 
    
| Dimensi Benda | : | Panjang Lebar Tinggi Tebal Diameter Berat | 
| Peristiwa Sejarah | : | Situs Cagar Budaya Tamansari Kraton Yogyakarta dibangun pada tahun 1758 ditandai oleh kronogram candra sengkala memet: Catur Naga Rasa Tunggal (Empat Naga Satu Rasa) yang berarti tahun Jawa 1684. Sengkalan ini terdapat pada permukaan di dinding Gapura Panggung. Bagian-bagian penting bangunan di Tamansari diselesaikan pada tahun 1765 yang ditandai dengan candra sengkala: Lajering Sekar Sinesep Peksi (Kuntum Bunga Dihisap Burung) atau tahun Jawa 1691. Sengkalan ini terdapat di permukaan dinding Gapura Agung dan Gapura Panggung. Tamansari didirikan di atas sebuah mata air yang dikenal dengan nama Umbul Pacethokan pada masa pemerintahan Sri Sultan Hamengku Buwana I (1755–1792) (Noviandri dan Sambono, 2008:12). Kompleks pertamanan ini merupakan bangunan pesanggrahan untuk Sri Sultan, keluarga, dan kerabat beliau. Keberadaannya sekaligus sebagai komponen utama dalam kelengkapan keraton yang berada dalam benteng Kraton Yogyakarta. Pembangunan Tamansari disempurnakan pada masa pemerintahan Sri Sultan Hamengku Buwana II. Tamansari yang sering menjadi tempat peristirahatan dan rekreasi sultan dan keluarga kerajaan lainnya, dirancang sedemikian rupa agar Sultan dan keluarga kerajaan terlindungi dari bahaya jika terjadi serangan musuh yang tidak terduga. Terdapat pos tentara yang dibangun di beberapa titik sekitar Tamansari serta lorong bawah air yang memberikan akses langsung ke kraton (Bataviaasch nieuwsblad, 18 Juli 1938). Namun, seiring berjalannya waktu, terlebih ketika terjadi gempa bumi di Yogyakarta pada 10 Juni 1867, akses langsung menuju kraton menjadi hancur. Gempa bumi juga berakibat pada hilangnya air segaran serta kerusakan parah pada bangunan-bangunan dan beberapa bagian di Tamansari hingga akhirnya secara resmi Tamansari tidak digunakan oleh Sultan dan keluarganya sebagai tempat peristirahatan dan rekreasi (Noviandri dan Sambono, 2008:12). Pihak Kraton akhirnya mengizinkan para abdi dalem untuk tinggal di atas reruntuhan bangunan Tamansari. Kemegahan Tamansari terkenal hingga keluar wilayah kesultanan sehingga banyak turis yang berkunjung meskipun Tamansari hanya tinggal reruntuhan dan sudah tidak digunakan lagi oleh keluarga kesultanan. Kerusakan bangunan yang signifikan membuat Residen Yogyakarta memutuskan untuk menutup Tamansari bagi umum (Het Nieuws van den dag voor Nederlandsche-Indië, 1 November 1935). Kemudian pada tahun 1935 Residen Yogyakarta menyampaikan usulan kepada gubernur untuk melakukan pemugaran Tamansari (Het Nieuws van den dag voor Nederlandsche-Indië, 1 November 1935). Pemerintah kemudian meminta usulan dari Oudheidkundigen Dienst atau Dinas Kepurbakalaan untuk melakukan pemugaran. Setelah mendapatkan izin, Dinas Kepurbakalaan membujuk pihak kesultanan untuk secara bertahap melakukan restorasi terhadap Tamansari dengan gaya arsitektur yang tetap sama. Setelah berhasil membujuk kesultanan, pemerintah kolonial menganggarkan sebanyak f 8.200 untuk pemugaran Tamansari khususnya pada bagian gapura (De locomotief, 11 Juni 1938). Penggunaan anggaran tersebut dilakukan secara bertahap, yang dimulai dengan f 300 (Bataviaasch nieuwsblad, 18 Juli 1938). Pemugaran berikutnya berlangsung di era Republik Indonesia pada tahun 1977, 1995, dan 2002. Peristiwa gempa bumi Yogyakarta pada tahun 27 Mei 2006 kembali menimbulkan kerusakan pada beberapa bangunan yang sedang mengalami proses pemugaran sehingga dilakukan rehabilitasi dan perkuatan ulang. | 
| Riwayat Pemugaran | : | a. 1935: Restorasi oleh Kraton Kasultanan Yogyakarta b. 1997, 1995, 2002: Pemugaran dan revitalisasi. c. 2000: Penyusunan Rencana Kegiatan Operasional Proyek Pembinaan Sejarah dan Kepurbakalaan D.I. Yogyakarta Tahun Anggaran 2000 (Tamansari). d. 2001: Laporan Penggalian Penyelamatan Gerbang Umbulsari Situs Tamansari. e. 2005: Ekskavasi Penyelamatan dan Pendokumentasian BCB Pulo Panembung di KCB Kraton. f. 2006: Ekskavasi Penyelamatan dan Pendokumentasian Benda Cagar Budaya Gedong Garjitowati di Kompleks Tamansari KCB Kraton. g. 2006: Ekskavasi Penyelamatan dan Pendokumentasian Benda Cagar Budaya Pasiraman Dalem Umbulsari di Kompleks Tamansari KCB Kraton. h. 2007: Studi Teknis Tamansari Pasca Gempa | 
| Nilai Budaya | : | Lokasi Tamansari Kraton Yogyakarta merupakan bukti peradaban Kraton Yogyakarta yang dibangun dengan konsep adiluhung dan kecanggihan teknologi. | 
| Nama Pemilik Terakhir | : | Karaton Ngayogyakarta Hadiningrat | 
| Nama Pengelola | : | Karaton Ngayogyakarta Hadiningrat | 
| Catatan Khusus | : | Koordinat SK : 7°48'36,29" LS - 110°21'33,38" BT |