Arca Ganesha (BG 1795) merupakan arca perunggu berukuran 9,09 cm dan tinggi 11,77 cm. Arca tersebut menggambarkan sosok Ganesha yang dibentuk dalam dalam sikap kurm?sana (duduk bersila dengan telapak kaki kanan dan kiri bertemu) di atas asana tengkorak, dan mengenakan kain motif batik. Pada arca ganesa ini kedua gading tampak utuh, belalai patah pada bagian ujungnya, telapak tangan kiri belakang juga patah, dan tangan kanan belakang aus. Ganesha digambarkan memiliki empat tangan. Dua tangan di bagian belakang dan dua tangan yang lain di bagian depan. Telapak tangan kiri bagian belakang patah dan tangan kanan bagian belakang aus. Tangan kanan bagian depan patah dan tangan kiri bagian depan tampak memegang mondaka (sejenis kue berbentuk bulat). Pakaian dan perhiasan yang dipakai berupa jatamakuta (mahkota dari pilinan rambut) dengan hiasan ardha candrakapala, memakai kundala (anting-anting), keyura (kelat bahu) berbentuk bunga, h?ra (kalung), keyura, ka?kana (gelang tangan dan gelang kaki), dan udarabandha (ikat pinggang arca laki-laki).
Tahun Perolehan | : | 1991 |
Nama Penemu | : | BPCB |
Lokasi Penemuan | : | Candi Garuda, Kompleks Candi Prambanan |
Bahan Utama | : | Perunggu |
Keterawatan | : | Utuh dan Terawat,Tidak Utuh / |
Dimensi Benda | : |
Panjang - Lebar 9,09 cm Tinggi 11,77 cm Tebal - Diameter - Berat - |
Warna | : | perunggu |
Warna | : | perunggu |
Peristiwa Sejarah | : | Arca Ganesha (BG 1795) ditemukan saat penggalian oleh BPCB di Candi Garuda, Kompleks Candi Prambanan pada tahun 1991. Ganesa dalam mitologi agama Hindu dikenal sebagai anak Dewa Siwa dan Dewi Parwati, yang digambarkan berbadan manusia dan berkepala gajah. Ganesa juga dikenal sebagai dewa ilmu pengetahuan, kebijaksanaan, kesuburan dan penghancur segala rintangan. Dalam pantheon Agama Hindu, Ganesha merupakan dewa pelindung, ilmu pengetahuan, dan kebijaksanaan. Ganesha memiliki banyak sebutan, di antaranya: Vināyaka (yang memindahkan rintangan), Ganapati (pemimpin para gajah), Ekadanta (yang bertaring satu), Raktātunda (yang bertaring merah), Vakratunda (yang bertaring bengkok), dan Lambodara (yang berperut buncit). |
Konteks | : | Dalam pengarcaan Ganesha, atribut yang biasanya dibawa antara lain di tangan kanan belakang belakang membawa aksamala (tasbih), tangan kiri belakang membawa parasu (kapak perang), tangan kanan depan membawa danta (gading yang patah) dan tangan kiri depan membawa mondaka (sejenis kue). Pakaian dan perhiasan yang dipakai berupa jatamakuta (mahkota dari pilinan rambut dengan hiasan ardha candrakapala, memakai kundala (antinganting), hara (kalung), keyura (kelat bahu), gelang tangan, gelang kaki, upawita (kelat bahu) berupa ular. |
Riwayat Penemuan | : | Arca Ganesha (BG 1795) ditemukan saat penggalian oleh BPCB di Candi Garuda, Kompleks Candi Prambanan pada tahun 1991. |
Riwayat Perlindungan | : | Arca Ganesha (BG 1795) saat ini disimpan di Balai Pelestarian Cagar Budaya Yogyakarta. |
Nilai Sejarah | : | Arca Ganesha (BG 1795) menjadi bukti sejarah keberadaan praktik pemujaan Ganesha pada masa Mataram Kuno. |
Nilai Ilmu Pengetahuan | : | Arca Ganesha (BG 1795) memiliki arti khusus untuk pembelajaran ilmu pengetahuan bidang arkeologi, khususnya kajian ikonografi. Selain itu juga dapat menjadi bahan pembelajaran ilmu metalurgi. |
Nilai Agama | : | Arca Ganesha (BG 1795) memiliki wujud Dewa Ganesha yang dalam agama Hindu dikenal sebagai dewa kebijaksanaan dan kecerdasan serpelindung seni dan ilmu, |
Nilai Pendidikan | : | Arca Ganesha (BG 1795) menjadi bahan pembelajaran bagi masyarakat, terutama para pendidik dan peserta didik. |
Nilai Budaya | : | Keberadaan Arca Ganesha (BG 1795) menunjukkan adanya praktik pemujaan Ganesha. |
Nama Pemilik Terakhir | : | Balai Pelestarian Cagar Budaya Daerah Istimewa Yogyakarta (sekarang Ba |
Nama Pengelola | : | Balai Pelestarian Cagar Budaya Daerah Istimewa Yogyakarta (sekarang Ba |
Catatan Khusus | : | Arca Ganesha (BG 1795) saat ini disimpan di Balai Pelestarian Cagar Budaya Yogyakarta dan kondisinya terawat walau beberapa bagian mengalami kerusakan seperti tangan kanan dan ujung belalai yang sudah patah. |