Loading

Bangunan Rumah Tradisional Kotagede di Alun-alun KG III/723

Status : Bangunan Cagar Budaya

Deskripsi Singkat

Bangunan Rumah Tradisional Kotagede di Alun-alun KG III/723 merupakan rumah berarsitektur Jawa yang terdiri dari dalem, pringgitan, pendopo dan gandhok. Bangunan ini menghadap ke selatan.

Bangunan induk atau dalem berada di sebelah utara pendopo. Bangunan ini memiliki atap joglo dengan material penutup berupa genteng press. Ruangan paling depan berupa pringgitan dengan ukuran 8.4 x 2.66 m. Penutup lantai yang digunakan pada pringgitanberupa kombinasi tegel kunci pada bagian depan dan sisanya menggunakan plester halus.

Diantara saka-saka (tiang) pringgitan bagian atas terdapat ornamen panel kaca yang terdiri dari tiga warna; merah, putih dan hijau. Pada bagian pringgitan ini tidak terdapat ragam hias penyangga atap rumah berupa bahu dhanyang. Komponen struktur penyangga sudah mengunakan konsol berbahan besi. Pada pringgitan terdapat tiga buah pintu menuju ke dalem dan satu buah pintu menuju ke gandhoktengen. Semua pintu bertipe kupu tarung dan menggunakan panel kayu pada bagian bawah, serta panel kayu berlapis kaca pada bagian atas. Di atas pintu terdapat tebeng berbahan kaca pada sisi dalam dan penggunaan uliran besi berornamen suluran pada sisi luar.

Dalem berukuran 7,15 m x 8,4 m dan memiliki bentuk atap joglo. Di dalam dalem masih terdapat senthong kiwo, tengah dan tengen. Terdapat empat buah saka guru yang menyangga struktur atap. Pada dalem ini tidak terdapat plafon. Pada struktur tumpangsari terdapat dodo peksi yang bermotif flora dan terdapat ragam hias nanasan pada bagian tengahnya.

Senthong kiwo, tengah dan tengen menggunakan dinding batu bata. Kecuali pada senthong tengah di antara saka guru menggunakan panel kaca. Panel kaca yang digunakan berjumlah 10 buah dengan ukuran yang bervariasi. Dari 10 buah kaca tersebut 8 diantaranya memiliki ornamen suluran.

Pada senthong kiwo dan tengen terdapat pintu yang bertipe kupu tarung. Pintu menggunakan panel kayu di sisi bawah, dan panel kaca pada sisi atas. Selain itu terdapat masing-masing satu pintu dan satu jendela yang menghubungkan dalem ke gandhok tengen dan gandhok kiwo. Pintu dan jendela bertipe kupu tarung dan menggunakan panel kayu pada sisi bawah, serta panel kayu berlapis kaca di sisi atas. Di atas pintu dan jendela terdapat tebeng yang menggunakan uliran besi berornamen suluran. Penutup lantai yang digunakan pada dalem berupa plester halus. Sedangkan pada senthong tengah sudah menggunakan keramik warna putih berukuran 30 x 30 cm.

Bangunan ini dilengkapi dengan gandhok tengen dan gandhok kiwo. Gandhok tengen berukuran 6.2 m x 9.9 m. Sedangkan gandhok kiwoberukuran 4.1 m x 9.9 m. Bentuk atap kedua gandhok ini berupa atap kampung. Plafon yang digunakan pada gandhok tengen berupa plafon besi berornamen flora.

Pintu bagian depan yang digunakan pada gandhok tengen dan kiwo bertipe kupu tarung. Pintu berbentuk panel kayu pada bagian bawah dan panel kayu bermotif menyerupai krepyak pada bagian atasnya. Terdapat dua jendela pada bagian depan gandhok tengen. Kedua jendela tersebut bertipe kupu tarung dengan bentuk panel kayu dilapisi motif krepyak pada sisi luar. Sedangkan pada sisi dalam gandhok, jendela menggunakan panel kaca. Jendela sisi barat gandhok juga bertipe kupu tarung. 

Bentuk daun jendela sangat unik, berupa daun jendela rangkap. Dengan satu bagian berpanel papan kayu yang bisa dibuka, dan bagian lain menggunakan dua panel kaca (atas dan bawah). Sedangkan pada sisi luar gandhok menggunakan jeruji besi. Di atas pintu dan jendela bagian luar terdapat profil berupa pelipit atau lis berbentuk lengkung. Tetapi pada bagian luar sisi barat terdapat hiasan yang berbeda berupa hiasan segi empat di sekeliling kusen.

Penutup lantai yang digunakan pada gandhok menggunakan tegel abu-abu berukuran 30x30 cm. Pada sisi utara bangunan utama terdapat satu buah ruang yang berada persis di utara gandhok tengen. Sedangkan pada utara bangunan dalem dan gandhok kiwo terdapat teras yang berbentuk leter L.

Pada sisi selatan bangunan dalem terdapat pendopo yang berukuran 8.4 x 7.3 m. Pendopo memiliki bentuk atap joglo yang ditopang oleh empat buah saka guru dan 12 tiang penyangga lain. Stuktur tumpangsari pada pendopo dilengkapi dengan dodo peksi yang bermotif flora lengkap dengan nanasan pada bagian tengah. Penutup lantai pada pendopo menggunakan plester halus.

Di sebelah barat pendopo terdapat bangunan berukuran 7,2 x 3,6 m. Bangunan ini beratap kampung ini hanya memiliki tembok di sisi barat dan selatan saja. Plafon yang digunakan juga sama seperti gandhok tengen, yaitu plafon plat besi. Terdapat dua buah jendela pada sisi barat. Jendela bertipe kupu tarung dengan satu bagian berpanel papan kayu yang bisa dibuka, dan bagian lain menggunakan dua panel kaca (atas dan bawah). Sedangkan pada sisi luar bangunan menggunakan jeruji besi.

Status : Bangunan Cagar Budaya
Periodesasi : Islam
Kawasan : Kawasan Cagar Budaya Kotagede
Alamat : Alun-alun KG III/723, RT 36 RW 09, Purbayan, Kotagede, Kota Yogyakarta, Daerah Istimewa Yogyakarta.
Koordinat:
7.830277° S, 110.399753° E

SK Walikota/Bupati : SK WALKOT Yogyakarta


Lokasi Bangunan Rumah Tradisional Kotagede di Alun-alun KG III/723 di Peta

Dimensi Benda : Panjang
Lebar
Tinggi
Tebal
Diameter
Berat
Ciri Fisik Benda
Ciri Fisik Benda
Fungsi Benda
Jenis Struktur : Tradisional
Dimensi Struktur
Jenis Bangunan : Tradisional
Fungsi Bangunan : Rumah/Permukiman
Komponen Pelengkap :
Gambaran Umum Bentuk Bangunan
Tata Letak Dalam Ruang Kawasan : Bangunan Rumah Tradisional Kotagede di Alun-alun KG III/723 merupakan rumah berarsitektur Jawa yang terdiri dari dalem, pringgitan, pendopo dan gandhok. Bangunan ini menghadap ke selatan. Bangunan induk atau dalem berada di sebelah utara pendopo.
Deskripsi Fasad : Berupa pringgitan dengan ukuran 8.4 x 2.66 m.
Deskripsi Konsol : Konsol berbahan besi.
Deskripsi Jendela : Pada senthong kiwo dan tengen terdapat pintu yang bertipe kupu tarung. Pintu menggunakan panel kayu di sisi bawah, dan panel kaca pada sisi atas. Selain itu terdapat masing-masing satu pintu dan satu jendela yang menghubungkan dalem ke gandhok tengen dan gandhok kiwo. Pintu dan jendela bertipe kupu tarung dan menggunakan panel kayu pada sisi bawah, serta panel kayu berlapis kaca di sisi atas.
Deskripsi Pintu : Pada pringgitan terdapat tiga buah pintu menuju ke dalem dan satu buah pintu menuju ke gandhoktengen. Semua pintu bertipe kupu tarung dan menggunakan panel kayu pada bagian bawah, serta panel kayu berlapis kaca pada bagian atas. Di atas pintu terdapat tebeng berbahan kaca pada sisi dalam dan penggunaan uliran besi berornamen suluran pada sisi luar; Pada senthong kiwo dan tengen terdapat pintu yang bertipe kupu tarung. Pintu menggunakan panel kayu di sisi bawah, dan panel kaca pada sisi atas. Selain itu terdapat masing-masing satu pintu dan satu jendela yang menghubungkan dalem ke gandhok tengen dan gandhok kiwo. Pintu dan jendela bertipe kupu tarung dan menggunakan panel kayu pada sisi bawah, serta panel kayu berlapis kaca di sisi atas.
Deskripsi Atap : Dalem memiliki bentuk atap joglo; Pendopo memiliki bentuk atap joglo yang ditopang oleh empat buah saka guru dan 12 tiang penyangga lain; Di sebelah barat pendopo terdapat bangunan berukuran 7,2 x 3,6 m. Bangunan ini beratap kampung.
Deskripsi Lantai : Penutup lantai yang digunakan pada pringgitanberupa kombinasi tegel kunci pada bagian depan dan sisanya menggunakan plester halus. Sedangkan pada senthong tengah sudah menggunakan keramik warna putih berukuran 30 x 30 cm.
Fungsi Situs : Rumah/Permukiman
Fungsi : Rumah/Permukiman
Konteks : Kotagede adalah kota kerajaan pertama di dalam sejarah Kerajaan Mataram Islam. Sebagai kota kerajaan yang muncul pada akhir abad XVI, Kotagede mempunyai berbagai komponen kota sesuai dengan kebutuhan dan zamannya. Di antaranya, di pusat kota terdapat keraton di sisi selatan, Masjid Agung di sisi barat, dan pasar di sisi utara alun-alun. Di luar pusat kota terdapat pemukiman penduduk kota, taman, pemakaman kerajaan, atau komponen lainnya. Berdasarkan toponim, lokasi Kampung Alun-alun ini dahulunya merupakan alun-alun kerajaan Mataram yang lama kelamaan berubah menjadi perkampungan. Di salah satu bagian Kampung Alun-alun terdapat deretan perumahan penduduk yang saat ini dikenal dengan nama Between Two Gates yang berarti di antara dua gerbang. Frasa Between Two Gates ini dicetuskan oleh Ir. Ra. Wondoamiseno dan Ir. Sigit Sayogya Basuki beserta tim peneliti dari Jurusan Teknik Arsitektur Universitas Gadjah Mada pada saat melakukan penelitian di Kotagede pada tahun 1986. Selain itu juga, gang tersebut oleh masyarakat juga dijuluki Gang Rukunan. Gang yang terbentuk tersebut sebetulnya merupakan tanah milik pribadi yang berupa ruang terbuka di antara dalem dan pendopo yang disebut dengan longkangan namun setelah warga bersepakat akses jalan pun dibuka sebagai sarana komunikasi bertetangga. Ketentuan yang berlaku yaitu ketika melewati Gang Rukunan, warga harus mematikan mesin dan menuntun kendaraannya. Hal ini menunjukkan bentuk kerukunan antar warga. Berdasarkan informasi dari penghuni bangunan (Joko Nugroho), bangunan-bangunan di Between Two Gates didirikan setelah perang Diponegoro (1825-1830) dan telah diwariskan kepada enam generasi. Hal ini dibuktikan dengan angka tahun di atas gerbang Gang Rukunan sebelah timur yang bertuliskan Atmosoeprobo 1840 (tahun Jawa).
Nilai Sejarah : Rumah Tradisional Kotagede di Alun-alun KG III/723 juga memiliki arti khusus bagi sejarah perkembangan arsitektur dan kawasan pasca Mataram Islam.
Nilai Ilmu Pengetahuan : Rumah Tradisional Kotagede di Alun-alun KG III/723 yang bergaya arsitektur tradisional Kotagede memiliki arti khusus ilmu pengetahuan yang berguna bagi obyek pembelajaran ilmu arsitektur dan sipil dimana bangunan rumah tradisonal Jawa Kotagede memiliki beberapa karakter yang khas.Dari sisi arsitektur bangunan ini memberikan pembelajaran dan pengetahuan mengenai tata ruang sebuah bangunan rumah tinggal khususnya masyarakat Jawa Kotagede, selain itu juga terdapat pengaruh rumah kalang pada plafon, bentuk dan ukuran pintu dan jendela yang tinggi juga ornamen pelipit atau lis bentuk lengkung di atas kusen. Selain itu pada bangunan ini juga terdapat jendela yang unik. Pengaruh gaya arsitektur kalang ini juga terdapat pada tiang dan panel kaca yang berwarna-warni. Hal ini akan memberikan khasanah keilmuan bagi generasi mendatang. Selain khasanah keilmuan arsitektur bangunan ini juga dapat memberikan informasi dan pengetahuan terutama detil-detil struktur kayu yang mendukung atap
Nilai Budaya : Rumah Tradisional Kotagede di Alun-alun KG III/723 merupakan bukti nyata hasil karya manusia, menggambarkan nilai budaya yang tinggi terkait teknologi dan seni rancang bangun bangunan tradisional.
Pemilik
Nama Pemilik Terakhir : Bpk Mulyo Harjono (Sertifikat)
Pengelolaan
Nama Pengelola : Bpk Mulyo Harjono (Sertifikat)
Catatan Khusus : Koordinat pada SK: 7°49'49.0148"S 110°23'59.1075"E49M 433825 E 9134418 N