Loading

Masjid Gede Mataram Kotagede

Status : Bangunan Cagar Budaya

Deskripsi Singkat

Masjid Gede Mataram Kotagede terletak di Dusun Sayangan, Desa Jagalan, Kecamatan Banguntapan, Kabupaten Bantul, Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Masjid ini berada di dekat kompleks makam pendiri Kerajaan Mataram Islam beserta keluarganya dan pemandian Sendang Seliran.
Tahun pembangunan masjid ini belum diketahui secara pasti. Ada dugaan masjid ini dibangun pada masa pemerintahan Sultan Agung (1613 – 1645 M). Pada tahun 1919 M masjid ini terbakar, kemudian selesai di perbaiki pada tahun 1923 M.
Masjid ini dibangun dengan gaya arsitektur tradisional Jawa. Bagian atap masjid memakai model tajug bersusun tiga pada ruang utama dan limasan pada serambi. Bagian kemuncak atap model tajug dilengkapi mustoko yang terbuat dari tembaga. Beberapa komponen penyusun atap seperti usuk dan reng disusun ngruji payung dengan penutup atap berupa sirap. Dinding masjid terbuat dari susunan balok-balok batu putih tanpa spesi yang diplester. Lantai masjid saat ini sudah dipasangi keramik.
Seperti masjid-masjid kuno di Jawa, masjid ini memiliki ruang utama, serambi, pawestren (tempat ibadah bagi jamaah perempuan), tempat wudlu, dan kolam kecil. Ruang utama masjid berdenah bujur sangkar. Di dalam ruang utama terdapat mihrab (tempat pengimaman), mimbar (tempat khotib berkutbah), dan empat tiang sokoguru yang menopang atap model tajug. Bagian kaki mimbar terdapat ornamen berbentuk sepasang binatang yang distilir. Selain itu, ruang utama juga dilengkapi dengan beberapa jendela dan pintu dengan kusen yang terbuat dari kayu. Di sisi selatan ruang utama terdapat pawestren, sedangkan di sisi utara ruang utama terdapat tempat wudlu.
Serambi berada di sisi timur ruang utama dan berdenah persegi panjang. Di dalam serambi terdapat tiang-tiang penopang atap limasan, bedug, dan kentongan. Di sekeliling serambi terdapat kolam kecil yang dulu pernah difungsikan sebagai tempat membasuh kaki sebelum masuk ke masjid. Namun, saat ini kolam kecil tersebut tidak difungsikan lagi seperti dulu.
Berbagai upaya renovasi pernah dilakukan untuk merawat masjid agar terjaga kelestariannya. Salah satunya berupa pemugaran pada bagian atap model tajug pada tahun 2015. pemugaran ini berupa penggantian beberapa material penyusun atap dengan yang baru dan mengganti material penutup atap dengan sirap.

Referensi
Adrisijanti-Romli, dkk (ed). 2009. Mosaik Pusaka Budaya Yogyakarta. Yogyakarta : Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala Yogyakarta.
Balai Pelestarian Cagar Budaya Yogyakarta, 2011. Penghargaan Pelestari Cagar Budaya Tahun 2011. Buletin Narasimha No. 04/IV/2011. BPCB DIY


Masjid Mataram Kotagede merupakan masjid kuno yang dibangun pada abad ke 16. Pembangunannya dimaksudkan untuk sarana pengembangan agama Islam. Keberadaan masjid kuno di tengah perkampungan ini tidak lepas dari keberadaan makam kuno Kotagede yang berada di sebelah barat masjid. Kompleks makam Kotagede merupakan kompleks makam raja-raja Mataram dan makam keluarga Paku Alaman. Kompleks makam dikelilingi oleh beberapa dinding tembok bata berspesi dan memiliki beberapa gapura atau pintu. Pintu masuk ke makam melalui gapura atau pintu masuk yang berada di sebelah Tenggara Masjid Makam Kotagede.
Masjid Makam Kotagede terdiri dari beberapa bagian:
1. Ruangan Utama/Induk
Ukuran 13,70 m x 13,70 m dengan empat buah tiang utama berbahan jati bulat diameter 29 cm dan tinggi 5,40 meter. Ruang ini memiliki enam buah pintu. Tiga buah menghubungkan ruang serambi depan (pintu asli di tengah) dua buah dengan serambi samping kanan (pintu asli di kanan atau timur) dan satu buah pintu mengubungkan dengan pawestren (pintu baru).
Ruang utama ini memiliki tujuh buah jendela krapyak kayu baru. Mihrab di dinding barat ruangan utama. Di kanan mihrab terdapat mimbar berukir . Dinding ruang utama terbuat dari tembok bata tebal 70 cm, tinggi 2,53 meter berpori campuran semen merah, kapur, dan pasir serta diplester.
Perbaikan yang telah dilakukan:
a. lantai asli berupa plester jobin telah diganti lantai teraso 30 cm x 30 cm.
b. Atap dari sirap jati diganti dengan genteng press
c. Kubah atau mustaka yang dahulu berbentuk seperti kuluk tinggi 1 meter terbuat dari tembaga diganti dengan mustaka ukuran yang lebih pendek dan kecil. Bentuk atap limasan dengan susun/tumpang dua.
Konstruksi atas bagian bawah terdiri dari susunan balok kayu jati, konstruksi atap bagian atas terdiri dari usuk jati dan reng jati.
2. Serambi depan
    Terletak di sebelah timur/depan ruang utama. Perluasan serambi ini dilakukan Keraton Surakarta pada tahun 1796 untuk menampung para jamaah yang terus bertambah. Atap serambi berbentuk limasan dan disangga oleh beberapa tiang kayu. Sebuah bedug terletak di barat daya serambi ini.
3. Emperan serambi
    Terletak di sekeliling serambi depan dan dibangun pada tahun 1856 oleh Kraton Surakarta. Emperan ini disangga oleh tiang besi. Tepi emperan terdapat pagar yang terbuat dari pasangan bata merah tebal 30 cm dan tinggi 80 cm.
4. Pawestren
Terletak di kiri ruang utama .
5. Serambi samping kanan
Serambi ini memiliki atap kampung .
6. Tempat Wudhu Pria
Terletak di utara bangunan masjid. Bangunan ini baru dan dilengkapi dengan gudang, dan toilet.
7. Tempat Wudhu Wanita
Terletak di sebelah selatan masjid. Ada dua bak wudu serta sebuah toilet.
8. Bekas kolam
Terletak di utara pagar I. Dahulu berisi air dan dalam serta digunakan untuk berwudhu, namun sekarang sudah ditutup dengan lantai plester.
9. Pagar I
Merupakan bagian keluar dari bangunan Masjid Makam Kotagede bagian depan. Pagar ini memiliki lima buah pintu masuk dan sebuah pintu utama dari sebelah timur/depan
10. Bangsal Utara dan Bangsal Selatan
Terletak di depan kanan dan kiri bangunan masjid. Bangsal ini tidak berdinding, atapnya disangga oleh empat tiang jati.
11. Tugu
      Terletak di depan bangunan masjid, dekat bangunan bangsal utara. Bangunan tugu terbuat dari pasangan bata berukuran 1,50 m x 1,50 m serta tinggi 4 m. Bagian atas terdapat ukiran kayu berbentuk makuta. Fungsi tugu adalah sebagai tetenger Sunan Paku Buwana X.
12. Pagar II
Merupakan pembatas Kompleks Masjid Makam Kotagede dengan wilayah sekitarnya. Pagar ini terbuat dari batu bata yang tidak diplester tebal 0,50 m, tinggi 2,45 m dan panjang keliling 190 m. Pagar ini memiliki gapura sebanyak 3 buah ukuran 3 m x panjang 4,50 m x tinggi 7,25 m. Gapura ini terbuat dari bata berspesi dan diplester. Dorpel gapura utara ada di selatan erbuat dari kayu jati berukir. Dorpel gapura timur diganti dengan cor beton bertulang yang bagian luarnya diplester dan dibentuk ukir-ukiran motif daun. Ketiga gapura mempunyai pintu masuk yang terbuat dari dua buah daun pintu jati berukir.

Status : Bangunan Cagar Budaya
Periodesasi : Islam
Tahun : 1589
Kawasan : Kawasan Cagar Budaya Kotagede
Alamat : Masjid Mataram RT 04/Sayangan, Jagalan, Banguntapan, Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta.
Koordinat:
7.82937° S, 110.39792° E

SK Menteri : Per.Menbudpar.No.PM25/PW.007/M
SK Walikota/Bupati : SK.Kadinas.No.78/SK-KADINAS/2014


Lokasi Masjid Gede Mataram Kotagede di Peta

Dimensi Benda : Panjang
Lebar
Tinggi
Tebal
Diameter
Berat
Ciri Fisik Benda
Ciri Fisik Benda
Fungsi Benda
Jenis Struktur : Tradisional
Dimensi Struktur
Jenis Bangunan : Tradisional
Fungsi Bangunan : Religi/Keagamaan
Komponen Pelengkap :
  1. Pintu,Diganti
  2. Ventilasi,Diganti
  3. Jendela,Diganti
  4. Kolom/Tiang,Asli
  5. Lantai,Diganti
  6. Plafon,Diganti
  7. Atap,Asli
Gambaran Umum Bentuk Bangunan
Deskripsi Konsol : Konsol kayu berbentuk segi tiga
Deskripsi Jendela : Jendela bebahan kayu dengan ventuk persegi panjang ada trails kayu dengan dua buah daun pintu kuku tarung.
Deskripsi Pintu : Pintu bebahan kayu dengan ventuk persegi panjang dengan dua buah daun pintu kuku tarung, dan ada yang satu daun pintu.
Deskripsi Atap : Bentuk atap utama joglo, dan untuk atap pada bagian lain, serambi dan teras berbentuk limasan dengan bahan penutup atap genteng metal
Deskripsi Lantai : Lantai pada dalem batu marmer, untuk teras dan serambi ubin
Deskripsi Kolom/Tiang : Semua kolom menggunakan bahan kayu, untuk dinding bata kolom bartu bata. Dengan umpak batu kali
Deskripsi Ventilasi : Ventilasi bebahan kayu dengan ventuk persegi panjang ada trails dengan penutup kaca.
Deskripsi Plafon : Pafon expos papan kayu
Jenis Ragam Hias : Banyak Ragam Gias di bangunan utama dan dinding pagar, dari tulisan kaligrafi dan ornament flora dan fauna
Fungsi Situs : Religi/Keagamaan
Fungsi : Religi/Keagamaan
Tokoh : Masjid Makam Kotagede dibangun oleh Sultan Agung, raja Mataram ke-3 pada tahun 1644 M Bangunan Masjid Gedhe Mataram erat kaitannya dengan Ki Ageng Pamanahan sebagai murid Sunan Kalijaga. Masjid Gedhe Matarm juga menjadi cikal bakal Kerajaan Mataram yang didirikan oleh Kanjeng Panembahan Senopati (anak Ki Ageng Pamanahan) sebagai raja pertama.
Peristiwa Sejarah : Kotagede merupakan bekas ibukota kerajaan Mataram Islam yang menurut Babad Tanah Jawi didirikan oleh Ki Ageng Pamanahan di atas tanah hutan Mentaok. Kotagede menjadi terkenal karena merupakan tempat makam Senopati, raja Mataram Islam pertama, beserta kerabat dan keturunannya. Dahulu Kotagede berada di bawah dua daerah pemerintahan yang masing-masing mempunyai administrasi pemerintahan sendiri yaitu Kotagede Yogyakarta dan Kotagede Surakarta. Oleh karena dimiliki oleh dua keraton tersebut, maka Kotagede dianggap sebagai tanah pusaka bagi Kasunanan Surakarta dan Yogyakarta.Ada beberapa tinggalan arkeologis di Kotagede. Namun dalam rekomendasi ini yang diajukan adalah Masjid Makam Kotagede karena masjid ini terletak di Kabupaten Bantul, sedangkan bangunan/tinggalan arkeologis lainnya berada di wilayah Kotamadya Yogyakarta.Masjid Makam Kotagede dibangun oleh Sultan Agung, raja Mataram ke-3 pada tahun 1644 M. Dalam perkembangannya, masjid ini telah mengalami penambahan bangunan beberapa kali. Penambahan pertama dilakukan oleh Keraton Surakarta pada tahun 1796 M. Bangunan yang ditambahkan adalah serambi depan, emperan serambi, pagar I, tempat wudhu pria maupun wanita. Kerajaan Mataram erat kaitannya dengan cerita Ki Ageng Pemanahan yang mengikuti sayembara sabung ayam yang kemudian dapat mengalahkan Aryo Penangsang. Hadiah yang diberikan oleh AryonPenangsang berupa hutan yang saat ini disebut sebagai Kotagede. Konon katanya, sebelum menjadi perkampungan yang ramai, Kotagede merupakan hutan mental yang belum banyak dihuni oleh masyarakat. Baru setelah diberikan kepada Ki AgengPemanahan, wilayah tersebut mulai banyak didatangi oleh masyarakat dan ketika itu pula Ki Ageng Pemanahan mengembangan agama islam diWilayah Mataram. Setelah berkembang pesat, kemudian anaknya Kanjeng Panembahan Senopati mendirikan kerajaan Mataram yang masih eksis sampai saat ini.
Konteks : Masjid Gedhe Mataram merupakan masjid pertama dan kemudian pada awal abad ke -20 dibangun Masjid Perak oleh Organisasi Muhammadiyyah.
Riwayat Rehabilitasi : Tahun 1926 - DIlakukan penambahan emperan Tahun 2002-2003 - Lantai plesteran diganti menjadi lantai marmer Tahun 2003-2004 - Mengganti genteng soka menjadi genteng logam
Nilai Sejarah : Masjid Agung Kotagede dibangun pada masa pemerintahan Panembahan Senopati yaitu pada pahun 1511 JW atau 1589 M (Babad Momana) yang merupakan bukti keberadaan ibukota kerajaan Mataram Islam yang pertama dan sebagai bukti keberadaan kerajaan Mataram Islam.
Nilai Ilmu Pengetahuan : Masjid Gede Mataram ini mampu menjadi objek kajian dari berbagai disiplin ilmu seperti, Arkeologi, Sejarah, Arsitektur maupun dari segi ilmu pariwisata
Nilai Agama : Menjadi salah satu bukti tinggalan masa islam, khususnya pada masa kerajaan Mataram Islam. Fungsi dulu hingga kini masah sama yaitu untuk tempat bersembahyang umat muslim
Nilai Budaya : Arsitektur Masjid Gede Mataram memiliki keunikan dimana adanya unsur campuran budaya Hindu, Jawa dan Islam
Nilai Ekonomi : Masjid Gede Mataram menjadi salah satu destinasi wisata di kawasan Cagar Budaya Kotagede
Pemilik
Nama Pemilik Terakhir : WB Keraton Surakarta dan Keraton Yogyakarta
Alamat Pemilik : Solo Yogyakarta
Pengelolaan
Nama Pengelola : Takmir Masjid Gedhe Mataram Bapak Warisman (Rekso Leksono) sebagai ket
Alamat Pengelola : Jalan Mataram, Dondongan, Jagalan, Banguntapan, Bantul (Kantor penguru
Nomer Kontak : 085725878963
Persepsi Masyarakat : Masjid Gedhe mataram merupakan Masjid milik keaton, akan tetapimasyarakat sekitar memiliki kewajiban untk Handar beni yaitumemakmurkan masjid. Selain itu, masyarakat juga merasa memilikiterhadap masjid. Oleh karena itu, masyarakat sekitar berusaha melakukanpelestarian dengan merawat dan memelihara masjid sebaik mungkin.Selain itu, Masjid Gedhe yang memiliki latar belakang sejarah yang panjangdan menjadi salah satu tinggalan Kerajaan Mataram menjadi daya tarikbagi wisatawan dan para pengunjung yang bertujuan untuk berziarah.Wisatawan yang berkunjung bukan hanya berasal dari Wilayah Yogyakartadan Solo melainkan dari berbagai tempat baik wisatawan domestik maupunmancanegara.Masjid Gedhe Mataram merupakan salah satu ikon pariwisata Kotagedeyang patut untuk dijaga dan dilestarikan supaya tetap eksis sampaigenerasi mendatang. Selain itu, Masjid Gedhe Mataram merupakan salahsatu tempat ibadah pertama yang menjadi bukti perkembangan agamaislam di Kotagede.
Catatan Khusus : Pengelolaan Masjid Kotagede pada awalnya dikelola oleh Abdi Dalem Solodan Yogyakarta. Namun pada tahun 1990 pengelolaan diserahkan kepadaYogyakarta khususnya tokoh-tokoh sekitar masjid oleh Gusti Doyo Kusumo. Riwayat Pemugaran : Tahun 1796, Penambahan serambi sisi timur. Tahun 1856, Penambahan Emperan dan Pawudhon serta penggantian atap sirap oleh Muhammadiyah. Tahun 1926, Pembuatan Pagar Oleh Paku Buwono X. Tahun 2002, Rehabilitasi Bangunan Utama Masjid Meliputi penggantian kayu struktur atap, jendela, pintu dan perkuatan beton dinding belakang masjid, perbaikan Pawestren. Tahun 2003, Pendirian Menara Pengeras Suara. Tahun 2007, Setelah gempa dilakukan pemugaran di bagian dinding, serambi, pawestren dan struktur kanopi oleh BPCB Yogyakarta.Dekripsi singkat : Masjid Gede Mataram Kotagede adalah salah satu masjid tertua di Yogyakarta. Dibangun oleh Sultan Agung, hingga kini masih difungsikan sebagai masjid. Keunikan masjid ini ada pada gapura depan masjid berbeda dengan masjid pada umumnya. Gapura masjid ini memiliki gaya klasik yang dipengaruhi oleh kebudayaan Hindu-Budha. Di sebelah kiri bangunan masjid, terdapat jalan masuk menuju ke makam. Komponen bangunan masih asli dengan penggantian kecil serta penambahan pada lantai dan plafon.Menerima Penghargaan Pelestari Cagar Budaya Tahun 2011