Bangunan Rumah Tradisional Kotagede di Alun-alun KG III/771 berada dalam kompleks Gang Rukunan. Bangunan rumah ini merupakan bangunan tradisional tipe joglo yang terdiri dari bangunan induk (dalem) di sisi utara dan pendopo di sisi selatan. Bangunan ini masih mempertahankan tata ruang rumah tradisional Jawa. Di sisi utara bangunan merupakan dalem yang dilengkapi dengan sekethengdan gandhok kiwa.
Bangunan dalem ini menghadap ke selatan memiliki bentuk atap joglo berpenutup genting press yang ditopang oleh empat buah saka guru dan dinding tembok di tepi bangunan. Dalem ini berukuran 8.24 x 6.56 m. Pada bagian dalem masih terdapat senthong kiwa, senthong tengah, dan senthong tengen. Bagian sisi timur dalem terdapat gandhok kiwa yang memiliki bentuk atap kampung dan masih berpenutup genteng kripik. Pada gandhok kiwa ini juga terdapat seketheng yang sudah beradaptasi menyesuaikan fungsi bangunan.
Ruangan depan dalem biasanya merupakan pringgitan namun pada rumah ini pringgitannya tertutup gebyok. Pringgitan dalam konsep ruang rumah tradisional Jawa merupakan ruangan terbuka di antara pendopo dan dalem yang fungsinya sebagai teras. Pringgitan ini berukuran 8.24 x 2.14 m. Bagian depan dalem ditutup gebyok papankayu memiliki tiga pintu dan bagian dalamnya difungsikan sebagai ruang istirahat. Gebyok tersebut ditempatkan di antara saka-saka yang memiliki konsol penopang blandar khas Kotagede yang disebut dengan istilah bahu dhanyang.
Bagian omah dalem terdapat senthong kiwa, senthong tengah dan senthong tengen. Senthong tengah saat ini berfungsi sebagai tempat ibadah. Penutup dinding senthong tengah berupa papan gebyok dengan pintu kupu tarung di tengah sedangkan senthong tengen dan senthong kiwa ditutup dengan dinding tembok dan pintu. Penutup lantai pada bangunan omah dalem masih menggunakan plester. Sedangkan pada senthong tengah sudah menggunakan keramik. Daun pintu dan jendela berbahan kayu dan bertipe kupu tarung dan pada bagian atas pintu (tebeng) berupa pahatan kayu berornamen panahan.
Bangunan ini berada pada lahan dengan luas 600an m2. Sedangkan untuk luas bangunannya 225 m2 (bangunan induk) dan 90 m2 (Pendopo). Rumah ini mulai ditempati oleh keluarga Siswoharjono mulai tahun 1930. Pada saat itu orang tua dari Siswoharjono membeli rumah ini sekitar tahun 1930.
Daun pintu berbahan kayu dan bertipe kupu tarung. Pada bagian atas pintu/tebeng terdapat pahatan kayu berornamen panahan. Jendela dengan kusen dan jeruji kayu. Gandhok kiwa yang menempel pada omah dalem beratap kampung saat ini digunakan sebagai ruang untuk menerima tamu dan juga kamar. Bagian timur rumah terdapat pintu dan lorong (seketheng) yang menghubungkan dengan bagian belakang dalem yang terdapat pawon.
Pada sisi selatan gang rukunan terdapat pendopo yang menghadap ke uatara. Pendopo ini beratapkan joglo dengan penutup genteng press tanah liat. Bubungan menggunakan bahan baja lapis seng. Struktur pendukung atap terdiri atas empat saka guru yang menopang tumpang sari lima susun. Usuk menggunakan kayu jati berukuran 5/7 berdiri. Dudur bawah (jurai bawah) menggunakan kayu berukuran 15/10 dan dudur atas (jurai atas) berukuran 10/10. Selain saka guru juga terdapat 12 saka penanggap yang berukuran 13/13.
Kedua sisi bangunan ditutup dengan pasangan batu bata berukuran setengah batu berplester finishing cat putih. Pada sisi dinding bagian utara tersebut terdapat satu pintu dan dua jendela. Kesemua saka ditopang oleh umpak batu alam. Lantai bangunan terbuat dari bahan semen.
Pada sisi timur pendopo terdapat gandhok tengen yang sudah mengalami pembangunan kembali (renovasi). Gandhok ini berada pada bangunan gandhok lama. Gandhok ini memiliki bentuk atap kampung dan menggunakan penutup atap galvalum. Dinding bangunan terbuat dari tembok dan mempunyai satu buah pintu kayu dan jendela nako menghadap ke barat.
Pada sisi selatan pendopo terdapat sumur dan kamar mandi.Keberadaan bangunan ini sama dengan tata letak rumah tradisional jawa yang menempatkan sumur dan kamar mandi berada di sebelah pojok barat daya pendopo.