Loading

Prasasti Wihara I Nomor Inventaris BG. 323

Status : Benda Cagar Budaya

Deskripsi Singkat

Prasasti Wihara I Nomor Inventaris BG. 323 berupa lingga semu dengan bentuk silinder di bagian atas dan segi empat di bagian bawah. Prasasti ditulis dengan aksara dan bahasa Jawa Kuno, dipahatkan mengelilingi bagian berbentuk silinder sebanyak 2 baris.

Prasasti Wihara I Nomor Inventaris BG. 323 pernah dibaca oleh Rita Margaretha Setianingsih dan ditulis dalam artikel berjudul “Agama Budha Abad 9 M di daerah Berbah – Yogyakarta, berdasarkan data prasasti dan arca” Dalam Kongres AAEI Malang, Mei 2001. Selain itu prasasti juga pernah dibaca oleh Riboet Darmosoetopo, Tjahjono Prasodjo, dan Rita Margaretha Setianingsih dalam buku Pusaka Aksara Yogyakarta yang diterbitkan oleh Balai Pelestarian Cagar Budaya pada tahun 2015. Alih aksara dan alih bahasa Prasasti Wihara I Nomor Inventaris BG. 323 sebagai berikut:

Alih aksara :

1.     Saka 796 // paki humjah // sima rakrya(n) banu wwah ri wihara //

2.     srawana masa //

Alih bahasa:

1.     Tahun 796 saka // paki humjah // sima milik rakrya (n) Banu Wwah di wihara

2.     bulan srawana //

Prasasti Wihara I Nomor Inventaris BG. 323 merupakan salah satu dari dua prasasti berbentuk lingga semu yang ditemukan di Pleret. Prasasti yang satu lagi ialah Prasasti Wihara II Nomor Inventaris BG.774. Kedua prasasti tersebut berisi tentang pendirian tanah perdikan untuk wihara pada tahun 796 Saka atau 874 Masehi.

Status : Benda Cagar Budaya
Tahun : 874
Bagian dari : Situs Cagar Budaya Kerta
Alamat : Jalan Yogya-Solo Km. 15 Balai Pelestarian Kebudayaan Wilayah X, Tamanmartani, Kalasan, Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta.
Koordinat:
7.7568391430233° S, 110.48282325268° E

SK Walikota/Bupati : SK Bupati Bantul Nomor 552 Tahun 2022


Lokasi Prasasti Wihara I Nomor Inventaris BG. 323 di Peta

Bahan Utama : Batu Andesit
Keterawatan : /
Dimensi Benda : Panjang -
Lebar 42cm
Tinggi 72cm
Tebal 30cm
Diameter -
Berat -
Ciri Fisik Benda
Ciri Fisik Benda
Fungsi Benda
Dimensi Struktur
Gambaran Umum Bentuk Bangunan
Peristiwa Sejarah : Prasasti Wihara I Nomor Inventaris BG. 323 dituliskan berdasarkan perintah Raja (rakya) Banuwwah. Raja Banuwwah adalah raja daerah yang berkuasa di Mataram Kuno pada masa pemerintahan Rakai Kayuwangi. Hal tersebut diketahui berdasarkan angka tahun yang tertulis dalam Prasasti Wihara, yakni 796 Saka, yang apabila dikonversikan ke dalam tahun masehi menjadi tahun 874 Masehi.  Rakai Kayuwangi adalah raja kedelapan Mataram Kuno. Berdasarkan Prasasti Mantyasih I/Prasasti Wanua Tengah III (908 Masehi) Rakai Kayuwangi berkuasa pada tahun 855-880 Masehi.  Prasasti Wihara I berisi tentang pendirian tanah perdikan untuk kepentingan wihara. Lokasi wihara yang dimaksudkan di dalam prasasti belum dapat diketahui sebab lokasi wihara dan tanah perdikannya tidak selalu sama. Meskipun demikian lokasi tanah perdikan dan wihara diyakini berdekatan untuk mempermudah operasional wihara dalam melangsungkan persembahyangan harian, bulanan, biannual (dua kali setahun), maupun tahunan. Prasasti Wihara I Nomor Inventaris BG. 323 ditemukan pada tahun 1979. Lokasi temuan hanya disebutkan di Kapanewon Pleret, Bantul.  Prasasti Wihara I tercatat sebagai koleksi BPCB DIY dengan nomor inventaris BG. 323 pada 2 Mei 1979. 
Nilai Sejarah : Memberikan informasi mengenai sistem birokrasi dan tata guna lahan pada tahun 874 Masehi yakni ketika Mataram Kuno berada di bawah pemerintahan Rakai Kayuwangi (855-885 Masehi).
Nilai Ilmu Pengetahuan : Mempunyai potensi untuk diteliti dalam rangka menjawab masalah di bidang ilmu arkeologi (epigrafi), sejarah, antropologi, sosiologi, politik, dan linguistik. 
Nilai Agama : Merupakan bukti bahwa di wilayah Pleret telah ada masyarakat penganut agama Hindu dan institusi keagamaan berupa wihara yang didukung oleh raja setempat dalam bentuk pemberian tanah perdikan.
Nilai Budaya : Dapat diketahui bahwa masyarakat Jawa Kuno pada abad ke-9 sudah memiliki sistem pertanggalan tersendiri serta mengenal budaya literasi yang kemudian diwujudkan dalam penulisan prasasti. Memiliki nilai budaya bagi penguatan kepribadian bangsa, yang berupa karya unggul yang mencerminkan puncak pencapaian budaya dan benda yang mencerminkan jati diri suatu bangsa, daerah, dan komunitas tertentu, yakni masyarakat penganut agama Hindu di wilayah Pleret, Bantul pada abad ke-9.
Pemilik
Nama Pemilik Terakhir : Pemerintah Republik Indonesia
Pengelolaan
Nama Pengelola : Balai Pelestarian Cagar Budaya Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.
Catatan Khusus : Ukuran:Lebar : 42cmTebal : 30cmTinggi Keseluruhan : 72cmKondisi batu utuh dan terawat, secara keseluruhan aksaranya masih dalam keadaan baik dan dapat terbaca.