Dimensi Benda | : |
Panjang Lebar Tinggi Tebal Diameter Berat |
Jenis Struktur | : | Kolonial |
Jenis Bangunan | : | Kolonial |
Fungsi Bangunan | : | Niaga |
Komponen Pelengkap | : |
|
Tata Letak Dalam Ruang Kawasan | : | Pasar Ngino merupakan bangunan yang terdiri dari deretan empat los terbuka yang sejajar utara-selatan. Tapak bangunan los berbentuk persegi panjang. |
Deskripsi Atap | : | Atap bangunan berbentuk pelana, memanjang timur-barat dengan penutup terbuat dari genting. |
Deskripsi Kolom/Tiang | : | Setiap atap los Pasar Ngino disangga oleh enam tiang di bagian tengah. Tiang-tiang ini terbuat dari besi yang disambung dengan baut dan mur. |
Fungsi Situs | : | Niaga |
Fungsi | : | Niaga |
Konteks | : | Bangunan Los Pasar Lama Ngino yang ada pada masa sekarang merupakan hasil dari program perbaikan pasar yang dilakukan pada era Sultan Hamengubuwono VIII. Menurut harian De Locomotief tanggal 2 Juli 1931, Pasar Ngino diperbaiki pada tahun 1931 bersamaan dengan perbaikan pasar-pasar yang ada di wilayah Regentschap (Kabupaten) Sleman seperti Turi, Godean, dan Kajoran. Dahulu Pasar Ngino memiliki hari pasaran Jawa yang jatuh pada Wage dan Legi. Adanya hari pasaran Jawa yang terdiri dari Wage, Legi, Pahing, Pon, dan Kliwon dimaksudkan untuk meratakan kegiatan perekonomian. Pada masa sekarang, Pasar Ngino buka setiap hari dan tidak terikat dengan hari pasaran Jawa. Sebelum direhab, bangunan Pasar Ngino masih berupa bangunan los-los yang ditopang oleh tiang kayu. Penggunaan material dari kayu ke besi dilakukan karena material kayu lebih rentan lapuk sehingga harus rutin diganti dan penggantian tersebut membutuhkan banyak biaya. Hal ini akhirnya mendorong pemerintah Kesultanan Yogyakarta untuk merehab hampir seluruh pasar di wilayahnya. Material pasar yang semula terbuat dari kayu diganti dengan besi yang lebih awet dan tidak membutuhkan banyak biaya perawatan. Selain itu, material tersebut dipilih karena lebih mudah diangkut ke lokasi pembangunan pasar yang umumnya tersebar hingga jauh pelosok. Besi-besi tersebut disusun dalam suatu modul dan sampai di lokasi tinggal dirakit satu per satu sehingga membentuk deretan los. Pekerjaan pemugaran pasar tersebut dilaksanakan oleh N.V Constructie Atelier Der Vorstenlanden Djokjakarta dan material bangunannya disediakan oleh N.V. Braat, perusahaan yang didirikan pada 1901 dan memiliki cabang di Surabaya, Yogyakarta, Sukabumi dan Tegal. Lokasi pabrik Braat cabang Yogyakarta dahulu terletak di Hotel Melia Purosani yang populer dikenal sebagai pabrik pengolahan logam Purosani. |
Nilai Sejarah | : | Pasar Ngino merupakan bukti sejarah perekonomian masyarakat desa di wilayah Kesultanan Yogyakarta pada masa kolonial dan kepedulian Kesultanan Yogyakarta terhadap upaya pemajuan ekonomi di pedesaan. Pasar Ngino juga memberikan gambaran tentang perkembangan industri logam dan perdagangan di Indonesia pada masa kolonial. |
Nilai Ilmu Pengetahuan | : | Pasar Ngino merupakan salah satu contoh ragam arsitektur pasar dari modul besi yang dapat menjadi bahan kajian ilmu arkeologi, arsitektur, teknik sipil, sosial dan ekonomi. |
Nilai Budaya | : | Pasar Ngino merupakan bukti gambaran kegiatan sosial ekonomi masyarakat pedesaan di wilayah Kesultanan Yogyakarta dan kepedulian Kesultanan Yogyakarta terhadap perekonomian masyarakat desa di wilayahnya dengan memperbaiki pasar sebagai sarana tempat bertemunya pedagang dan pembeli.Pasar Ngino menunjukkan arsitektur khusus untuk bangunan pasar pada masa kolonial dan bukti dari tradisi hari pasaran yang dikenal dalam budaya Jawa. |
Nama Pemilik Terakhir | : | Pemerintah Kalurahan Margoagung |
Nama Pengelola | : | Pemerintah Kalurahan Margoagung |
Catatan Khusus | : | Koordinat pada SK Bupati Sleman: UTM: 49 M X: 422608.34 m E Y: 9147819.83 m S Ukuran per los : Panjang: 20,40 m; Lebar: 3,73 m; Tinggi: 4,27 m |