Struktur cerobong PG Randugunting dahulu merupakan bagian dari pabrik gula Randugunting. Struktur cerobong tersebut berfungsi sebagai saluran pembuangan asap tungku pemasak gula dan dibuat tinggi untuk mengurai efek asap. Struktur tersebut memiliki ketinggian 12,1 m. Pondasi struktur memiliki pondasi setinggi 2,5 m dan lebar 8,3 m x 8,3 m. Dinding memiliki ketebalan sekitar 1,6 m dan bagian dalam terdapat lubang berdiameter 4,24 m. Struktur memiliki lengkungan selebar 1,4 m dan tinggi 7,2 m. Material penyusunannya terbuat dari batu kali untuk pondasi dan bata pada bagian dinding. Material tersebut direkatkan dengan campuran semen PC, pasir dan kapur. Meskipun memiliki ukuran cukup besar, namun struktur tersebut tidak menggunakan tulang besi. Bagian dalam struktur cerobong memiliki bentuk lingkaran. Di atas struktur tersebut dahulu terdapat bagian cerobong berbentuk silinder yang lebih tinggi, namun bagian tersebut sudah dirobohkan. Struktur memiliki hiasan berupa molding di bagian atas.
Bahan Pendamping | : | Batu kali, semen PC, pasir dan kapur |
Dimensi Benda | : |
Panjang Lebar Tinggi Tebal Diameter Berat |
Bahan Utama | : | Batu Bata |
Bahan Pendamping | : | Batu kali, semen PC, pasir dan kapur |
Jenis Struktur | : | Lain-lain |
Panjang | : | 8,3 m |
Lebar | : | 8,3 m |
Tinggi | : | 12,1 m |
Jenis Bangunan | : | Lain-lain |
Konteks | : | Pabrik gula Randugunting merupakan pabrik yang mengolah tebu dari dua perkebunan milik A.E. Klaring, yakni Randoegoenting di Yogyakarta dan Tjandi Sewoe di Klaten. Sebelum menjadi perkebunan tebu, kedua perkebunan mengolah nila, tanaman penghasil pewarna pakaian. Kehadiran pewarna tekstil sintetis yang lebih murah dan mudah membuat pewarna nila kalah di pasaran sehingga Klaring beralih ke budidaya tanaman tebu. Namun karena terjadi krisis gula, maka kedua perkebunan beserta pabrik dijual pada tahun 1882. Perkebunan tersebut kemudian dibeli oleh Koloniale Bank pada tahun 1889 Pekebunan "Randugunting" yang semula dijalankan secara kekeluargaan akhirnya dikelola secara profesional dengan dibentuknya badan usaha swasta "N.V. Randoegoenting" pada tahun 1895. Total modalnya sebesar 645.000 gulden dan dua pertiganya dikuasai oleh Koloniale Bank. Pada tahun 1899, berkat tambahan modal besar dari Koloniale Bank, areal perkebunan Randugunting diperluas dengan menggabungkan perkebunan Tjandi-Sewoe sehingga perkebunan tersebut dikenal dengan nama “N.V. Suikeronderneming Randugunting-Tjandisewoe”. Akibat krisis ekonomi global pada tahun 1930an, maka PG Randugunting tidak melakukan musim tanam sejak tahun 1932. Pada tahun 1937, Pabrik Gula Randugunting ditutup dan bangunan pabrik dibongkar. |
Nilai Sejarah | : | Cerobong PG Randugunting merupakan bukti sejarah industri gula di wilayah Sleman. |
Nilai Ilmu Pengetahuan | : | Cerobong PG Randugunting merupakan hasil karya arsitektur adaptasi gaya colonial. |
Nilai Budaya | : | Keberadaan struktur PG Randugunting merupakan upaya manusia dalam mengelola kegiatan industri di masa lampau untuk mengatasi persoalan limbah dengan teknologi cerobong. |
Nama Pemilik Terakhir | : | Kasultanan Yogyakarta (Sultan Ground) |
Nama Pengelola | : | Kasultanan Yogyakarta (Sultan Ground) |
Catatan Khusus | : | Koordinat pada SK Bupati Sleman: UTM 49 M ; 443663.44 m E ; 9145014.35 m S |