Prasasti merupakan sebuah maklumat yang dituliskan atau dipahatkan pada berbagai media padat seperti batu (upala prasasti),tembaga (tamra prasasti), logam, lontar (ripta prasasti), kayu,emas dan bahan-bahan lainnya. Informasi yang terdapat di dalam prasasti dirumuskan berdasarkan kaidah-kaidah tertentu dan berisikan anugerah, mantra, sejarah dan informasi lainnya yang dikeluarkan oleh raja atau pejabat kerajaan. Keberadaan prasasti telah ada di Indonesia sejak abad ke-5 M dan menjadi keputusan yang mengikat serta memiliki kekuatan hukum yang kuat. Umumnya, setiap prasasti diresmikan dengan suatu upacara (Bakker, 1972 dan Boechari, 1977). Salah satu prasasti yang ditemukan di Kabupaten Sleman adalah Prasasti Pancabrahma (BG 779). Prasasti Pancabrahma (BG779), ditemukan ketika BP3 (Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala) Yogyakarta pada 1985 melakukan survei di Padukuhan Sumberwatu, Kalurahan Sambirejo, Kapanewon Prambanan, Kabupaten Sleman. Dalam kegiatan survei tersebut salah satu temuan mereka adalah sebuah batu berbentuk kubus di sekitaran reruntuhan Sumur Bandung (Candi Sumberwatu saat ini)(BPCB, 1985). Menurut buku Pusaka Aksara Yogyakarta, Alih
Aksara dan Alih Bahasa Prasasti Koleksi Balai Pelestarian Cagar Budaya Yogyakarta Prasasti Pancabrahma (BG 779), ditemukan oleh warga Padukuhan Sumberwatu yang bernama Saliman pada tahun 1985 (BPCB 2015). Prasasti Pancabrahma (BG 779), terbuat dari batu andesit dan diperkirakan berasal dari abad VIII-IX M. Berdasarkan hasil pengukuran BPCB Daerah Istimewa Yogyakarta Prasasti Pancabrahma (BG 779), berukuran 36,5 x 35,5 cm dan tinggi 35 cm (BPCB, 1985). Pada bagian tengah terdapat lubang berbentuk segitiga sama sisi dengan ukuran setiap sisinya 11 cm serta kedalaman lubang 10 cm (berdasarkan informasi pada ruang pamer koleksi BPCB Daerah Istimewa Yogyakarta). Bentuk segitiga yang ada di Prasasti Pancabrahma (BG 779), diduga merupakan implementasi dari konsep Yantra. Yantra pada dasarnya merupakan komposisi geometris dan memiliki berbagai variasi sesuai dengan penggunaannya pada masa tradisi tantra agama-agama India. Yantra digunakan untuk pemujaan dewa di kuil atau di rumah dan sebagai sarana dalam meditasi berdasarkan astrologi Hindu dan teks tantra (Khanna,2003). Yantra juga digunakan sebagai hiasan lantai candi, terutama karena estetika dan simetrisnya. Yantra sangat penting dalam agama Hindu, Jainisme, dan Buddha. Sebuah yantra terdiri dari bentuk geometris, gambar, dan mantra tertulis. Bentuk yang paling sering dijumpai berupa segitiga, heksagram dan lingkaran yang membentuk teratai dari 4 hingga 1.000 kelopak (Bühnemann 2003). Variasi bentuk yang ditemukan pada Prasasti Pancabrahma (BG 779) adalah bentuk segitiga. Yantra berbentuk segitiga menjadi bentuk yang paling umum digunakan pada ajaran Hindu.
Selain lubang berbentuk segitiga, pada bagian atas Prasasti Pancabrahma (BG 779), terdapat atribut yang diukir berupa,
a. Pertama adalah Gadha. Gadha merupakan senjata pemukul mirip pemukul kasti dengan duri di atasnya. Gadha adalah senjata utama Dewa Wisnu yang dinamakanKaumodaki dan juga menjadi senjata Dewa Hanoman.
b. Kedua terdapat Sara. Sara merupakan senjata berupa anak panah (Permana, 2016). Senjata ini lazim ditemukan pada Arca Durga.
c. Ketiga, Tombak (Sakti). Sakti merupakan tombak atau Lembing yang terbuat dari logam yang ujungnya runcing (Permana 2016).
d. Terakhir Roda/Cakra. Cakra berbentuk seperti roda kereta yang diberi hiasan penuh dan ada yang sederhana. Cakra menjadi atribut dari Dewa Wisnu.Pada setiap sisi Prasasti Pancabrahma (BG 779) juga terdapat katayang menggunakan akasara Jawa Kuno
Berdasarkan alih aksara oleh Rita M S, diketahui kata pada prasasti ini adalah“sa ba ta I” (BPCB 2015).
Bahan Utama | : | Batu Andesit |
Keterawatan | : | / |
Dimensi Benda | : |
Panjang 36,5cm Lebar 35,5cm Tinggi 35cm Tebal - Diameter - Berat - |
Peristiwa Sejarah | : | Sejarah Penemuan : Pada tahun 1985, BP3 menemukan Prasasti Pancabrahma (BG 779)di reruntuhan Candi Sumberwatu (Sumur Bandung).Sejarah Pelestarian : Didokumentasikan dan dipublikasikan dalam katalog Pusaka Aksara Yogyakarta, Alih Aksara dan Alih Bahasa Prasasti Koleksi Balai Pelestarian Cagar Budaya Yogyakarta pada tahun 2015. |
Nilai Sejarah | : | Prasasti Pancabrahma (BG 779), berisi tentang informasi kejadian di masa prasasti tersebut dibuat terutama mengenai penggunaan mantra yang biasanya berhubungan dengan pembangunan bangunan suci atau pemujaan terhadap dewa tertentu. |
Nilai Ilmu Pengetahuan | : | Prasasti Pancabrahma (BG 779), memiliki arti khusus untuk pembelajaran ilmu pengetahuan bidang arkeologi khususnya bidang epigrafi, bidang antropologi, bidang bahasa, dan sastra. |
Nilai Agama | : | Prasasti Pancabrahma (BG 779),memiliki hiasan yantra dan senjata para dewa dalam ajaran Hindu. |
Nilai Pendidikan | : | Prasasti Pancabrahma (BG 779),menjadi bahan pembelajaran bagi masyarakat, terutama parapendidik dan peserta didik |
Nilai Budaya | : | Prasasti Pancabrahma (BG 779),menunjukkan tentang penggunaan aksara Jawa Kuno dan penggunaan yantra untuk keperluan ritual atau spiritual tertentu (Hindu).Prasasti Pancabrahma (BG 779), menjadi bukti tentang kehidupan masyarakat beragama Hindu pada masa Mataram Kuno di wilayah Kapanewon Prambanan, Kabupaten Sleman. Selain itu Prasasti Pancabrahma (BG 779), dapat menjadi bahan pembelajaran mengenai tinggalan masa lampau untuk masyarakat, terutama para pendidik dan peserta didik. |
Nama Pemilik Terakhir | : | Balai Pelestarian Kebudayaan Wilayah X. |
Nama Pengelola | : | Balai Pelestarian Kebudayaan Wilayah X. |
Catatan Khusus | : | Prasasti Pancabrahma (BG 779), berukuran 36,5 x 35,5 cm dan tinggi 35 cm (BPCB, 1985). Pada bagian tengah terdapat lubang berbentuk segitiga sama sisi dengan ukuran setiap sisinya 11 cm serta kedalaman lubang 10 cm.Prasasti Pancabrahma (BG 779) saat ini disimpan di BPCB Daerah Istimewa Yogyakarta dengan kondisi terawat. |