Loading

Lonceng A dan Lonceng B di Sekolah Dasar Negeri 1 Ponjong

Status : Benda Cagar Budaya

Deskripsi Singkat

Lonceng A 
Lonceng A berukuran tinggi 22 cm, garis tengah bawah 8 cm, garis tengah atas 6 cm. Lonceng terdiri atas bagian pegangan dan genta. Pada bagian pegangan lonceng dihias dengan bentuk dua sosok arca yang berdiri dengan tangan bersedekap. Kedua arca berdiri saling membelakangi. Bentuk arca unidentified, setinggi 4 cm. Pada bagian genta, terdapat hiasan semacam sulur-suluran. Di bagian dalam genta lonceng terdapat bandul atau anak lonceng. Bandul tersebut diikat dengan sebuah tali pada bagian atas sisi dalam genta.  

Hiasannya tumpal, geometris. 
Ada antefiks pada bagian atas genta. 
Ada lapisan patina. 
Arca : Secara ikonografi tidak ada. 
Teknik pembuatan masih belum bagus. 

Lonceng B 
Lonceng B berukuran tinggi 20 cm, garis tengah bawah 8,3 cm, garis tengah atas 4,5 cm. tinggi kayu pegangan 12 cm. diameter lubang kayu 2 cm. Badan lonceng tidak berhias. Badan lonceng bermotif tumpal atau mega mendung. Di bagian dalam terdapat bandul yang dikaitkan dengan tali.

Status : Benda Cagar Budaya
Alamat : SDN Ponjong 1 Gunungkidul Padukuhan Karangijo , Ponjong, Ponjong, Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta.
Koordinat:
7.97409° S, 110.70994° E

SK Walikota/Bupati : SK BUP Gunungkidul 411/KPTS/2021


Lokasi Lonceng A dan Lonceng B di Sekolah Dasar Negeri 1 Ponjong di Peta

Keterawatan : /
Dimensi Benda : Panjang -
Lebar -
Tinggi -
Tebal -
Diameter -
Berat -
Ciri Fisik Benda
Ciri Fisik Benda
Fungsi Benda
Dimensi Struktur
Gambaran Umum Bentuk Bangunan
Peristiwa Sejarah : A. Arti dan Sejarah Lonceng di Sekolah Dasar Negeri 1 Ponjong Lonceng atau genta atau bel dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia berarti alat yang terbuat dari logam berongga, berbentuk setengah bulatan atau kerucut yang dapat bergetar dan menghasilkan bunyi dering kalau dipukul atau terpukul oleh pemukul yaitu bandul yang ada di dalamnya. Bunyi yang dihasilkan oleh alat tersebut, digunakan sebagai tanda yaitu terdengar sebagai tanda masuk kerja, pulang kerja dan tanda istirahat. Lonceng yang digunakan di sekolah merupakan alat penanda dimulainya suatu kegiatan yang berlangsung di sekolah. Kegiatan yang dimaksud yaitu  pembelajaran atau proses berlangsungnya kegiatan guru mengajar kepada murid di dalam kelas. Genta dalam Kamus Istilah Arkeologi bermakna yang sama dengan bel ataupun lonceng. Lonceng atau genta memiliki bentuk yang bermacam-macam. Ada yang menyerupai stupa, kubah, atau pipa. Genta atau lonceng memiliki rongga di bagian dalam yang menghasilkan gema, dan mulut terbuka di bagian bawah sebagai jalan keluar suara. Beradasarkan jenisnya lonceng dapat dibedakan lonceng gantung dan lonceng bertangkai. Lonceng bertangkai adalah lonceng yang memiliki tangkai di bagian puncak, umumnya memiliki bandul yang berukuran kecil.  Sejarah lonceng di Indonesia umumnya memiliki keterkaitan dengan penggunaan alat tersebut di masa lalu yaitu pada periode Klasik di Indonesia. Studi etnoarkeologi terhadap pemanfaatan lonceng hingga saat ini masih berlangsung di Bali. Masyarakat Hindu di Bali masih menggunakan alat tersebut dalam ritus keagamaan mereka. Lonceng biasa digunakan oleh para pendeta dalam melakukan kegiatan keagamaan. Lonceng digunakan sebagai tanda dimulainya upacara keagamaan. Dalam arti khusus, suara lonceng dibunyikan sebagai media penolak roh-roh jahat.  Penggunaan lonceng dalam upacara keagaamaan juga terjadi di Agama Katolik di Indonesia. Lonceng dalam Agama Katolik digunakan sebagai tanda dimulainya persembahan kepada Roh Suci Maha Kudus. Gereja katolik biasanya juga memiliki lonceng atau genta besar yang digantungkan di tempat yang tinggi. Lonceng-lonceng tersebut dibunyikan dalam waktu-waktu tertentu sebagai penanda akan dimulainya upacara peribadatan. Dalam waktu tertentu, lonceng gereja juga dibunyikan sebagai tanda kejadian yang sangat penting sebagai contoh : perpindahan waktu jam 00.00 dalam perayaan Tahun Baru. Dalam hal ini lonceng dibunyikan berulangkali dalam waktu yang lebih lama dibandingkan hari-hari biasa. Pada awal pendidikan modern di Indonesia yaitu pada awal abad ke-20, Pemerintah Kolonial Belanda mengadopsi penggunaan lonceng atau genta sebagai alat penanda masuk sekolah.  Sekolah tersebut semula merupakan De Gouvernement Inlandsche School der tweede Klasse te Pondjong, atau sekolah pemerintah Angka Loro (dua) di Ponjong. Tujuan didirikannya sekolah Angka Loro adalah memberantas buta huruf dengan mendidik rakyat bumiputra pada tingkat dasar atau setara dengan Sekolah Dasar saat ini. SDN 1 Ponjong pertama kali dibuka pada 1 September 1921 dan didirikan pada tanah milik kraton. Pembangunan De Gouvernement Inlandsche School der Tweede Klasse bertalian erat dengan kebijakan politik etis pemerintah kolonial terutama dalam bidang pendidikan. Sekolah angka loro memiliki masa pendidikan selama tiga tahun.  De Gouvernement Inlandsche School der Tweede Klasse saat pertamakali dibuka menampung 140 siswa yang usianya berkisar antara 6 tahun sampai 12 tahun. Jumlah tersebut dibagi dalam tiga kelas berdasarkan usia dan kemampuan dasar yang para calon siswa didik. Di era kemerdekaan, Inlandsche School der (tweede) Klasse te Ponjong kemudian menjadi SD ke-13 di Gunungkidul pada 1 September 1971 dan berubah nama menjadi Sekolah Dasar Negeri 1 Ponjong hingga saat ini. Lonceng A dan Lonceng B SDN 1 Ponjong, menurut penjelasan Kepala Sekolah yang bernama Agus Jumaeri yang menirukan penjelasan sejumlah saksi sejarah merupakan salah satu peninggalan sekolah yang sudah ada sejak jaman Belanda. Kedua benda tersebut merupakan benda bersejarah yang turut menjadi bagian penting dalam proses belajar mengajar siswa sejak sekolah tersebut berdiri. Penggunaan Penanada waktu : Waktu masuk kelas pagi Waktu istirahat  Waktu selesai istirahat Waktu Pulang sekolah B. Sejarah Pelestarian Lonceng Sekolah  Menurut penjelasan Agus Jumaeri, Kepala Sekolah SDN 1 Ponjong, lonceng tersebut merupakan peninggalan Belanda yang digunakan hingga sekitar tahun 1991. Sesudah tahun 1991, kedua lonceng sudah tidak digunakan lagi karena diganti dengan bel listrik. Setelah tidak digunakan lagi, lonceng disimpan ke dalam lemari dan hanya seskali dibersihkan dengan kain lap seadanya untuk perawatannya. 
Nilai Pendidikan : Dalam bidang pendidikan, arkeologi, dan sejarah, Lonceng A dan Lonceng B di Sekolah Dasar Negeri 1 Ponjong menjadi bukti perkembangan pendidikan modern di wilayah Gunungkidul.
Pemilik
Nama Pemilik Terakhir : Sekolah Dasar Negeri 1 Ponjong.
Pengelolaan
Nama Pengelola : Sekolah Dasar Negeri 1 Ponjong.
Catatan Khusus : Koordinat UTM : 49M  X:0468034  Y:9118203