Loading

Jaladwara Sendang Surocolo No. Inv. C.41

Status : Benda Cagar Budaya

Deskripsi Singkat

Jaladwara Sendang Surocolo (Nomor Inventaris C.41) berada di area Sendang Surocolo yang secara administratif terletak di Padukuhan Poyahan, Kalurahan Seloharjo, Kapanewon Pundong, Kabupaten Bantul. Sendang dinamakan Surocolo sebab berada di wilayah kampung bernama Surocolo. Kampung Surocolo terletak di ujung barat pegunungan Sewu, sebelah selatan Sungai Opak dan sebelah utara Pantai Parangkusumo, pada ketinggian 357 meter dari permukaan laut. Berdasarkan penuturan penduduk setempat, nama Surocolo berasal dari kata suro yang artinya berani dan coloatau cecolo yang artinya petunjuk. Dengan demikian surocolo diyakini sebagai tempat diturunkannya petunjuk. Oleh karena itu banyak pengunjung yang datang ke Surocolo untuk bertapa dan meditasi.

Sendang Surocolo terdiri dari tiga buah kolam buatan dengan uraian sebagai berikut:
1. Kolam Utama
Kolam Utama terletak di sebelah utara. Kolam berbentuk peregi panjang dengan ukuran 20,72 m x 11,5 m. Kolam merupakan penampungan aliran air dari sumber yang berada di lahan bagian atas. Pinggiran kolam ditutup dengan batu andesit dan plesteran semen. Lantai kolam sebagian di antaranya ditutup dengan batu andesit.

2. Kolam Barat
Kolam barat berbentuk persegi empat dengan ukuran 4,7 m x 4 m Tepi dan lantai ditutup dengan blok batu andesit. Pada sudut tenggara kolam terdapat jaladwara dengan Nomor Inventaris C.41 yang digunakan mengalirkan air dari sumber yang berasal dari lahan di bagian atas.

3. Kolam Timur
Kolam timur berbentuk persegi empat dengan ukuran 7,6 m x 6,6 m. Bagian tepi dan lantai ditutup dengan blok batu andesit. Pada sisi selatan kolam terdapat jaladwara dengan Nomor Inventaris C.42 yang juga digunakan mengalirkan air dari sumber yang berasal dari lahan di bagian atas. 

Jaladwara diduga sebagai bagian dari struktur petirtaan. Hal ini karena jaladwara dijadikan penanda dari air keramat selayaknya air amerta. Jaladw?ra atau jaladh?ra dalam bahasa Sanskerta diartikan sebagai jalan air atau pintu saluran air (Zoetmulder, 2011). Jaladwara dapat diidentifikasi dari bentuknya yang khas yakni berbentuk hewan mitologi gabungan dari gajah pada bagian kepala dan ikan di bagian ekornya. Hewan mitologi tersebut diyakini oleh umat Hindu hidup di sungai Gangga yang airnya berasal dari gunung Mahameru.

Saat ini Jaladwara Sendang Surocolo (Nomor Inventaris C.41) diperkuat dengan plesteran semen sehingga menyatu dengan tepi kolam.

Status : Benda Cagar Budaya
Periodesasi : Klasik
Bagian dari : Situs Surocolo
Alamat : Padukuhan Poyahan, Seloharjo, Pundong, Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta.

SK Walikota/Bupati : SK BUP Bantul 271/2023


Bahan Utama : Batu Andesit
Keterawatan : Utuh dan Terawat,Utuh /
Dimensi Benda : Panjang 160 cm
Lebar 50 cm
Tinggi -
Tebal 106 cm
Diameter 16 cm
Berat -
Ciri Fisik Benda
Ciri Fisik Benda
Fungsi Benda
Dimensi Struktur
Gambaran Umum Bentuk Bangunan
Konteks : Kebudayaan Hindu berkembang di Jawa pada abad ke-7 Masehi. Melalui Prasasti Dakawu/Tukmas yang ditemukan di Grabag, Magelang dapat diketahui adanya masyarakat pemeluk agama Hindu yang memuja mata air suci yang mengalirkan air layaknya Sungai Gangga. Pada abad ke-8, agama Hindu menjadi salah satu agama kerajaan Mataram Kuno yang berdiri di wilayah Jawa Tengah dan Yogyakarta. Raja pertama Mataram Kuno yang bernama Sanjaya merupakan penganut agama Hindu. Ia mendirikan lingga di atas Gunung Wukir sebagai bukti kejayaannya. Penerus Sanjaya yang beragama Hindu kemudian memerintahkan pendirian Candi Prambanan yang megah sebagai tempat sembahyang kerajaan. Di Bantul, perkembangan agama Hindu dapat diketahui melalui temuan berupa bangunan, struktur, arca, dan prasasti yang tersebar dari bagian utara hingga selatan Kabupaten Bantul. Sebagaimana dapat dilihat dari Candi Gampingan di Piyungan, petirtaan Payak di Piyungan, serta Yoni Karanggede di Sewon.Di Sendang Surocolo Pundong ditemukan dua buah jaladwara. Pada tahun 1990 kedua jaladwara tersebut diiventaris oleh Suaka Peninggalan Sejarah dan Purbakala Daerah Istimewa Yogyakarta (menjadi Balai Pelestarian Cagar Budaya Daerah Istimewa Yogyakarta, sekarang Balai Pelestarian Kebudayaan Wilayah X) dengan nomor inventaris C.41 dan C.42.Sendang Surocolo diperkirakan merupakan mata air yang muncul secara alami. Dalam kepercayaan Hindu–Buddha, air (tirtha) ialah titik awal kehidupan serta tempat bersemayamnya kekuatan dewa. Petirtaan dibangun di lerenglereng gunung/perbukitan sebab diyakini sebagai tempat yang baik karena letaknya yang tinggi. Air yang keluar dari lereng gunung dianggap keramat seperti air amerta yang keluar dari Gunung Mahameru, gunung pusat alam semesta dan axis mundi seluruh kosmos. Karena sifatnya yang keramat, maka air diberi jaladwara. Melalui jaladwara, mengalir air suci yang dapat membasuh dosa-dosa dalam upacara pemujaan dewa.
Nilai Sejarah : Memperlihatkan bukti-bukti peradaban sejarah di Indonesia, pengenalan agama dan kebudayaan India, dan teknik pahat yang memperlihatkan kemajuan kehidupan masyarakat waktu itu, serta menunjukkan informasi bahwa di Padukuhan Poyahan, Kalurahan Seloharjo, Kapanewon Pundong sudah ada masyarakat yang menganut agama Hindu dalam tata kehidupan yang terstruktur. 
Nilai Ilmu Pengetahuan : Mempunyai potensi untuk diteliti dalam rangka menjawab masalah di bidang ilmu arkeologi, sejarah, dan antropologi.
Nilai Agama : Menunjukkan adanya benda yang masih terkait dengan aktivitas keagamaan atau religi agama Hindu pada abad ke-8 hingga abad ke-10.
Nilai Budaya : Memiliki nilai budaya bagi penguatan kepribadian bangsa yaitu sebagai hasil kebudayaan yang mencerminkan jati diri suatu bangsa, kedaerahan atau komunitas tertentu yaitu komunitas penganut agama Hindu pada abad ke-8 hingga ke-10 di Kapanewon Pundong.
Pemilik
Nama Pemilik Terakhir : Balai Pelestarian Kebudayaan Wilayah X dan Kalurahan Seloharjo
Pengelolaan
Nama Pengelola : Balai Pelestarian Kebudayaan Wilayah X dan Kalurahan Seloharjo
Catatan Khusus : Kondisi Saat Ini: Kondisi obyek utuh dan baik.