena kompleks makam telah digunakan serta pertimbangan luas lahan yang sempit, maka dilakukan pembangunan kompleks makam yang baru. Pembangunan makam ini berlokasi di Bukit Merak yang terletak di sebelah barat daya Bukit Giriloyo. Pembangunan dimulai pada tahun 1554 Caka (1632 M) oleh Sultan Agung yang diperuntukkan sebagai makam raja – raja Mataram berserta keturunannya. Kompleks makam yang baru dibangun ini selesai pada tahun 1567 Jawa (1645 M). Tidak sampai setahun kemmudian, Sultan Agung wafat pada tahun 1646 M dimakamkan pada posisi paling tinggi di kompleks pemakaman tersebut. Disebutkan dalam Babad Momana bahwa pada tahun 1639 Jawa (1715 M) Susuhunan Pakubuwana I memperluas makam kerajaan di Pajimatan. Kemudian pada tahun 1643 Jawa (1719 M) Sunan Prabu Mangkurat membangun makam baru di Imogiri bagi Susuhunan Pakubuwana I yang wafat pada tahun 1642 Jawa (1718 M). Dengan adanya Perjanjian Giyanti tahun 1755 wilayah Mataram Islam yang berupa daerah kekuasaan Kasunanan Surakarta dikurangi separuh wilayahnya untk menjadi wilayah Kasultanan Yogyakarta. Namun demikian, kompleks permakaman Pajimatan Imogiri tetap menjadi tempat sakral bagi kedua kerajaan tersebut. Kasunanan Surakarta dan Kasultanan Ngayogyakarta mempunyai hak dan kewajiban untuk melakukan pemeliharaan dan pelestarian makam serta pemanfaatan tempat tersebut. Pada tanggal 27 Mei 2006 kompleks ini mengalami kerusakan akibat peristiwa gempa bumi. Selanjutnya dilakukan pemugaran oleh Dinas Kebudayaan DIY pada tahun 2006 – 2008. Makam Raja di Imogiri dimiliki oleh Kraton Yogyakarta dan Kraton Surakarta serta dikelola dan dirawat oleh Balai Pelestarian Cagar Budaya DIY, Dinas Kebudayaan Kabupaten Bantul, dan Dinas Kebudayaan DIY. (Sumber: Surat Keputusan Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor 316/KEP/2020 tentang Penetapan Lokasi Makam Raja di Imogiri Sebagai Situs Cagar Budaya Peringkat Provinsi.)
Konteks : Struktur Kelir Sri Manganti 2 memiliki asosiasi dengan makam dari Sultan Agung Hanyakrakusuma. Pembangunan kelir ini dilakukan bersamaan dengan pembangunan kompleks makam yang dimulai pada sekitar tahun 1607 – 1645. 
Riwayat Pengelolaan : Dikelola secara kolaboratif antara:Keraton Kasultanan YogyakartaKeraton Kasunanan Surakarta Balai Pelestarian Cagar Budaya DIY (sekarang Balai Pelestarian Kebudayaan Wilayah X)Dinas Kebudayaan Kabupaten Bantul Dinas Kebudayaan DIY
Pemilik
Nama Pemilik Terakhir : Keraton Yogyakarta dan Keraton Surakarta
Alamat Pemilik : Kota Yogyakarta dan Kota Surakarta
Pengelolaan
Nama Pengelola : Abdi dalem Keraton Yogyakarta dan Keraton Surakarta
Alamat Pengelola : Dusun Pajimatan
Persepsi Masyarakat : Menurut Bapak W. Rekso Sastromisani masyarakat yang datang ke Makam Pajimatan Imogiri untuk berziarah sangat menghormati dan menganggap sakral seluruh komponen makam baik itu yang berupa struktur makam, bangunan, kolam, padasan, regol, kelir, dan gapuranya.