Loading

Masuk Jogjacagar

Makam Raja-raja Mataram di Kotagede

No. Reg. 3402122003.4.2022.408 Status Cagar Budaya

Deskripsi Singkat

Situs

Nama Lainnya : -

Lokasi Makam Kerajaan Mataram di Kotagede merupakan kompleks makam tertua dari Kerajaan Mataram-Islam di Kotagede, menyatu dengan lokasi kompleks Masjid Gedhe Mataram. Kompleks masjid yang dilengkapi makam ini merupakan salah satu komponen bekas ibukota kerajaan Mataram Islam yang meliputi keraton, alun-alun, masjid, dan pasar. Pada lokasi bekas ibukota Mataram-Islam di Kotagede komponen ibukota kerajaan yang masih dapat dijumpai hanyalah kompleks masjid (termasuk makam kerajaan) dan pasar.
Lokasi Makam Kerajaan Mataram di Kotagede merupakan gubahan ruang dan tata letak bangunan yang terdiri atas 4 (empat) kelompok yang masing-masing dipisahkan oleh tembok pagar berupa pasangan bata tanpa spesi (perekat) dan tanpa plester. Masing-masing pagar klaster dilengkapi dengan pintu gerbang. Pagar kelompok bangunan tersebut mempertegas pembagi an ruang pada kompleks ini. Lokasi ini terdiri atas beberapa kelompok bangunan:

Kelompok I : Kompleks Bangsal Dhudha terdiri atas bangunan bangsal Dhudha, kelir, pagar dan gapura
Kelompok II : Kompleks Bangsal Kawedanan Juru Kunci terdiri atas 2 (dua) bangunan bangsal dan 2 (dua) bangsal tambahan.
Kelompok III : Kompleks Makam terdiri atas beberapa bangunan cungkup dan struktur (berupa jirat dan nisan), gapura serta pagar. 
Kelompok IV : Kompleks Sendang Pemandian terdiri atas struktur Sendang Seliran putra dan putri, bangunan bangsal, tembok pagar, gapura, dan tembok kelir.
Akses masuk menuju lokasi makam melalui halaman di sisi selatan
kompleks masjid. Halaman tersebut terdiri atas dua halaman yaitu halaman pertama yang terdapat bangunan Bangsal Dhudha dan halaman kedua yang terdapat dua bangunan Bangsal Kawedanan Juru Kunci. Terdapat akses dari halaman kedua ini menuju kom pleks makam di sisi barat dan menuju kompleks Sendang Seliran di barat daya. Pintu masuk halaman pertama berupa gapura
berbentuk Paduraksa, sedangkan pintu masuk halaman kedua berupa gapura berbentuk Paduraksa dan kelir. Bentuk,penggunaan bahan, dan teknik konstruksi pada struktur pagar, gapura, dan kelir di halaman ini menampilkan corak khas bangunan tinggalan masa Hindu yang berkembang di Abad XIV-XV di Jawa.
Akses menuju halaman pertama melalui Gapura Paduraksa sisi selatan halaman masjid. Pada samping kiri-kanan gapura ini terhubung dengan tembok yang mengelilingi halaman pertama. Pada sisi selatan gapura ini terdapat tembok kelir (renteng) berfungsi sebagai pembatas pandangan dari halaman masjid ke arah halaman pertama. Struktur tembok kelir menyerupai huruf “L” yang bagian struktur sisi barat menempel pada tembok pagar. Pada permukaan tembok kelir tersebut terdapat hiasan dalam pigura bujur sangkar dan pada sudut-sudutnya terdapat bentuk antefiks (simbar). Pada struktur tembok kelir ini terdapat dua prasasti. Prasasti pertama berada di sisi utara berbahan kayu yang mencantumkan tentang naik takhta dan wafatnya Panembahan Senopati. Prasasti kedua berada di ujung tembok kelir sisi selatan yang berisi tentang kenaikan takhta Panembahan Senopati, selesainya pembangunan makam dan renovasi makam.
Pada halaman pertama terdapat bangunan Bangsal Dhudha yang berfungsi sebagai bangunan penerima para peziarah. Pada Bangsal Dhudha terdapat prasasti pelat kayu yang berisi pendirian Bangsal Dhudha pada tahun 1556 Jawa (1634 M). Pada halaman kedua terdapat dua bangunan Bangsal Kawedanan Juru Kunci yang saling berhadapan. Bangsal di sisi utara untuk juru kunci dari Kraton Surakarta, sedangkan di sisi selatan untuk juru kunci dari Kraton Yogyakarta. Akses menuju halaman ini melalui Gapura
Padurakasa beratap susun tiga, dilengkapi struktur tembok kelir di sisi barat. Di gapura ini terdapat sengkalan yang berbunyi muji nikmat sarining jalmi yang berarti angka tahun Jawa 1867 (saat ini tidak berada di tempat). Pada permukaan sisi timur tembok kelir di gapura ini terdapat sengkalan memet yang mengandung angka tahun 1796.
Pada sisi barat tembok pagar halaman kedua ini terdapat Gapura Paduraksa beratap susun lima berbahan batu putih menuju pelataran kompleks makam. Pada samping kiri-kanan gapura ini
terhubung dengan tembok yang memiliki hiasan medalion dari batu putih di permukaan dindingnya. Di dalam pelataran kompleks makam yang dikenal juga dengan nama Pasareyan Agung terdapat tiga bangunan utama berupa cungkup makam:
1. Cungkup Prabayaksa, berdenah persegi dengan
atap berbentuk limasan, terdapat dinding di sisi timur, selatan dan barat, dengan dilengkapi jendela kaca, sedangkan sisi utara terbuka terhubung dengan bangunan Bangsal Witana. Di dalam Cungkup Prabayeksa terdapat 72 makam, di antaranya adalah nisan makam S.I.S. Kangjeng Sultan Hamengku Buwana II,
K.G.P.A.A. Paku Alam I, Kangjeng Gusti Pangeran Adipati Mangkudiningrat, dan Ki Ageng Mangir. Posisi letak makam Ki Ageng Mangir sebagian utara jirat berada di dalam bangsal, sedangkan sebagian selatan di luar, sebagai simbol status sosial politik tokoh tersebut yang berkedudukan sebagai menantu Panembahan Senopati sekaligus sebagai musuh kerajaan.
2. Cungkup Witana, berdenah persegi panjang dengan bentuk atap limasan, terdapat dinding panel kayu di sisi timur, selatan dan barat sedangkan sisi utara terbuka terhubung dengan bangunan Cungkup Tajug. Di dalam cungkup ini terdapat makam Ki Pemana han (Ki Gede Mataram), Nyi Ageng Mataram, Nyi Ageng Pathi, Ki Ageng Juru Martani, Kangjeng Panembahan Senopati, Kangjeng Ratu Retnodumilah (permaisuri Kangjeng Panembahan Senopati), dan Sinuwun Seda Krapyak (putra Kangjeng Panembahan Senopati).
3. Cungkup Tajug, berdenah persegi dengan bentuk atap tajuk, terdapat dinding panel kayu di sisi utara, barat, dan timur, sedang kan yang sisi selatan terbuka terhubung dengan bangunan Bangsal Witana. Terdapat peninggian permukaan lantai berlantai marmer dengan tiga makam: Nyai Ageng Nis, Pangeran Jaya prana, dan makam Sinuwun Datuk Palembang (SultanPajang/Jaka Tingkir).
Pada sisi barat daya halaman kedua terdapat Gapura Paduraksa beratap susun tiga menggunakan pasangan bata dengan tangga turun menuju Sendang Seliran. Di dalam kompleks ini terdapat dua sendang (kolam pemandian) yaitu, Sendang Seliran Kakung (untuk pemandian laki- laki) di sebelah utara dan Sendang Seliran Putri
(untuk pemandian wanita) di sebelah selatan.
Setiap kolam pemandian tersebut dikelilingi oleh tembok bata setinggi 2 m dengan dilengkapi struktur tembok kelir pada akses masuk.


 


Informasi Cagar Budaya

Lokasi Situs : - Kel. Jagalan Kec. Banguntapan Kab. Bantul Prov. Daerah Istimewa Yogyakarta
SK Gubernur : Keputusan Gubernur DIY Nomor 2 2021-01-29

Lokasi Makam Raja-raja Mataram di Kotagede


Koordinat Penemuan : ;
Dimensi Benda : Panjang
Lebar
Tinggi
Tebal
Diameter
Berat
Ciri Fisik Benda
Ciri Fisik Benda
Fungsi Benda
Dimensi Struktur
Gambaran Umum Bentuk Bangunan
Peristiwa Sejarah : Pemeliharaan dan kegiatan pelestarian Cagar Budaya termasuk pemeliharaan rutin di lokasi ini dilakukan secara kolaboratif antara pihak Kasunanan Surakarta, Kasultanan Yogyakarta, Balai Peles tarian Cagar Budaya DIY, Dinas Kebudayaan DIY, dan Dinas Kebudayaan Kabupaten Bantul.Keberadaan permakaman sebagai pelengkap masjid pada tata kota Kerajaan Islam, merupakan satu kesatuan yang khas. Pada masa Mataram- Islam, makam dan masjid Kotagede adalah contohkeberadaan komponen tersebut yang terletak di sisi barat alun-alun. Dalam Serat Babad Momana (salinan oleh KPH Suiyanagara pada 1865) disebutkan bahwa “masjid agencf sebagai masjid kerajaan di ibukota Kotagede ini waktu pembuatannya bersamaan dengan pembangunan makam yaitu pada tahun 1511 (tercantum: “1511, taun dal, adegipun masjid ageng, sareng mangun antaka-pura”) .Keterangan tahun Dal menunjukkan tahun Jawa, namun sistem kalender tahun Jawa baru muncul pada masa Sultan Agung. Jika angka 1511 tersebut dimaksudkan sebagai tahun Saka maka berarti tahun 1589 Masehi. Disebutkan juga bahwa bangunan Cungkup Tajug sebagai salah satu bangunan cungkup di pelataran makam merupakan bagian dari komponen utama bangunan langgar yang merupakan cikal bakal bangunan Masjid Mataram Kotagede. Pada awalnya, bangunan Masjid didirikan oleh Ki Pemanahan (Ki Gede Mataram) yang saat itu berupa langgar. Kemudian pada masa pemerintahan Panembahan Senapati, bangunan langgar tersebut dipindahkan dan dialihfungsikan sebagai bangunan cungkup (beratap tajuk) untuk makam yang berada di sebelah barat masjid.Di lokasi ini terdapat 9 (sembilan) prasasti, 8 (delapan) inskripsi pendek yang tiga di antaranya tidak berada di tempat, dan 5 (lima) sengkalan yang dua di antaranya tidak berada di tempat.Prasasti, inskripsi dan sengkalan tersebut berisi informasi   angka   tahun yang menunjukkan pendirian dan renovasi komponen-komponen bangunan di lokasi ini.Prasasti:1. Tembok kelir halaman pertama pada permukaan sisi utara dari kayu, berisi tentang naik takhta Panembahan Senopati pada tahun 1579 M dan wafatnya pada tahun 1601 M.2. Tembok kelir halaman pertama pada ujung sisi timur permukaan tebal tembok. Prasasti berbahan batu putih berisi tentang kenaikantakhta Penembahan Senopati dan selesainya pembangunan makam serta renovasinya. Terdapat angka tahun 1284 H, 1509 Saka (1587 M) tahun kenaikan takhta, 1528 S (1606 M) penyele saian pembangunan makam, dan angka tahun 1796 Jawa (1867 M) renovasi makam.3. Pada bilah kayu yang ditempelkan di belandar Bangsal Dhudha, berisi tentang pendirian bangunan bangsal ini pada 1556 Jawa (1634 M).4. Prasasti berbahan batu, di atas ambang pintu Gapura Paduraksa menuju makam. Berisi tentang renovasi kelir serambi masjid dalam bentuk tembang Dhandanggula terdiri atas 8baris. Terdapat angka tahun 1796 Jawa (1867 M). Prasasti semula berada di atas pintu makam, kemudian di pindah ke belakangmihrab masjid.5. Batu marmer di depan cungkup Prabayaksa, berisi informasi penggantian batu nisan dari bahan batu hitam menjadi marmer pada tahun 1853 Jawa (1923 M).6. Pada bilah kayu yang ditempelkan di belandar bangunan Sendang Seliran Putra di sisi selatan, berisi tentang perbaikan bangunan sendang pada tahun 1284 H (1796 Jawa/ 1867 M).7. Pada bilah kayu yang ditempelkan di tiang bangunan Sendang Seliran Putri di bagian barat, berisi tentang perbaikan bangunan sendang pada tahun 1284 H/ 1796 Jw (1867 M) .8. Pada bilah kayu yang ditempelkan di tiang bangunan Sendang Seliran Putri di bagian timur, berisi tentang peristiwa kenaikan takhta Panembahan Senopati (angka tahun 1509 S =1587 M), selesainya pembangunan makam (angka tahun 1528 S =1606 M), dan perbaikan makam (angka tahun 1867 Jw =1869 M).9. Pada bilah kayu yang ditempelkan di belandar Bangsal Kencur Sendang Seliran Putri, berisi tentang larangan membasuh semua barang kecuali untuk membasuh pakaian, terdapat angka tahun 1830 Jw dan 1900 M.Inskripsi1. Pada Kelir halaman kedua (halaman Kawedanan) berisi angka tahun 1867 Jw (1936 M), saat ini inskripsi tidak berada di tempat.2. Lokasi di Sendang Seliran Putri berisi angka tahun 1858 Jw, saat ini inskripsi tidak berada di tempat.3. Pada kelir halaman kedua (halaman Kawedanan) di sisi ujung selatan tembok kelir, berisi sengkalan angka tahun 1796 Jw (1867 M).4. Pada Gapura Paduraksa makam, berisi sengkalan angka tahun 1566 Jw (1644 M) .5. Lokasi di Sendang Seliran Putra berisi angka tahun 1284 H (1867 M), saat ini inskripsi tidak berada di tempat.6. Lokasi di Sendang Seliran Putri berisi angka tahun 1928 M, saat ini inskripsi tidak berada di tempat.7. Pada Bangsal Kawedanan utara, berisi sengkalan lamba angka tahun 1870 Jw (1939 M).8. Pada Bangsal Kawedanan selatan, berbahan kayu hitam terdiri atas lima baris berisi tentang:(a) renovasi bangunan pada tahun 1566 Jw, (b) angka tahun 1829 Jw (1900 M), (c) angka tahun 1829 Jw dan 1900 M, (d) angka tahun 1832 Jw dan 1902 M, (e) angka tahun 1887 Jw dan 1957 M.Sengkalan1. Pada kelir halaman kedua (halaman Kawedanan) di sisi ujung utara tembok kelir, berisi sengkalan memet gambar jambu mete, gapura, dan huruf Jawa “La” yang semuanya berada di dalam bentuk perisai, mengandung arti angka tahun 1796 Jw (1867 M).2. Lokasi di tembok Sendang Seliran Putri berupa sengkalan memet berupa gambar pisang mas- katak-angsa-merpati yang berarti angka tahun 1796 Jw (1867 M), saat ini inskripsi tidak berada di tempat.3. Lokasi di tembok Sendang Seliran Putri berupa sengkalan memet berupa figur orang menaiki kuda yang berarti angka tahun 1796 Jw (1867 M), saat ini inskripsi tidak berada di tempat.4. Pada tembok Sendang Seliran Putri berupa sengkalan memet berupa gambar figur orang bertutup kepala dan bersayap, dengan posisi duduk bersila, di bagian dada terdapat gambar bentuk hati yang berarti angka tahun 1752 Jw (1824 M), sengkalan ini diartikan juga sebagai angka tahun 1796 Jw.5. Pada tembok Sendang Seliran Putri berupa sengkalan memet berupa gambar gajah bermahkota dengan daun telinga lebar dengan bentuk pelana dan ekor tergambar jelas yang berarti angka tahun 1871 Jw.
Nama Pemilik Terakhir : Kasultanan Ngayogyakarta Hadiningrat dan Kasunanan Surakarta Hadiningr
Riwayat Pengelolaan
Nama Pengelola : Kasultanan Ngayogyakarta Hadiningrat dan Kasunanan Surakarta Hadiningr