Loading

Tugu Jumenengan Hamengkubuwono IX di Kapanewon Tepus

Status : Benda Cagar Budaya

Deskripsi Singkat

Tugu Jumenengan HB IX di Kapanewon Tepus berada di depan Kantor Penewu Tepus atau berada di tepi jalan Raya Wonosari – Pantai Krakal Km 18. Lokasi tugu Jumenengan berada sejauh 17,8 Km dari Kota Wonosari ke arah selatan atau ditempuh selama kurang lebih 20 menit perjalanan menggunakan mobil. Tugu tersebut berada di dalam halaman Kantor Kapanewon tepatnya di sisi sebelah barat halaman. Benda tersebut saat ini menjadi monumen peringatan yang menghiasi ruang halaman Kantor Kapanewon Tepus dan bentuknya yang unik menjadi daya tarik perhatian bagi pengunjung yang datang ke tempat tersebut. 

Bentuk Tugu Jumenengan HB IX di Kapanewon Tepus berupa bangunan tugu yang dibuat dari bahan semen setinggi 320 cm dengan bentuk penampang segi sembilan pada bagian kaki dan tubuh. Pada bagian atas berbentuk kerucut. Warna tugu di cat dengan warna dasar putih, sementara pada bagian puncak dan prasasti di cat warna kuning emas. Makna filosofi yang terkandung dari bentuk tersebut, diduga berkaitan dengan angka IX yang memiliki kesesuaian dengan Sri Sultan HB IX. Susunan bentuk tugu terdiri dari bagian bawah atau kaki, bagian badan atau tengah, dan bagian atas. Penampang segi delapan pada sisi bawah berukuran tinggi 60 cm dan lebar 63 cm. Ukuran garis tengah pada bagian bawah adalah 180 cm. Pada masing masing bidang terdapat hiasan dengan pola geometri berupa tonjolan yang terbuat dari bahan semen. Di antara bagian bawah dan tengah terdapat bentuk tingkatan menyerupai anak tangga dengan jumlah tiga tingkat. Pada bidang tengah atau badan berukuran tinggi 80 cm. Pada salah satu sisi bidang (bagian timur) terdapat sebuah prasasti yang terbuat dari logam dengan tulisan huruf Jawa dan latin. Prasasti tersebut berbentuk semacam perisai, dengan pola hias lambang keraton HB IX. Pada bagian paling atas berbentuk kerucut dengan warna kuning. Kerucut memiliki ukuran tinggi 74 cm. Diantara badan dan kerucut dibuat dengan model bertingkat menyerupai anak tangga berjumlah 3 tingkat. Denagn demikian secara keseluruhan tinggi Tugu Jumenengan HB IX Kapanewon Tepus adalah 320 cm.  

Prasasti yang terdapat pada bagian badan Tugu Jumenengan HB IX, jika dialihaksarakan ke dalam huruf latin, akan terbaca sebagai berikut : 

Senen Pon 
Pengetan 
Jumenengan Dalem 
Sampeyan dalem 
Ingkang Sinuwun Kangjeng 
Sultan Hamengku 
Buwana Kaping IX 
Galungan 
8 Sapar, Dal 1871 
18 Maret 1940 
Wedharing Wacana Mulya  (Tersiarnya berita bahagia) 

Prasasti tersebut terbuat dengan bahan logam dan dipasang di salah satu sisi tubuh tugu (pada bagian timur) dengan cara dipaku.  

Status : Benda Cagar Budaya
Alamat : Bintaos RT 02/RW 02, Sidoharjo, Tepus, Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta.
Koordinat:
8.091386° S, 110.627363° E

SK Walikota/Bupati : KepBup Nomor 290/KPTS/2021


Lokasi Tugu Jumenengan Hamengkubuwono IX di Kapanewon Tepus di Peta

Keterawatan : /
Dimensi Benda : Panjang -
Lebar 180
Tinggi 320
Tebal -
Diameter -
Berat -
Ciri Fisik Benda
Warna : Putih kuning
Ciri Fisik Benda
Warna : Putih kuning
Fungsi Benda
Dimensi Struktur
Gambaran Umum Bentuk Bangunan
Peristiwa Sejarah : A. Sejarah Tugu Sebagai Monumen Monumen dalam KBBI memiliki arti sebagai tugu peringatan. Tugu adalah sebuah bangunan berbentuk tiang besar dan tinggi dibuat dengan batu. Tugu dibuat sebagai tanda peringatan (kenang-kenangan). Kata tugu dapat disamakan dengan arti monumen atau monument dalam bahasa Inggris yaitu menurut kamus The New Oxford Illustrated Dictionary : tugu adalah benda yang dibuat untuk masa depan (diharapkan berusia lama) yang dibuat  atau didirikan untuk mengenang seseorang, kegiatan, atau suatu kejadian tertentu. Dengan demikian, dari dua arti tersebut di atas tugu sebagai monumen merupakan sebuah hasil pekerjaan atau hasil karya yang benilai kekal. Tugu mengandung makna sebagai benda buatan manusia di suatu lokasi alamiah yang dilestarikan oleh karena keindahan atau arti sejarahnya. Tugu dalam arti monumen adalah suatu peringatan, atau suatu memorial yang biasa berbentuk bangunan, menara, tiang, patung, dan sebagainya yang didirikan guna memperingati suatu kejadian besar dan penting, dalam sejarah atau “menghidupkan” serta memelihara peringatan kepada perorangan seperti tokoh sejarah maupun seorang raja penguasa. Tugu sebagai monumen diciptakan untuk memperingati peristiwa tertentu,  dan perlu  dilestarikan karena unsur sejarah yang terkandung di dalamnya. Oleh sebab itu tugu didirikan di tempat-tempat strategis yang bisa disaksikan oleh masyarakat banyak. Tugu tersebut umunya berbentuk bangunan, menara, tiang, patung dan sebagainya yang didirikan guna memperingati suatu kejadian besar dan penting, dalam sejarah atau “menghidupkan” serta memelihara peringatan kepada seorang tokoh yang diagungkan.  Kegiatan mendirikan tugu dan monumen peringatan masih terus berlangsung hingga saat ini. Tugu sebagai monumen peringatan yang didirikan untuk menghomati seorang tokoh yang berkuasa, sangat lazim dilakukan oleh sebagai masyarakat yang merasa menjadi bagian (ngawulo) dari sebuah negara atau kerajaan. Sebagai peringatan atas berkuasanya seorang raja, tugu peringatan di cantumkan beberapa pesan yang tersirat melalui bentuk dan tulisan. Bentuk tugu yang didirikan bisa meniru bentuk yang sedang berkembang pada masa tersebut. Sementara tulisan diwujudkan ke dalam bentuk sebuah Candra Sengkala. Untuk melegitimasi keberadaan tokoh sejarah yang dihormati maka pada bangunan tugu ditambahkan bentuk simbol-simbol kerajaan atau penguasa tersebut. Dengan demikan, sebuah tugu peringatan diharapkan akan menjadi sebuah bangunan yang selalu diingat dan dilestarikan oleh sekelompok masyarakat yang menjadi bagian dari kesatuan kehidupan yang lebih besar, yaitu sebuah negara atau kerajaan. Pada masa yang akan datang tugu menjadi sebuah artefak sejarah yang mengandung peristiwa penting yang terjadi pada suatu masyarakat. B. Sejarah Tugu Jumenegan HB IX Kapanewon Tepus Berdasarkan wawancara dengan narasumber yang bernama Wongsorejo (92 tahun), disebutkan bahwa Tugu Jemenengan HB IX merupakan tugu yang didirikan pada zaman Belanda. Menurut penjelasan Wongsorejo, Tugu tersebut dibuat sesaat setelah berdirinya bangunan kantor Asisten Tepus (yang saat itu dipimpin oleh seorang Wedono). Pada waktu itu tugu bentuknya tinggi, tidak seperti saat ini, lanjut Wongsorejo. Berdasarkan kesaksian Wongsorejo, Tugu Jumenengan HB IX pernah rusak pada tahun 1948 dalam peristiwa Clash ke-2 Belanda. Pada waktu itu, dengan alasan supaya tidak digunakan oleh Belanda kantor Asisten Tepus dibakar oleh orang yang tidak diketahui (diduga tentara Republik). Pada saat itu, tugu bagian atas juga mengalami kerusakan (pecah). Wongsorejo bersaksi bahwa di tugu tersebut sejak dahulu sudah terdapat tulisan huruf Jawanya (prasasti). Meski demikian, dulu tugu tersebut tidak diberi cat, namun hanya warna abu-abu atau warna semen. Wongsorejo meyakini bahwa tidak ada perubahan bentuk tugu dari dahulu hingga saat ini.  Berdasarkan penjelasan dari Pemerintah Kalurahan Sidoharjo, sebelum berdirinya Kapanewon Tepus, semula berdiri Kantor Perwakilan Distrik yang beralamat di Kalurahan Tepus, Kapanewon Tepus, yang dipimpin oleh Asisten Distrik. Lokasi Kantor tersebut berada di tempat yang dianggap kurang strategis, karena tidak berada di tengah wilayah. Dalam perkembangannya terjadi musyawarah antara Asisten Distrik dengan semua lurah yang berada di Kapanewon Tepus. Musyawarah tersebut membahas keinginan masyarakat untuk memindahkan pusat pemerintahan agar berada di tempat yang lebih strategi atau berada di tengah-tengah wilayah. Akhirnya terjadi sebuah mufakat, yang memutuskan Kantor Perwakilan yang semula di Kalurahan Tepus, Kapanewon Tepus, dipindah ke Padukuhan Bintaos, Kalurahan Sidoharjo, Kapanewon Tepus. Setelah berdiri bangunan Kantor Kapanewon, asisten melaporkan kepada Ngarso Dalem Sri Sultan Hamengkubuwono ke IX untuk meresmikan Kantor Kapanewon Tersebut. Selang sekitar 1 (satu) bulan, dibangunlah Prasasti tanda berdirinya Kapanewon Tepus, oleh Ngarso Dalem Sri Sultan Hamengkubuwono ke IX pada tanggal 18 Maret 1940. Tugu didirikan sebagai wujud syukur karena Sultan memberi ijin perpindahan lokasi Pusat Kapanewon ke Bintaos, lalu ketika sudah pindah, tugu didirikan bersamaan dengan jumenengan HB IX.  
Riwayat Rehabilitasi : Rehabilitasi yang terjadi pada Tugu Jumenengan HB IX terjadi pada tahun 2012. Menurut penjelasan Ramelan Suseno (Lurah Sidoharjo periode 2004 – 2012), pasca gempa DIY 27 Mei 2006, Tugu Jumenengan HB IX Kapanewon Tepus mengalami kerusakan berupa retak dan pecah di beberapa tempat. Pada tahun 2012, Kantor Kapanewon Tepus mengadakan perbaikan pada tugu tersebut. Dalam kegiatan tersebut juga dilakukan pengurukan tanah disekitar Kantor Kapanewon dan perbaikan permukaan lantai disekitar tugu dengan pemasangan blok batu andesit.
Nilai Sejarah : Tugu Jumenengan HB IX di Kapanewon Tepus menjadi bagian dari sejarah pemerintahan Kapanewon Tepus yang terjadi pada periode sebelum Kemerdekaan.
Nilai Budaya : Memiliki nilai budaya bagi masyarakat daerah Gunungkidul dalam menyambut Jumenengnya (diangkatnya) Sultan HB IX sebagai Raja. Menjadi sebuah apresiasi bagi masyarakat Tepus yang memiliki pemikiran lebih maju dengan membuat sebuah monumen untuk memperingati Jumenengan Raja. Tugu Jumenengan HB IX di Kapanewon Tepus menjadi monumen peringatan naik tahtanya Sri Sultan Hamengku Buwono HB IX dan sekaligus menjadi penanda perpindahan kantor Kapanewon Tepus yang semula berada di Kalurahan Tepus, berpindah ke Kalurahan Sidoarjo. Tugu Jumenengan menjadi artefak sejarah peristiwa dilantiknya Hamengku Buwono ke IX. Benda tersebut menjadi obyek pembelajaran bagi masyarakat yang di dalamnya terkandung makna rasa memiliki dan bangga kepada pemimpin atau raja yang berkuasa.   
Pemilik
Nama Pemilik Terakhir : Milik pemerintah
Pengelolaan
Nama Pengelola : Milik pemerintah
Catatan Khusus : Ukuran tinggi keseluruhan 320 cm Ukuran lebar diagonal keseluruhan 180 cm Ukuran Prasasti : Panjang 70 cm, lebar 45 cm Kondisi baik dan terawat