Dimensi Benda | : |
Panjang Lebar Tinggi Tebal Diameter Berat |
Tokoh | : | Terdapat beberapa tokoh penting yang dimakamkan di makam ini, yaitu:Ki Ageng Pamanahan dan keluargaPanembahan Senopati (Pendiri Mataram) dan keluargaSultan Hamengkubuwana II (Sutan kedua Yogyakarta)Pakualaman I,II, dan III |
Peristiwa Sejarah | : | Keberadaan permakaman sebagai pelengkap masjid pada tata kota Kerajaan Islam, merupakan satu kesatuan yang khas. Pada masa Mataram-Islam, makam dan masjid Kotagede adalah contoh keberadaan komponen tersebut yang terletak di sisi barat alun-alun. Dalam Serat Babad Momana (salinan oleh KPH Suryanagara pada 1865) disebutkan bahwa “masjid ageng” sebagai masjid kerajaan di ibukota Kotagede ini waktu pembuatannya bersamaan dengan pembangunan makam yaitu pada tahun 1511 (tercantum: “1511, taun dal, adegipun masjid ageng, sareng mangun antaka-pura”). Keterangan tahun Dal menunjukkan tahun Jawa, namun sistem kalender tahun Jawa baru muncul pada masa Sultan Agung. Jika angka 1511 tersebut dimaksudkan sebagai tahun Saka maka berarti tahun 1589 Masehi. Disebutkan juga bahwa bangunan Cungkup Tajug sebagai salah satu bangunan cungkup di pelataran makam merupakan bagian dari komponen utama bangunan langgar yang merupakan cikal bakal bangunan Masjid Mataram Kotagede. Pada awalnya, bangunan Masjid didirikan oleh Ki Pemanahan (Ki Gede Mataram) yang saat itu berupa langgar. Kemudian pada masa pemerintahan Panembahan Senapati, bangunan langgar tersebut dipindahkan dan dialihfungsikan sebagai bangunan cungkup (beratap tajuk) untuk makam yang berada di sebelah barat masjid. Di lokasi ini terdapat 9 (sembilan) prasasti, 8 (delapan) inskripsi pendek yang tiga di antaranya tidak berada di tempat, dan 5 (lima) sengkalan yang dua di antaranya tidak berada di tempat. Prasasti, inskripsi dan sengkalan tersebut berisi informasi angka tahun yang menunjukkan pendirian dan renovasi komponen-komponen bangunan di lokasi ini. Prasasti: 1) Tembok kelir halaman pertama pada permukaan sisi utara dari kayu, berisi tentang naik takhta Panembahan Senopati pada tahun 1579 M dan wafatnya pada tahun 1601 M. 2) Tembok kelir halaman pertama pada ujung sisi timur permukaan tebal tembok. Prasasti berbahan batu putih berisi tentang kenaikan takhta Penembahan Senopati dan selesainya pembangunan makam serta renovasinya. Terdapat angka tahun 1284 H, 1509 Saka (1587 M) tahun kenaikan takhta, 1528 S (1606 M) penyelesaian pembangunan makam, dan angka tahun 1796 Jawa (1867 M) renovasi makam. 3) Pada bilah kayu yang ditempelkan di belandar Bangsal Dhudha, berisi tentang pendirian bangunan bangsal ini pada 1556 Jawa (1634 M). 4) Prasasti berbahan batu, di atas ambang pintu Gapura Paduraksa menuju makam. Berisi tentang renovasi kelir serambi masjid dalam bentuk tembang Dhandanggula terdiri atas 8 baris. Terdapat angka tahun 1796 Jawa (1867 M). Prasasti semula berada di atas pintu makam, kemudian di pindah ke belakang mihrab masjid. 5) Batu marmer di depan cungkup Prabayaksa, berisi informasi penggantian batu nisan dari bahan batu hitam menjadi marmer pada tahun 1853 Jawa (1923 M). 6) Pada bilah kayu yang ditempelkan di belandar bangunan Sendang Seliran Putra di sisi selatan, berisi tentang perbaikan bangunan sendang pada tahun 1284 H (1796 Jawa/1867 M). 7) Pada bilah kayu yang ditempelkan di tiang bangunan Sendang Seliran Putri di bagian barat, berisi tentang perbaikan bangunan sendang pada tahun 1284 H/1796 Jw (1867 M). 8) Pada bilah kayu yang ditempelkan di tiang bangunan Sendang Seliran Putri di bagian timur, berisi tentang peristiwa kenaikan takhta Panembahan Senopati (angka tahun 1509 S =1587 M), selesainya pembangunan makam (angka tahun 1528 S =1606 M), dan perbaikan makam (angka tahun 1867 Jw =1869 M). 9) Pada bilah kayu yang ditempelkan di belandar Bangsal Kencur Sendang Seliran Putri, berisi tentang larangan membasuh semua barang kecuali untuk membasuh pakaian, terdapat angka tahun 1830 Jw dan 1900 M. Inskripsi 1) Pada Kelir halaman kedua (halaman Kawedanan) berisi angka tahun 1867 Jw (1936 M), saat ini inskripsi tidak berada di tempat. 2) Lokasi di Sendang Seliran Putri berisi angka tahun 1858 Jw, saat ini inskripsi tidak berada di tempat. 3) Pada kelir halaman kedua (halaman Kawedanan) di sisi ujung selatan tembok kelir, berisi sengkalan angka tahun 1796 Jw (1867 M). 4) Pada Gapura Paduraksa makam, berisi sengkalan angka tahun 1566 Jw (1644 M). 5) Lokasi di Sendang Seliran Putra berisi angka tahun 1284 H (1867 M), saat ini inskripsi tidak berada di tempat. 6) Lokasi di Sendang Seliran Putri berisi angka tahun 1928 M, saat ini inskripsi tidak berada di tempat. 7) Pada Bangsal Kawedanan utara, berisi sengkalan lamba angka tahun 1870 Jw (1939 M). 8) Pada Bangsal Kawedanan selatan, berbahan kayu hitam terdiri atas lima baris berisi tentang: (a) renovasi bangunan pada tahun 1566 Jw, (b) angka tahun 1829 Jw (1900 M), (c) angka tahun 1829 Jw dan 1900 M, (d) angka tahun 1832 Jw dan 1902 M, (e) angka tahun 1887 Jw dan 1957 M. Sengkalan 1) Pada kelir halaman kedua (halaman Kawedanan) di sisi ujung utara tembok kelir, berisi sengkalan memet gambar jambu mete, gapura, dan huruf Jawa “La” yang semuanya berada di dalam bentuk perisai, mengandung arti angka tahun 1796 Jw (1867 M). 2) Lokasi di tembok Sendang Seliran Putri berupa sengkalan memet berupa gambar pisang mas-katak-angsa-merpati yang berarti angka tahun 1796 Jw (1867 M), saat ini inskripsi tidak berada di tempat. 3) Lokasi di tembok Sendang Seliran Putri berupa sengkalan memet berupa figur orang menaiki kuda yang berarti angka tahun 1796 Jw (1867 M), saat ini inskripsi tidak berada di tempat. 4) Pada tembok Sendang Seliran Putri berupa sengkalan memet berupa gambar figur orang bertutup kepala dan bersayap, dengan posisi duduk bersila, di bagian dada terdapat gambar bentuk hati yang berarti angka tahun 1752 Jw (1824 M), sengkalan ini diartikan juga sebagai angka tahun 1796 Jw. 5) Pada tembok Sendang Seliran Putri berupa sengkalan memet berupa gambar gajah bermahkota dengan daun telinga lebar dengan bentuk pelana dan ekor tergambar jelas yang berarti angka tahun 1871 Jw. |
Riwayat Pelestarian | : | Pemeliharaan dan kegiatan pelestarian Cagar Budaya termasuk pemeliharaan rutin di lokasi ini dilakukan secara kolaboratif antara pihak Kasunanan Surakarta, Kasultanan Yogyakarta, Balai Pelestarian Cagar Budaya DIY, Dinas Kebudayaan DIY, dan Dinas Kebudayaan Kabupaten Bantul. |
Riwayat Rehabilitasi | : | 1) Rehabilitasi tahun 2002 oleh CV Perwita Karya dan BPCB DIY2) Rehabilitasi tahun 2007 oleh BPCB DIY3) Rehabilitasi tahun 2016 oleh Dinas Kebudayaan DIY |
Nilai Budaya | : | Lokasi Makam Kerajaan Mataram di Kotagede sebagai salah satu komponen tinggalan budaya kerajaan Mataram-Islam periode ibukota di Kotagede, merupakan kompleks makam kerajaan pertama Mataram-Islam sekaligus tertua di D.I. Yogyakarta. |
Nama Pemilik Terakhir | : | Kasultanan Ngayogyakarta Hadiningrat dan Kasunanan Surakarta Hadiningr |