Regol Brajanala merupakan akses penghubung antara halaman Siti Hinggil dan halaman Kamandhungan Lor dalam kompleks Kraton Yogyakarta, berwujud pintu gerbang yang memiliki atap. Bangunan regol ini dikenal pula dengan sebutan “Kori Brajanalaâ€. Atap Regol Brajanala berbentuk Limasan Jebengan, tanpa komponen penanggap dan tidak menggunakan tiang penyangga. Pamidhangan atap bertumpu pada dinding Cepuri. Konstruksi tersebut dikenal dengan sebutan Limasan Jebengan Semar Tinandhu. Nama “Brajanala†memiliki arti “hati/ pikiran yang tajamâ€, hal ini dimaknai bahwa setiap orang yang masuk di lingkungan kraton melalui pintu gerbang ini harus memiliki hati jemih dan
perasaan yang tajam.
Di sisi utara dari arah jalan Pamengkang kompleks Siti Hinggil, terdapat dua bangsal pecaosan beratap Limasan Jebengan (Apitan) yang terletak simetris timur dan barat. Di sisi selatan regol terdapat dua buah bangunan gardu jaga yang menempel simetris di barat dan timur Regol Brajanala, yang diberi nama pos jaga abdi dalem Husar, dikenal pula dengan nama pejagen dragoender. Terdapat kesamaan dalam bentuk, ukuran, dan ragam hias pada kedua bangunan tersebut. Pembeda dua pos jaga tersebut adalah angka tahun yang tertera pada bagian depan. Pos jaga abdi dalem Husar sisi barat berangka tahun Jawa 1859 sedangkan di sisi timur berangka tahun Masehi 1928.
Bangunan regol ini menjadi bukaan untuk pagar tembok (bagian dari Benteng Cepuri Kraton Yogyakarta) yang mengelilingi halaman Kamandhungan Lor. Panjang total pagar tembok sisi utara: 109 m, sisi timur 45,7 m, sisi selatan 97,19 m, dan sisi barat 4 1 m. Pada sisi utara dan selatan terdapat bangunan regol. Ukuran tinggi pagar tembok rata-rata 6 m dengan tebal 1,5 m.
Dimensi Benda | : |
Panjang Lebar Tinggi Tebal Diameter Berat |
Peristiwa Sejarah | : | Regol Brajanala merupakan bagian/ kelengkapan yang harus ada di Kraton Yogyakarta, karena merupakan salah satu komponen utama kompleks Kamandhungan Lor sekaligus berfungsi sebagai pintu utama penghubung antara kompleks Kamandhungan Lor dengan kompleks Siti Hinggil yang dibangun oleh Sri Sultan Hamengku Buwana I. Keberadaannya menerapkan filosofi tata letak Kraton Yogyakarta yang memiliki beberapa komponen ruang yang hams sepasang, yaitu:a. Alun-alun Lor dan Alun-alun Kidul; danb. Siti Hinggil Lor dan Siti Hinggil Kidul (pada tahun 1956 Siti Hinggil Kidul mengalami perubahan bentuk dan perubahan nama menjadi “Sasana Hinggil Dwi Abadâ€). |
Nama Pemilik Terakhir | : | Karaton Ngayogyakarta Hadiningrat |
Nama Pengelola | : | Karaton Ngayogyakarta Hadiningrat |
Catatan Khusus | : | Luas struktur = 51,3 m2 |