Loading

Rumah Tradisional Djoyo Pawiro Eks Kantor Kalurahan Kowen

Status : Bangunan Cagar Budaya

Deskripsi Singkat

Bangunan Rumah Tradisional Djoyo Pawiro Eks Kalurahan Kowen RT01 di Padukuhan Kowen RT 01, Kalurahan Timbulharjo, Kapanewon Sewon, Kabupaten Bantul. Bangunan menghadap ke selatan. Bangunan terdiri dari 
beberapa bagian yakni: pendapa, longkangan, pringgitan, dalem, dan gandok kiwa.

1) Pendapa
Pendapa berukuran 8,54 m x 7,5 m dengan atap berbentuk Joglo Lawakan. Lantai pendapa diplester dengan semen. Di sisi selatan dan barat ditutup dengan gebyok anyaman bambu. Di sisi timur dan utara terdapat undakan anak tangga. Pendopo ditopang oleh empat sokoguru berukuran 15 cm x 14,5 cm x 330 cm. Sokoguru beralas umpak berukuran 20 cm x 20 cm pada bagian atas, 32 cm x 31 cm pada bagian bawah, tinggi 30 cm. Selain sokoguru terdapat 12 saka penanggap masing masing berdimensi 13 cm x 12,5 cm, tinggi 266 cm. Tiang penanggap didirikan di atas umpak berukuran 17 cm x 16 cm pada bagian atas, 22 cm x 20 cm pada bagian bawah, tinggi 19 cm. Pendapa di sebelah selatan ditutup dengan dinding gebyok dari kayu. Pada gebyok terdapat sebuah pintu yang diapit oleh dua buah jendela di kedua sisinya. Pintu berukuran 182 cm x 100 cm sedangkan daunnya berukuran 100 cm x 50 cm. Jendela berukuran 94,5 cm x 62 cm dengan daun jendela berukuran 62 cm x 40 cm. Lantai pendapa ditinggikan 29 cm. Pada sebelah timur pendapa terdapat sebuah anak tangga dengan lebar 34 cm serta tinggi 22 cm.
Di bagian atas sokoguru terdapat blandar dan pengeret, di bawahnya terdapat sunduk dan kili. Di atas blandar terdapat blandar lar-laran di bagian pamanjang dan panyelak masing-masing terdiri dari empat batang bersusun membentuk piramida terbalik. Pertemuan blandar antara bagian pamanjang dan panyelak di bagian sudut menyisakan bagian gimbal. Pada pertemuan blandar lar-laran paling atas digunakan sebagai tumpuan dudur brunjung. Emprit gantil berbentuk buah keben berada di keempat sudut blandar lar-laran paling atas, berfungsi sebagai pengunci dudur atau jurai pada masing-masing sudut atap brunjung (atap paling atas pada bangunan joglo).
Di bagian tengah pamidhangan terdapat dhadha peksiberhias ukiran flora. Bagian tengah uleng terdapat tiga blandar singup bersusun piramida. Di bagian atas ditutup dengan plafond dari papan kayu. Empyak atau kerangka atap pendapa bagian brunjung dan penanggap menggunakan usuk yang disusun model ri gereh(susunan usuk yang tegak lurus dengan blandar-pengeret, sehingga ada yang bertumpu pada dudur). Atap ditutup menggunakan genteng tanah liat jenis genteng kripik. Genteng menumpu pada reng di atas usuk. Wuwungan di atas dudur (jurai) dan di atas molo (nok) ditutup dengan wuwung seng.
Longkangan yang menghubungkan antara pendapa dengan pringgitan (utara) lebarnya 3,22 m. Sedangkan longkangan yang menghubungkan antara pendapa dengan gandhok kiwo(timur) lebarnya 3,15 cm. Longkangan sebelah utara beratap dengan seng, sedangkan longkangan sebelah timur tanpa atap. Pada sebelah barat longkangan antara pendapa dan pringgitan terdapat pintu yang terbuat dari kayu dan berdaun dua berukuran 212 cm x 127 cm. Daun pintu berukuran 205 cm x 56 cm. Pintu di antara pendapa dan gandhok terbuat dari kayu berdaun dua. Pintu berukuran 250 cm x 140 cm, daun pintu berukuran 191 cm x 63 cm, serta tebal 4 cm. 

2) Pringgitan
Pringgitan terletak di sebelah utara pendapa berukuran 8 m x 3,3 m dengan tinggi atap 4,4 m. Atap pringgitan berbentuk atap Limasan menjadi satu dengan atap bangunan dalem, penutup atap genteng kripik. Sisi selatan pringgitan terbuka sedangkan sisi timur dan barat dibatasi oleh tembok pasangan bata. Pada sebelah selatan pringgitan terdapat dua buah tiang yang masing-masing berukuran 2,5 cm x 12,5 cm serta tinggi 260 cm. Tiang didirikan di atas umpak berukuran 118,5 cm x 18 cm pada bagian atas, 27 cm x 26 cm pada bagian bawah, tinggi 24 cm. Pada dinding utara pringgitan terdapat tiga buah pintu yang terbuat dari kayu dan jendela berdaun dua. Masing-masing pintu berukuran 210 cm x 140 cm, serta daun pintu berukuran 197 cm x 59 cm serta tebal 3 cm. Pada dinding timur dan barat pringgitan terdapat masing-masing sebuah jendela yang terbuat dari kayu dan berdaun dua (kupu tarung). Jendela-jendela tersebut berukuran 147 cm x 85 cm, sedangkan daunnya berukuran 99 cm x 35 cm. Ambang jendela berukuran 8 cm x 7,5 cm.

3) Dalem
Dalem terletak di sebelah utara pringgitan. Dalem beratap Limasan Srotong dengan empyak sisi depan dan belakang. Dalem memiliki denah persegi panjang berukuran 8 m x ,44 m . Saat ini dalem telah digunakan menjadi gudang. Sekat antar senthong dibongkar dan gebyok senthong masing-masing. Di sisi belakan dalem terdapat tiga bilik sederet atau senthong. Lantai senthong memiliki ketinggian yang sama dengan keseluruhan dalem. Sisi depan deretan senthong dibatasi oleh gebyok kayu dengan ukuran lebar 2 m dan tinggi 1,9 m. Pembatas antar senthong sudah dibongkar sehingga ketiga bilik ini menyatu menjadi satu ruang yang difungsikan untuk gudang. Gebyok terbuat dari panil kayu yang diperkuat dengan rangka balok. Secara keseluruhan dicat warna abu-abu tua dengan profil tepi panil dan rangka dicat warna kuning muda. Masing-masing senthong memiliki lubang pintu. Lubang pintu tersebut ditutup dengan pintu “koboi” berdaun dua yang berukuran dua pertiga dari tinggi lubang pintu. Daun pintu ini ditutup dengan kaca bening dengan rangka kayu yang dipolitur warna coklat tua. Kemungkinan daun pintu ini ditambahkan berikutnya.
Pada tiap senthong terdapat ambang bawah atau tlundhag yang diletakkan di atas pasangan bata setinggi 30 cm. Pada bagian selatan dalem terdapat dua buah saka dari kayu dengan dimensi 13 cm x 12,5 cm, tinggi 282 cm. Saka tidak memiliki umpak. Pada dinding timur dan barat masing-masing terdapat sebuah jendela dari kayu berbentuk jeruji di dinding barat dan jendela kayu berbentuk krepyak di dinding timur. Kisi jendela terbuat dari kayu dan berjumlah enam buah.Dalem memiliki emper pada bagian utara dan selatannya. 
Emper utara lebarnya 2,18 m, sedangkan emper selatan lebarnya 2,44 m. Emper utara dengan dalem disekat dengan gebyok kayu. Gebyok memiliki tiga buah pintu yang masingmasing ditutup dengan pintu koboi. Kusen pintu berukuran 200 cm x 190 cm, daun pintu berukuran 54 cm x 40 cm. Lantai emper berupa jogan. Lantai emper utara ditinggikan 29 cm dari lantai dalem, sedangkan emper selatan lebih rendah 6 cm dari lantai dalem. Pada awalnya di sebelah timur dan barat emper terdapat masing-masing pintu dan jendela yang menyatu. Saat ini pintu di sebelah barat telah diganti dengan dinding dari pasangan bata berplester.Empyak atau kerangka atap dalem bagian gajah dan penanggap menggunakan usuk yang disusun model ri gereh (susunan usuk yang tegak lurus dengan blandar-pengeret, sehingga ada yang bertumpu pada dudur). Atap ditutup menggunakan genteng tanah liat jenis genteng kripik. Genteng menumpu pada reng di atas usuk. Wuwungan di atas dudur (jurai) dan di atas molo (nok) ditutup dengan wuwungseng. 

4) Gandok Kiwa
Gandok kiwa berupa bangunan memanjang yang terletak di sebelah timur pendapa, pringgitan, dan dalem. Gandok kiwamenggunakan atap berbentuk Kampung dengan penutup atap genteng kripik. Bagian gandok kiwa yang sejajar dengan pendapa merupakan bangunan semi terbuka yang ditutup oleh dinding pada sisi timur, selatan, dan utara sedangkan bagian barat terbuka. Bangunan tersebut berukuran 7,13 m x 5,12 m, tinggi 5,13 m.
Pada sisi barat gandhok terdapat sebuah tiang kayu dengan dimensi 12,5 cm x 12,5 cm dan tinggi 286 cm. Pada sisi dinding selatan terdapat sebuah jendela dari kayu berdaun dua. Jendela berukuran 132 cm x 82 cm dengan daun jendela berukuran 83 cm x 33 cm. di sisi dinding timur terdapat dua buah jendela dari kayu berdaun dua. Jendela tersebut berukuran 147 cm x 89 cm dengan daun jendela berukuran 107 cm x 38 cm. Di sisi dinding utara terdapat sebuah pintu dan jendela berdaun dua. Pintu berukuran 222 cm x 136 cm, daun pintu berukuran 179 cm x 59 cm. Jendela berukuran 145 cm x 81 cm, daun pintu berukuran 100 cm x 81 cm. Lantai gandhok kiwo menggunakan keramik putih berukuran 30 cm x 30 cm. Pada sebelah barat gandhok terdapat sebuah anak tangga dengan lebar 34 cm, serta tinggi 18 cm. Gandhok dikelilingi oleh dinding pasangan bata berplester. Gandhok bagian belakang di sisi dalem dikelilingi pasangan bata berplester di keempat sisinya sementara gandhok di sisi pendapa dikelilingi pasangan bata berplester dengan sisi barat terbuka.

Status : Bangunan Cagar Budaya
Tahun : 1800
Alamat : Kowen RT 01 Dukuh Kowen, Timbulharjo, Sewon, Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta.
Koordinat:
7.87486° S, 110.36105° E

SK Walikota/Bupati : SK Bupati Bantul No 393 Tahun 2023


Lokasi Rumah Tradisional Djoyo Pawiro Eks Kantor Kalurahan Kowen di Peta

Dimensi Benda : Panjang
Lebar
Tinggi
Tebal
Diameter
Berat
Ciri Fisik Benda
Ciri Fisik Benda
Fungsi Benda
Dimensi Struktur
Komponen Pelengkap :
Gambaran Umum Bentuk Bangunan
Peristiwa Sejarah : Rumah Tradisional Djoyo Pawiro Eks Kalurahan Kowen dibangun oleh Djoyo Pawira pada tahun 1800-an. Rumah diwariskan kepada anaknya yang bernama Dirjo Disastro. Dirjo Disastro membagi rumah tersebut kepada kedua anaknya yakni Tri Susilowati dan Partono. Saat ini kepemilikan rumah atas nama Dirjo Disastro. Rumah dikelola oleh Tri Susilowati dan anaknya yang bernama Rifka.Rumah Tradisional Djoyo Pawiro Eks Kalurahan Kowen pernah menjadi markas perang sebelum kemerdekaan, dapur umum, dan tempat pengungsian penduduk. Disebutkan oleh Bapak Sriwanto (63 tahun) jika dahulu di sebelah barat rumah tradisional terdapat dua makam pejuang yang mati tertembak Belanda. Saat ini kedua makam tersebut tidak dapat ditemukan lagi jejaknya.Rumah Tradisional Djoyo Pawiro Eks Kalurahan Kowen pernah menjadi kantor Kalurahan Kowen sebelum Kowen digabung dengan Kalurahan Kepek, Rendeng, Sudimoro dan nDadapan menjadi satu kalurahan. Penggabungan beberapa kelurahan ini karena maklumat Sultan pada tahun 1946.Rumah tradisional digunakan untuk upacara adat majemukan (Merti Dusun), dan saat ini masih digunakan untuk kegiatan seni budaya masyarakat setempat seperti Karawitan, Bergodo, Kethoprak, dan Gejog Lesung. Sumur di bagian depan sejak dahulu digunakan untuk Merti Dusun sedangkan sumur di bagian belakang hingga saat ini dipercaya berkhasiat untuk pengobatan warga setempat.
Nilai Sejarah : Berkaitan dengan sejarah mempertahankan kemerdekaan pada masa revolusi dan jejak penggabungan Kaluran di Kabupaten Bantul
Nilai Ilmu Pengetahuan : Mempunyai potensi untuk diteliti di bidang ilmu arkeologi, sejarah, arsitektur, dan teknik bangunan
Nilai Budaya : Sebagai bangunan yang mencerminkan jati diri suatu bangsa, kedaerahan atau komunitas tertentu, yaitu masyarakat Bantul
Pemilik
Nama Pemilik Terakhir : Djoyo Pawiro
Pengelolaan
Nama Pengelola : Djoyo Pawiro
Catatan Khusus : Koordinat UTM : 49 X: 9129134 Y: 429566