Bangunan Kamar Sandi Negara dibangun pada lereng perbukitan dengan ketinggian ±180 mdpl. Litologi batuan penyusun area di sekitar bangunan ini adalah andesit tua dari Formasi Bemmelen. Di sebelah barat bangunan mengalir Sungai Tinalah dengan hilirnya berada di Sungai Progo.Tata guna lahan yang ada di sekitar bangunan didominasi oleh tumbuhan pohon berkayu. Permukiman yang ada di area ini membentuk pola menyebar dimana tiap rumah penduduk memiliki jarak yang berjauhan satu sama lain.
Dimensi Benda | : |
Panjang Lebar Tinggi Tebal Diameter Berat |
Komponen Pelengkap | : |
|
Tokoh | : | Letnan Muda Enang SudiarsoMayor Koesmono DartojoLetnan Dua SoemarkidjoLetnan Muda Soedijatmo |
Peristiwa Sejarah | : | Pada tanggal 17 August 1945, Ir. Soekarno dan Dr. Moh. Hatta memproklamasikan kemerdekaan Republik Indonesia. Namun pernyataan kemerdekaan membuat Belanda semakin menggencarkan aksi militernya dengan membonceng pasukan sekutu dalam wujud NICA, sehingga pada tanggal 29 September 1945 Jakarta sebagai Ibukota Republik Indonesia dikuasai oleh penjajah Belanda. Tanggal 2 Januari 1945 Sultan Hamengku Buwono IX mengirimkan kurir ke Jakarta dan menyarankan agar ibukota R.I. pindah ke Yogyakarta dan diterima sehingga mulai tanggal 4 Januari 1945 secara resmi ibukota negara pindah ke Yogyakarta, sehingga semua kantor dan pejabat pemerintah juga pindah ke Yogyakarta termasuk Kantor Kementerian Pertahanan yang menempati bangunan di Jalan Batanawarsa 32 Gondokusuman Yogyakarta.Untuk menjalankan komunikasi antara militer dan diplomasi yang aman, maka pada tanggal 04 April 1946 Menteri Pertahanan Mr. Amir Syarifuddin memberikan mandat kepada Letnan Kolonel dr. Roebiono Kertopati untuk membentuk Dinas Kode. Dinas ini mendapat mandat rahasia untuk melakukan pengamanan berita Pemerintah RI yang disiarkan melalui sarana komunikasi. Selain itu dibangun juga sarana telekomunikasi berupa pendirian pemancar pemancar radio telegrafi baik kecil maupun besar di sekitar Yogyakarta yaitu pemancar kecil di Dusun Dukuh, pemancar besar di Playen Gunung Kidul dan Gunung Lawu, jaring radio Jabar : Tasik-Garut Rangkasbitung-Karawang-Cirebon, jaring radio Jateng : Solo-Purwokerto-Tegal, Jaring radio Jatim : Jember-Jombang-Kediri-Mojokerto, jaring radio Sumatra: Pematangsiantar dan Bukit Tinggi. Setelah mendapat mandat tersebut, Letnan Kolonel dr. Roebiono Kertopati melakukan langkah-langkah strategis dengan merekrut personil yang dibutuhkan dan memiliki kemampuan serta menyusun buku panduan komunikasi informasi rahasia dalam bentuk “Buku Kode C”.Buku Code C terdiri dari 10.000 kata sandi dan artinya, disusun selama 2 bulan dengan dibantu oleh orang yang benar-benar dipercaya olehnya. Mengingat mendesaknya kebutuhan di lapangan, Buku Code C ditulis sendiri oleh Letnan Kolonel dr. Roebiono Kertopati dengan menggunakan 2 tangan secara bersamaan. Tanggal 21 Juli 1947 terjadi agresi militer belanda dimana mereka menyerang Jawa dan Sumatera yang merupakan basis perjuangan mempertahankan kemerdekaan 17 Agustus 1945. Untuk mendukung perjuangan diplomasi, keesokan harinya dikirimlah Code Officer (CDO) pertama kali ke luar negeri untuk mendampingi Duta Besar R.I. untuk India/kantor perwakilan PBB yaitu A.A. Maramis.Tanggal 15 August 1947 dilakukan proses kirim terima berita pertama dari india yang artinya Indonesia dapat menjalin komunikasi dengan dunia internasional. Proses komunikasi dilakukan via RRI Yogyakarta dinihari 02.00-04.00 dan diulang via PTT Yogyakarta. Komunikasi kemudian diperluas ke jalur Luar Negeri melalui Singapura, India, Cairo dan PBB Lake Success.Untuk efisiensi prosedur komunikasi, pada tanggal 23 Januari 1948 Kementerian Pertahanan Bagian V dilebur sehingga Bagian Code KP-V berada dibawah Kepala Staf Angkatan Perang Jenderal Soedirman menjadi Dinas Code Staf Angkatan Perang. Tanggal 18 Desember 1948 Wakil 2 KSAP yaitu Kolonel TB. Simatupang menginstruksikan dr. Roebiono Kertopati untuk menjaga jalur komunikasi dengan Bukittinggi dan New Delhi menghadapi perkembangan gerakan militer Belanda. Pada hari itu juga, Ir. Soekarno memerintahkan pengiriman 2 (dua) kawat rahasia ke Mr. Syafrudin Prawiranegara di Sumatera untuk membentuk Pemerintah Darurat Republik Indonesia (PDRI) dan ke A.A. Maramis di New Delhi untuk membentuk Exit Government bila PDRI juga dikuasai Belanda. Belanda semakin meningkatkan agresinya dengan menggelar agresi militer II pada tanggal 19 Desember 1948 dengan tujuan utama menangkap para pemimpin Republik Indonesia yang terdiri dari Presiden dan Wakil Presiden serta beberapa menteri dan tokoh perjuangan lainnya. Sebelum para pemimpin ditawan, Bung Hatta telah memerintahkan untuk mengirim radiogram kepada satuan-satuan yang ada di Jawa dan Sumatera tetap melanjutkan perjuangan dengan metode perang rakyat. Radiogram tersebut ditindaklanjuti oleh KSAP/PBAP Jenderal Soedirman dengan mengeluarkan nota perintah bahwa republik telah diserang dan agar prajurit tetap melakukan perlawanan dengan perang rakyat. Instruksi KSAP/PBAP diteruskan oleh Wakil 2 KSAP agar semua kekuatan mundur ke barat, melakukan bumi hangus serta membangun basis pertahanan baru. Instruksi bumi hangus dilaksanakan oleh seluruh kesatuan pasukan dengan membakar gedung-gedung utama dan berkas-berkas penting. Tindakan bumi hangus terjadi di Kotabaru yang terdiri dari kantor-kantor pemerintah, di Demakijo berupa pabrik gula-pabrik senjata, sepanjang jalan Godean, sekitar wilayah Kutu, Minggir, hingga Kali Progo, dan Dekso. Mendapat instruksi bumi hangus tersebut, dr. Roebiono Kertopati memerintahkan semua Code Officer (CDO) dan personil Dinas Kode untuk membakar semua bahan, peralatan dan berkas-berkas rahasia yang ada. Lalu diperintahkan untuk berpencar menyatu dengan rakyat dan berkumpul di Lapangan Dekso sesia instruksi KSAP. Tepat pada tanggal 20 Desember 1948, Kolonel T.B. Simatupang beserta beberapa pasukan menyeberangi kali progo untuk membangun basis baru di sekitar perbukitan Menoreh. Sebagaimana diceritakan sejarah, pemilihan Dekso terilhami oleh hikayat Pangeran Diponegoro saat gerilya pada Perang Jawa 1825 – 1830. Selain itu, Dekso dan sekitarnya juga terlindung oleh kali progo di bagian timur dan kali bogowonto di bagian barat, plus perbukitan menoreh di bagian belakang bila benar-benar terdesak. Kolonel TB. Simatupang menuju Banaran melalui Dekso lurus mengikuti jalan ke arah samigaluh kemudian menyeberangi kali tinalah, lalu mendaki jalan perbukitan selama 3/4 jam sampai ke rumah kepala dukuh bernama Karyo Utomo. Dirumah ini akhirnya dijadikan kantor Wakil 2 KSAP yang dijabat Kolonel TB. Simatupang. Dari sebuah lokasi sebelum mendaki ke rumah Karyo Utomo, Kolonel TB. Simatupang menunjuk sebuah rumah di perbukitan seberang sungai yang kemudian ditunjuk menjadi kantor sandi darurat. Dari rumah yang dijadikan kantor sandi darurat tersebutlah semua komunike-komunike disebarkan melalui stasiun radio, dimana semua instruksi dan berita serta surat menyurat dengan Presiden, Wakil Presiden, Kabinet, KSAP/PBAP diinstruksikan untuk di sandi dan di kode agar tidak dapat diketahui oleh Penjajah Belanda. Tanggal 21 Desember 1948 Letnan Satu Sumarkidjo, Kapten Santosa, dan Letnan Muda Sedyatmo sampai di Samigaluh untuk melakukan pengamatan wilayah. Setelah mendapat informasi Wakil 2 KSAP berada di Dekso, mereka kembali ke dekso untuk melapor. Beberapa hari kemudian Letnan Kolonel dr. Roebiono Kertopati dan beberapa Code Officier (CDO) yang lain juga telah tiba di Dekso dan melapor kepada Kolonel TB. Simatupang. Di Dekso dilakukan pengarahan strategi dan ada pembagian tugas, Kolonel TB. Simatupang menuju banaran untuk membangun MBKD darurat, Mayor Gani ditugaskan untuk membuat pos MBKD di sebelah selatan Dekso, Kapten Dartojo ditugaskan untuk membuat pos penghubung di lokasi antara Dekso dan Banaran berupa pemasangan pemancar radio jarak pendek, Kapten Soetomo ditugaskan untuk membuat Pos Checkpoint 1 di dekat Lapangan Dekso, serta Letnan Satu Sumarkidjo ditugaskan untuk membuat Pos Checkpoint 2 di Dusun Dukuh. Kepada para Code Officier (CDO), dr. Roebiono Kertopati juga membuat langkah strategis dengan menugaskan personilnya untuk mencari stasiun stasiun radio pemancar di wilayah Jawa Timur dan Jawa Barat dan menjadikannya sebagai saluran komunikasi rahasia pemerintah dan komunikasi dapat berjalan secara aman dan terintegrasi secara umum di kalangan Markas Besar Komando Djawa (MBKD).Khusus untuk Pos checkpoint 2 di Dusun Dukuh, rumah Bapak Merto Setomo juga diinstruksikan agar difungsikan sebagai Kantor Sandi darurat dimana Letnan Satu Sumarkidjo dan Letnan Muda Sedyatmo yg ditugasi khusus untuk mengelola informasi rahasia langsung dibawah Komando Perhubungan Angkatan Perang. Dari Kamar Sandi darurat inilah personel yang direkrut baik Code Officier (CDO), caraka (kurir) maupun telik sandi telah berjuang mati-matian untuk memastikan informasi tetap terjaga kerahasiaannya dan sampai kepada tujuan dalam melaksanakan strategi perang gerilya KSAP/PBAP Jenderal Soedirman. (Sumber: Naskah Rekomendasi Penetapan Kamar Sandi Negara Di Pedukuhan Dukuh, Desa Purwoharjo, Kecamatan Samigaluh, Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta Sebagai Bangunan Cagar Budaya Peringkat Kabupaten (Kulon Progo), Dokumen Nomor 15/TACB KP/XII/2016, November 2016). |
Konteks | : | Bangunan Kamar Sandi Negara memiliki asosiasi dengan keberadaan rumah yang dahulu digunakan sebagai markas gerilya dari Kolonel T.B. Simatupang. Rumah tersebut terletak di Dusun Banaran, Desa Banjarsari, Kecamatan Samigaluh, Kabupaten Kulon Progo. |
Riwayat Pemugaran | : | Tahun 2013 - 2014 |
Riwayat Pemanfaatan | : | Sejak tahun 2014 bangunan Kamar Sandi Negara dijadikan living monument |
Riwayat Penelitian | : | Darsono, Sigit. (2021). Peran Rumah Sandi pada Masa Agresi Militer Belanda II di Kelurahan Purwoharjo, Samigaluh, Kulon Progo, Yogyakarta Tahun 1948 1949. Karmawibangga: Historical Studies Journal, 3(2), 29-40.Atmoko, Temoteus Prasetyo Hadi. 2019: Pengembangan Wisata Sebagai Daya Tarik Situs Rumah Sandi Di Perbukitan Menoreh Kulon Progo. Journal of Indonesian Tourism, Hospitality and Recreation Volume 2, No. 1, April 2019, hal 77 – 87. |
Nilai Ilmu Pengetahuan | : | - |
Nama Pemilik Terakhir | : | Badan Siber dan Sandi Negara |
Alamat Pemilik | : | Jalan Raya Muchtar 70 Bojongsari, Depok, Jawa Barat - 16516 |
Riwayat Kepemilikan | : | +6221 77973360 |
Nama Pengelola | : | Badan Siber dan Sandi Negara |
Alamat Pengelola | : | Jalan Raya Muchtar 70 Bojongsari, Depok, Jawa Barat – 16516 |
Nomer Kontak | : | +6221 77973360 |