Pulo Kenanga merupakan salah satu unsur bangunan dalam area Segaran sebagai bagian dari lokasi kompleks Pesanggrahan Taman sari. Pesanggrahan Tamansari secara keseluruhan diba ngun oleh Sri Sultan Hamengku Buwana I setelah pembangunan Kraton Yogyakarta selesai. Pulo Kenanga merupakan tempat peristi rahatan tertutup untuk sultan dan keluarganya, sekaligus merupa kan salah satu komponen kelengkapan keraton. Pulo Kenanga berada di tengah Segaran yang berdenah persegi panjang beru kuran 216 m x 154 m (luas: 3,22 ha.). Kolam Segaran ini berada di bagian utara kompleks Tamansari. Keberadaan Pulo Kenanga daratan berundak tiga tingkatan yang di atasnya terdapat bangunan Gedhong Panggung. Pulo Kenanga berdenah persegi panjang berukuran 47 m x 98 m (luas 0,47 ha.), dikelilingi tembok tebing tinggi 3,3 m dari permukaan dasar Segaran ke pemukaan Pulo Kenanga. Pemukaan selasar paling bawah Pulo Kenanga ini membentuk selasar keliling lebar 5 m. Selasar kedua berada 1,7 m di atasnya, membentuk selasar keliling selebar 5,5 m yang dikeli lingi tebing tembok bata berplester berukuran luas 35 x 85 m. Selasar ketiga 1,98 m di atas permukaan selasar kedua yang dikelilingi tebing tembok berukuran luas 20 m x 145 m. Pada selasar ketiga ini berada Gedhong Panggung bertingkat dua, dengan ruang bagian tengah memiliki tiga lantai.
Dimensi Benda | : |
Panjang Lebar Tinggi Tebal Diameter Berat |
Komponen Pelengkap | : |
|
Tokoh | : | Bangunan Pulo Kenanga dibangun bersamaan dengan kompleks Tamansari secara keseluruhan yang didirikan pada tahun 1758 M. Tahun pembangunan ini ditandai oleh kronogram candra sengkala memet: Catur Naga Rasa Tunggal ("Empat Naga Satu Rasa") yang berarti angka tahun Jawa 1684. Sengkalan ini terdapat pada permukaan dinding Gapura Panggung. Bagian-bagian penting kompleks bangunan di Tamansari diselesaikan pada tahun 1691 Jawa yang ditandai candra sengkala memet: Lajering Sekar Sinesep Peksi ("Kuntum Bunga Dihisap Burung") atau tahun 1765 M. Sengkalan ini terdapat di permukaan dinding Gapura Agung dan Gapura Panggung.Pasca peristiwa gempabumi di Yogyakarta pada tahun 1867 di masa pemerintahan Sultan Hamengku Buwono VI, baik Pulo Kenanga, Sumur Gumuling, maupun Pulo Panembung mengalami kerusakan terutama pada bangunan Gedhong Panggung. Setelah peristiwa tersebut, secara umum kompleks Tamansari mengalami kerusakan yang cukup parah dan menjadi terbengkalai. Hal ini menyebabkan banyak penduduk membangun hunian di antara bekas kebun dan piling bangunan tersebut. Proses pemugaran Tamansari secara keseluruhan dilakukan sejak tahun 1977 dan upaya revitalisasi dilaksanakan pada tahun 1995, kemudian dilanjutkan pemugaran tahun 2002-2003. Peristiwa gempabumi Yogyakarta pada tahun 2006 kembali menyebabkan kerusakan pada beberapa bangunan yang sedang mengalami proses pemugaran sehingga dilakukan rehabilitasi dan perkuatan ulang. |
Peristiwa Sejarah | : | Bangunan Pulo Kenanga dibangun bersamaan dengan kompleks Tamansari secara keseluruhan yang didirikan pada tahun 1758 M. Tahun pembangunan ini ditandai oleh kronogram candra sengkala memet: Catur Naga Rasa Tunggal ("Empat Naga Satu Rasa") yang berarti angka tahun Jawa 1684. Sengkalan ini terdapat pada permukaan dinding Gapura Panggung. Bagian-bagian penting kompleks bangunan di Tamansari diselesaikan pada tahun 1691 Jawa yang ditandai candra sengkala memet: Lajering Sekar Sinesep Peksi ("Kuntum Bunga Dihisap Burung") atau tahun 1765 M. Sengkalan ini terdapat di permukaan dinding Gapura Agung dan Gapura Panggung.Pasca peristiwa gempabumi di Yogyakarta pada tahun 1867 di masa pemerintahan Sultan Hamengku Buwono VI, baik Pulo Kenanga, Sumur Gumuling, maupun Pulo Panembung mengalami kerusakan terutama pada bangunan Gedhong Panggung. Setelah peristiwa tersebut, secara umum kompleks Tamansari mengalami kerusakan yang cukup parah dan menjadi terbengkalai. Hal ini menyebabkan banyak penduduk membangun hunian di antara bekas kebun dan piling bangunan tersebut. Proses pemugaran Tamansari secara keseluruhan dilakukan sejak tahun 1977 dan upaya revitalisasi dilaksanakan pada tahun 1995, kemudian dilanjutkan pemugaran tahun 2002-2003. Peristiwa gempabumi Yogyakarta pada tahun 2006 kembali menyebabkan kerusakan pada beberapa bangunan yang sedang mengalami proses pemugaran sehingga dilakukan rehabilitasi dan perkuatan ulang. |
Nama Pemilik Terakhir | : | Karaton Ngayogyakarta Hadiningrat |
Nama Pengelola | : | Karaton Ngayogyakarta Hadiningrat |