Fragmen Arca Nogobondo merupakan bagian dari Pesanggrahan Rejowinangun yang berada di sisi timur Sungai Gajah Wong (peta 1). Benda tersebut berwujud naga yang lengkap dari kepala hingga ekor berbahan campuran bata dan bligon. Dahulu terdapat dua buah Benda naga, namun saat ini tinggal satu buah. Terdapat sisa talud penguat pada lereng terbuat dari bata berspesi. Berdasarkan foto lama terlihat (foto 1) bentuk kepala naga memiliki aksesoris berupa mahkota, jamang, dan sumping. Menurut Hoop (1949:208) naga dalam kebudayaan Jawa dihubungkan dengan air. Selain itu dalam kebudayaan Jawa, ular (naga) juga menjadi simbol kesuburan/ keberkahan.
| Lokasi Penemuan | : | Rejowinangun, Kotagede, Kota Yogyakarta, DIY |
| Koordinat Penemuan | : | -7.810306; 110.394508 |
| Bahan Utama | : | Tanah |
| Bahan Pendamping | : | Bata |
| Keterawatan | : | Utuh dan Terawat,Utuh / |
| Dimensi Benda | : |
Panjang 200 cm (mengikuti lereng) Lebar 60 cm Tinggi - Tebal - Diameter - Berat - |
| Ragam Hias | : | Benda tersebut berwujud naga yang lengkap dari kepala hingga ekor |
| Ragam Hias | : | Benda tersebut berwujud naga yang lengkap dari kepala hingga ekor |
| Bahan Pendamping | : | Bata |
| Ragam Hias | : | Benda tersebut berwujud naga yang lengkap dari kepala hingga ekor |
| Tokoh | : | Sri Sultan Hamengku Buwana II |
| Konteks | : | Pesanggrahan Rejowinangun dibangun atas perintah Sri Sultan Hamengku Buwana II sebelum menjadi Raja Kasultanan Yogyakarta pada tahun 1785. Pada waktu itu kompleks ini difungsikan sebagai pesanggrahan (tempat peristirahatan) anggota keluarga kerajaan. Nama Pesanggrahan Rejowinangun adalah nama yang lebih dikenal oleh masyarakat. Dalam sejarah, pesanggrahan ini disebut dengan Pesanggrahan Rejowinangun disebut juga Jowinangun. Dalam Serat Rerenggan Kraton pesanggrahan ini disebut Jowinangun dan di dalam Babad Momana disebut Rejowinangun. Dalam Babad Suryaning Alaga, Pesanggrahan ini disebut juga sebagai Pesanggrahan Ngawatrejo. Keberadaan pesanggrahan ini dapat dilacak melalui toponimi Redjowinangoen dan Waroengbata berdasarkan peta Belanda tahun 1918 – 1919. |
| Nilai Sejarah | : | Fragmen Arca Nogobondo di Rejowinangun merupakan bagian dari pesanggrahan Rejowinangun yang dibangun pada era HB I, dibuat berdasar perintah HB II sebelum menjadi raja. Keberadaan pesanggrahan ini tercantum dalam beberapa naskah babad dan peta Belanda. |
| Nilai Ilmu Pengetahuan | : | Fragmen Arca Nogobondo di Rejowinangun merupakan objek yang berguna bagi menjawab pertanyaan pada ilmu arsitektur, arkeologi dan seni. Fragmen arca Nogobondo memiliki beberapa karakter yang khas antara lain terlihat pada pemilihan bentuk naga dan penggunaan material bahan. |
| Nilai Budaya | : | Fragmen Arca Nogobondo di Rejowinangun merupakan bukti nyata hasil karya manusia, menggambarkan nilai budaya yang tinggi terkait teknologi, seni rancang bangun, dan nilai filosofis. Fragmen arca Nogobondo menjadi refleksi keharmonisan antara manusia dengan alam yang diwujudkan dalam Benda yang mengandung dan memanfaatkan unsur alam (air/tuk). |
| Nama Pemilik Terakhir | : | Kasultanan Yogyakarta |
| Nama Pengelola | : | Kasultanan Yogyakarta |
| Catatan Khusus | : | Koordinat pada SK: 7°48'37,0998"S, 110°23'40,2275"E; 49M 433243 E 863374 NKondisi Saat Ini: Fragmen Arca Nogobondo di Rejowinangun ini berada pada kondisi rusak. Kondisi kepala naga dalam keadaan tidak utuh dan badan sebagian tertimbun material longsoran. |