Loading

Deskripsi Singkat

Wisma Kaliurang terletak di Jalan Astorenggo No. 1, Dukuh Kaliurang Timur, Desa Hargobinangun, Kecamatan Pakem, Kabupaten Sleman, Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Dahulu Wisma Kaliurang merupakan sebuah hotel modern yang bernama Hotel Leh Meyer. Wisma ini dibangun pada tahun 1931 M oleh pengusaha asal Jerman yang bernama Tuan Leh Meyer. Tuan Leh Meyer tinggal di wilayah ini hingga tahun 1940 M. Selama tinggal di wilayah ini, Tuan Leh Meyer berhasil memprakarsai hadirnya listrik dan pos. Pada masa penjajahan Jepang, hotel ini terpaksa ditinggalkan oleh Leh Meyer. Pada tahun 1948 M, wisma ini berganti nama menjadi Hotel Kaliurang. Wisma ini pernah juga digunakan sebagai salah satu tempat perundingan Komisi Tiga Negara (KTN). Pada tahun 1985 M, wisma ini dikelola oleh Pemerintah Kota Yogyakarta. Kini, wisma ini berganti nama menjadi Wisma Kaliurang dan dimiliki oleh Bapak Samuel Sugito.

Wisma Kaliurang memiliki luas tanah sekitar 10.000 m2. Akses masuknya berada di sisi timur. Di wisma ini terdapat beberapa bangunan lama dan bangunan baru. Bangunan lama terdiri atas bangunan utama dan bangunan tambahan, sedangkan bangunan baru berupa bangunan tambahan.
Bangunan utama terletak di sisi timur. Dahulu bangunan ini merupakan bangunan utama Hotel Leh Meyer. Bangunan ini memiliki lobi, ruang makan, kamar mandi, gudang, dan dapur. Atap bangunan berbentuk limasan dengan bahan penutup atap berupa genteng serta terdapat lantern. Fasad bangunan sudah mengalami sedikit perubahan dengan penambahan kanopi. Selain itu, lantai lobi juga sudah diganti, namun lantai di ruangan lain masih asli. Di ruang makan terdapat jendela kaca untuk menikmati pemandangan. Di sisi barat terdapat tangga yang menghubungkan dengan bangunan tambahan asli. Tangga ini terbuat dari batu kali. Namun tangga ini sudah tidak bisa digunakan lagi karena tertutup bangunan baru.
Bangunan tambahan (bangunan lama) terletak di sebelah barat bangunan utama. Bangunan ini membujur timur-barat dengan tata ruang yang masih asli. Bangunan ini terdiri atas kamar tidur, kamar mandi, dan selasar. Atap bangunan berbentuk limasan dengan bahan penutup atap berupa genteng. Pintu dan jendela terbuat dari kayu.

Bangunan tambahan (bangunan baru) berada di sebelah barat dan utara bangunan utama. Bangunan ini didirikan sekitar tahun 1990-an. Bangunan ini terdiri atas paviliun tamu dan kamar tidur.

Secara umum, bangunan-bangunan Wisma Kaliurang memiliki gaya arsitektur indis. Ciri-ciri elemen eropa terdapat pada lantern, pondasi dari batu kali, dan dinding berkonstruksi bearing wall dari bahan bata. Sementara itu, ciri-ciri lokal terdapat pada atap limasan, jendela yang lebar, dan dinding sisi luar dilapisi batu kali. Selain itu, gaya dekorasi Art Deco dapat dilihat pada jendela resepsionis.

Referensi
Andani, Angelica Hedy. 2011. Strategi Pelestarian Bangunan Kolonial di Kaliurang. Skripsi. Yogyakarta: Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Gadjah Mada.

Status : Bangunan Cagar Budaya
Periodesasi : Kolonial (Belanda/Cina)
Bagian dari : Lokasi Wisma Kaliurang
Kawasan : Satuan Ruang Geografis Kaliurang di Padukuhan Kaliurang, Kelurahan Hargobinangun, Kapanewon Pakem
Alamat : Jalan Astorenggo No. 1 Kaliurang Barat RT 8, Hargobinangun, Pakem, Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta.
Koordinat:
7.59803° S, 110.42444° E

SK Walikota/Bupati : SK Bupati Sleman No 3.15/Kep.KDH/A/2020


Lokasi Wisma Kaliurang di Peta

Dimensi Benda : Panjang
Lebar
Tinggi
Tebal
Diameter
Berat
Ciri Fisik Benda
Ciri Fisik Benda
Fungsi Benda
Jenis Struktur : Kolonial
Dimensi Struktur
Jenis Bangunan : Kolonial
Fungsi Bangunan : Rumah/Permukiman,Penginapan
Komponen Pelengkap :
  1. Pintu,Asli
  2. Ventilasi,Asli
  3. Jendela,Asli
  4. Lantai,Diganti
  5. Plafon,Diganti
  6. Atap,Diganti
Gambaran Umum Bentuk Bangunan
Tata Letak Dalam Ruang Kawasan : Wisma Kaliurang memiliki tiga bangunan yaitu satu bangunan lama dan dua bangunan baru. Pada bangunan lama ruangan di dalamnya terdiri atas ruang aula utama, ruang makan, toilet, dan gudang. Sementara itu, pada bangunan baru digunakan sebagai kamar tidur dan garasi.
Deskripsi Fasad : Gaya dari bangunan Wisma Kaliurang merupakan salah satu dari varian haya arsitektur Indis. Atap yang digunakanan merupakan model limas dan menggunakan genting jatiwangi sebagai penutupnya. Terdapat lattern pada atap bangunan. Pada fasad bagian utara bangunan menyatu dengan bangunan tambahan berupa kamar dan garasi. Bagian fasad memiliki 11 jendela dan 1 pintu Pada bagian dinding sudah diwarnai menggunakan warna krem kecoklatan.Kondisi fasad depan bangunan induk terdapat penambahan berupa serambi cor yang menjorok ke arah timur.
Deskripsi Jendela : Pada bagian fasad bangunan terdapat 11 jendela. Masing-masing jendela yang berada di samping pintu tersusun sendiri sedangkan yang lain berjejer per 3 jendela. Bentuknya berupa jendela satu daun dengan kombinasi bahan kayu 2 baris di bawah dan 3 baris di atas berupa kaca. Pada ruang makan terdapat satu jendela kupu tarung dengan bahan kayu dan kaca. Terdapat juga satu jendela berlapis dengan satu jendela berjenis satu daun dan terdapat jendela dua daun di dalamnya yang berukuran kecil. Bentuknya seperti jendela resepsionis bergaya art deco.
Deskripsi Pintu : Keseluruhan pintu berbahan dasar kayu dengan model ada kacanya.Pintu memiliki bentuk dua panel dan belum pernah mengalami pergantianPintu bagian fasad, bagian utara, dan bagian ruang makan berbentuk kupu tarung dengan bahan utama kayu dan dihiasi dengan kaca.
Deskripsi Atap : Bagian atap memiliki bentuk perisai dengan lantern atau sebuah kubah kecil di bagian atas. Lattern ini berfungsi untuk meningkatkan sirkulasi udara dalam ruangan sehingga mengurangi hawa panas dan mengurangi kelembapan ruangan. 
Deskripsi Lantai : Lantai pada ruang utama secara keseluruhan sudah diganti dengan yang baru.Lantai asli dari bangunan dapat ditemukan pada ruang makan saat ini yang berupa tegel. Tegel berukuran 20x20 cm dengan warna abu-abu.
Deskripsi Ventilasi : Terdapat ventilasi kaca patri sejumlah dengan 11 area pada dinding ruang utama. Jendela berupa satu daun ukuran kecil yang terbuka dari menghadap ke atas. Terdapat satu ventilasi berbentuk krepyak pada ruang makan dengan bahan dari kaca.
Deskripsi Plafon : Plafon tampak mengalami pelapukan dan perubahan warna di beberapa bagian, menunjukkan adanya pengaruh kelembapan atau kurangnya perawatan. Warna kusam serta bercak-bercak pada permukaan plafon mengindikasikan kemungkinan adanya kebocoran air dari atap di atasnya.Memiliki bentuk geometri kotak-kotak yang seragam.Plafon ini menggunakan rangka kayu dengan panel-panel yang berbentuk kotak dan kemungkinan terbuat dari material yang ringan seperti papan triplek atau gypsum.
Desain : Kolonial
Interior : Terdapat interior kayu di bagian dalam namun yang ada sekarang merupakan interior baru.
Fungsi Situs : Rumah/Permukiman,Penginapan
Fungsi : Rumah/Permukiman,Penginapan
Tokoh : Presiden SoekarnoWakil Presiden Moh. HattaPM SyahrirJendral Soedirman
Peristiwa Sejarah : Kaliurang merupakan suatu wilayah yang masuk dalam kelurahan Pakem, salah satu tanah apanage di Kasultanan Yogyakarta. Keterangan tersebut berdasarkan laporan Residen Yogyakarta (Gegevens Over Djokjakarta 1925 dan 1926) yang ditulis oleh L.F. Dingemans. Tanah apanage di kelurahan Pakem dikuasai oleh Pangeran Puger pada masa pemerintahan Sultan Hamengku Buwono II. Pada tahun 1830-an berkembang perkebunan di daerah vorstenlanden. Perkebunan memerlukan lahan luas dan subur, berupa tanah apanage. Untuk perluasaan perkebunan, terjadi perubahan dalam penggunaan tanah apanage dimana tanah tersebut disewa oleh perusahaan perkebunan dari para pemegang hak tanah (apanagehouder). Penggunaan tanah apanage sebagai perkebunan juga terjadi di wilayah Pakem, yaitu berupa perkebunan Nila (indigo) yang diusahakan oleh Pangeran Adipati Mangkubumi yang saat itu menjadi apanage Pakem sekitar tahun 1880. Pada tahun 1912/1913 keluar peraturan yang menghapus status tanah apanage di luar Yogyakarta. Tuan Versteeg merupakan yang tercatat terakhir sebagai pengelola tanah apanage Pakem.Pada awal abad ke-20 pemerintah Hindia Belanda mulai gencar meningkatkan promosi wisata ke daerah jajahannya. Hal tersebut ditandai dengan pendirian lembaga pengelolaan pariwisata bernama Vereneeging voor Toeristen-Verkeer (VTV) pada tahun 1908. Salah satu wilayah yang dipromosikan sebagai tujuan wisata adalah Yogyakarta dengan dua jenis wisata yaitu, budaya dan alam. Wisata budaya di antaranya adalah Kraton Yogyakarta, Candi Prambanan, Kotagede, kerajinan batik dan perak, sementara wisata alam berupa wisata pantai dan pegunungan. Wisata pantai antara lain Pantai Parangtritis, Samas dan Baron, sementara wisata pegunungan adalah kawasan peristirahatan Kaliurang. Penggunaan wilayah Kaliurang sebagai kawasan peristirahatan diawali pada tahun 1885 masa pemerintahan Sultan Hamengku Buwana VII, saat itu Pangeran Adipati Mangkubumi selaku penguasa apanage Pakem membangun sebuah tempat peristirahatan (pesanggrahan). Pada tahun 1919 Kaliurang ditetapkan sebagai kawasan hunian berdasarkan keputusan Residen Yogyakarta No. 927/ 42 tanggal 22 Januari 1919. Selanjutnya pada masa pemerintahan Residen Jonquiere, adanya kebijakan bahwa wilayah sebelah utara dan barat jalan Pakem-Kaliurang adalah wilayah Kesultanan yang bebas (vrijdomein). Pemerintah kolonial mengambil alih pengaplingan daerah Kaliurang dan memperoleh izin untuk melakukan pembangunan. Setelah adanya peningkatan kualitas jalan dan keberadaan pesanggrahan sultan, banyak pihak mulai mendirikan tempat peristirahatan dan terjadi peningkatan jumlah wisatawan. Kondisi tersebut terlihat dari pembangunan bungalo yang pada tahun 1925 hanya terdapat dua belas bungalo, satu tahun kemudian bertambah dua bungalo yang di antaranya milik Kesultanan Yogyakarta.Wisma Kaliurang didirikan sekitar tahun 1931 dan dahulunya dimanfaatkan sebagai Hotel Kaliurang. Hotel tersebut didirikan oleh seorang pengusaha asal Jerman bernama Leh Meyer. Tuan Leh Meyer tinggal di Kaliurang hingga tahun 1940. Selama berada di Kaliurang, tuan Leh Meyer memprakarsai hadirnya listrik dan layanan pos surat di Kaliurang.Pada 13 Januari 1948 di Kaliurang terjadi Perundingan Khusus antara Republik Indonesia dengan Komisi Tiga Negara. KTN merupakan sebuah komite yang dibentuk oleh Dewan Keamanan PBB yang bakal menjadi penengah konflik antara Indonesia serta Belanda. Komite ini dikenal sebagai Committee of Good Offices for Indonesia (Komisi Jasa Baik Untuk Indonesia) atau disebut Komisi Tiga Negara (KTN) karena beranggotakan tiga negara, yaitu Belgia yang diwakili Paul Van Zeeland, Australia yang diwakili Richard Kirby, dan Amerika Serikat yang diwakili Dr Frank Graham. Republik Indonesia diwakili oleh Presiden Soekarno, Wakil Presiden Moh Hatta, PM Syahrir dan Jendral Soedirman. Perundingan Kaliurang ini melahirkan Notulen Kaliurang. Isi Notulen Kaliurang yaitu menguasai dengan cara langsung penghentian tembak menembak sesuai dengan resolusi PBB, menjadi penengah konflik antara Indonesia dengan Belanda, dan memasang patok-patok wilayah status quo yang dibantu oleh TNI.   Wisma Kaliurang menjadi bagian dari sejarah perundingan KTN karena digunakan sebagai tempat perundingan Indonesia dan Komisi Tiga Negara (KTN) pada 13 Januari 1948. Perundingan ini menghasilkan sebuah kesepakatan bersama yang disebut Notulen Kaliurang. Sejak tahun 1985, Hotel Kaliurang dikelola oleh Korem 072/Pamungkas dan berubah nama menjadi Wisma Kaliurang.
Konteks : Wisma Kaliurang menjadi bagian dari sejarah perundingan KTN karena digunakan sebagai tempat perundingan Indonesia dan Komisi Tiga Negara (KTN) pada 13 Januari 1948. Perundingan ini menghasilkan sebuah kesepakatan bersama yang disebut Notulen Kaliurang. Sejak tahun 1985, Hotel Kaliurang dikelola oleh Korem 072/Pamungkas dan berubah nama menjadi Wisma Kaliurang.
Pemilik
Nama Pemilik Terakhir : Korem 072/Pamungkas
Alamat Pemilik : Jalan Reksobayan nomor 4, Ngupasan, Gondomanan, Yogyakarta,
Pengelolaan
Nama Pengelola : Agus Waryanto
Alamat Pengelola : Jl. Pandean 2 Rt 07/Rw 56, Gandok, Pandean.
Nomer Kontak : 082134009613
Persepsi Masyarakat : Berdasarkan hasil survei yang sudah dilakukan, masyarakat di sekitar Wisma Kaliurang sudah mengetahui bahwa Wisma Kaliurang sudah ditetapkan menjadi Cagar Budaya.
Catatan Khusus : Terdapat tambahan bangunan baru di sisi utara dan selatan bangunan.