Loading

Deskripsi Singkat

Situs Kota Baru Timur merupakan salah satu bagian dari permukiman untuk penduduk kota yang berasal dari golongan Eropa-Belanda pada masa pemerintahan kolonial Hindia-Belanda dengan konsep garden city, yang terdiri atas bangunan bergaya arsitektur Indis. Permukiman di lokasi ini dilengkapi fasilitas transportasi, kesehatan, pendidikan, keagamaan, militer, dan ruang terbuka hijau.  

Kantong permukiman di Kota Baru memiliki tata ruang radial konsentris dengan ditandai jalan raya (bulevar) sebagai poros jaringan jalan menuju ruang terbuka. Mataram Boulevard (saat ini bernama Jalan Suroto) yang berpangkal dari suatu lapangan terbuka  (saat ini Stadion  Kridosono) lurus ke arah utara, jalan ini menjadi pembatas wilayah barat dan timur di kawasan Kota Baru. Pembedaan ini terlihat pada penamaan kelompok jalan dalam peta kawasan yang terdapat pada Peta Kota Yogyakarta tahun 1925 skala 1:10.000. Tercantum di sebelah timur Mataram Boulevard penamaan  jalannya  menggunakan nama-nama sungai (Serayu, Opak, Progo, Bedok, dan Oya).  Situs ini dirancang sebagai permukiman di dalam  kota  Yogyakarta  dengan  mempertimbangkan keberadaan Rum.ah Sakit Zending Ziekenhuis Petronella (RS. Bethesda) yang berdiri sejak tahun 1899. Pemilihan lokasi  ini pula mempertimbangkan keberadaan fasilitas sistem transportasi berupa stasiun Lempuyangan yang berdiri sejak tahun 1872. Kota Baru bagian timur didominasi dengan bangunan-bangunan fasilitas publik dan berkaitan dengan keberadaan Stasiun Lempuyangan  sebagai  simpul  transportasi kereta api di Yogyakarta pada saat itu.  Situs ini mengandung Bangunan Cagar Budaya sebagai berikut:  

1. Stasiun Lempuyangan

2. Rumah Sakit Bethesda

3. Asrama Kompi Kotabaru

4. SMPN 5 Yogyakarta

5. Rumah Sakit Tingkat III dr. R. Soetarto

6. SMA BOPKRI I Yogyakarta

7. Rumah Tinggal Jl. Suhartono Nomor 2

8. Klinik Pratama Detasemen Kesehatan Wilayah 04.04.02

9. Rumah Dinas Komandan Resimen 072/Pamungkas

10. Rumah Tinggal Jl. dr. W ahidin Sudirohusodo Nomor3

11. Bangunan Jl. Juadi Nomor 3

12. Bangunan Jl. Umum Kalipan Nomor 3

13. Bangunan Jl. Umum Kalipan Nomor 5

Status : Situs Cagar Budaya
Periodesasi : Kolonial (Belanda/Cina)
Tahun : 1917
Alamat :

SK Gubernur : SK Gubernur No 63/KEP/2023


Dimensi Benda : Panjang
Lebar
Tinggi
Tebal
Diameter
Berat
Ciri Fisik Benda
Ciri Fisik Benda
Fungsi Benda
Dimensi Struktur
Gambaran Umum Bentuk Bangunan
Peristiwa Sejarah : Belum diperoleh data sejarah yang secara pasti kapan dan bagaimana kawasan Kota Baru dibangun. Terdapat informasi berupa keterangan mengenai usulan perolehan suatu bidang lahan untuk pembangunan kawasan pemukiman oleh Residen Yogyakarta (P.W. Jonquiere) kepada Sultan Hamengku Buwono VII. Pelaksanaan penggunaan hak pakai lahan ini diatur pada dokumen Rijksblad van Sultanaat Djogjakarta No. 12  tahun  1917, pelaksana pekerjaan  pembangunan pemukiman baru ini dilakukan oleh Departement van Sultanaat Werken yang diketuai oleh Ir. L.V.R. Beekveld. Dokumen tersebut diasumsikan sebagai penanda waktu dibangunnya kawasan Kota Baru, meskipun dalam dokumen sama sekali tidak tercantum lokasi yang dimaksud. Kemungkinan dokumen  tersebut merupakan izin prinsip untuk pembangunan kawasan, karena di dalamnya memuat secara detil aturan mengenai pembayaran pajak oleh pihak-pihak terkait. Meskipun kapan awal pembangunan kawasan  Kota Baru masih belum dapat dipastikan, proyek pengembangan pemukiman Kota Baru ini diakhiri pada awal tahun 1936. Hal ini ditandai dengan  diterbitkannya Peta Kawasan  Gondokusuman oleh kantor Agrarische Zaken  pada bulan Maret 1936. Sementara kawasan Sagan dan Boulevard dr. Yap pada waktu itu masih dalam tahap pengembangan.   Dalam pertempuran merebut tangsi di Mase Butai Kota Baru tersebut, gugur 21 orang dari pejuang Indonesia yang kemudian nama-namanya diabadikan menjadi nama jalan-jalan di kawasan ini yaitu: Kedok Weg menjadi JI. Juhar Nurhadi, Progo Weg menjadi JI. Suhartono, Opak Weg menjadi JI. Hadi Darsono, Hospitaaal Weg menjadi JI. Juwadi, Petronella Weg menjadi JI.  Trimo, Karanggajam menjadi JI. Trimo, Oja Weg  menjadi Jl. Dr. Wahidin Sudiro Husodo, dan  Spoor Laan menjadi JI. Atmosukarto. Begitu juga dengan penggantian nama-nama jalan di sebelah barat dalam kawasan ini: Mataram Boulevard  menjadi Jl. Suroto, Soembing Laan menjadi Jl. Sabirin, Sindoro Laan menjadi JI. Supadi, Wilis Laan menjadi JI. Sajiono, Kroonprins Laan  menjadi JI. Faridan M. Noto, Merapi Laan  menjadi Jl. Sunaryo, Merbaboe Laan menjadi Jl.  Pattimura, Oengaran Laan menjadi Jl. Taruna Ramli, Tjode Weg menjadi JI. Ahmad Jazuli,  Janquiere Boulevard menjadi JI. Abu Bakar Ali,  dan Sport Boulevard-Sport Laan menjadi JI. Yos Sudarso. Lokasi Kota Baru Timur menjadi tempat peristiwa Pertempuran Kota Baru pada tanggal  6-7 Oktober 1945 yang menandai menyerahnya pemerintahan pendudukan militer Jepang di Yogyakarta. Hal ini berarti mulai pada saat itu, Yogyakarta secara utuh mutlak berada dalam kekuasaan Negara Republik  Indonesia.  Pertempuran ini menjadi peristiwa pertama yang mengawali periode perang kemerdekaan selama beberapa tahun kemudian.
Nilai Budaya : Lokasi Kota Baru Timur mewakili bukti evolusi peradaban bangsa dan pertukaran budaya lintas wilayah kabupaten/kota serta menjadi lokasi peristiwa bersejarah pada periode perang mempertahankan kemerdekaan RI (Peristiwa Pertempuran Kota Baru). 
Pemilik
Nama Pemilik Terakhir : Pemerintah DIY, Pemerintah Kota Yogyakarta, Lembaga Swasta, dan Perora
Pengelolaan