| Bahan Utama | : | Batu Batu Putih |
| Keterawatan | : | Utuh dan Terawat,Utuh / |
| Dimensi Benda | : |
Panjang 86 cm Lebar 33 cm Tinggi - Tebal - Diameter bawah: 26 cm; atas: 29 cm Berat - |
| Peristiwa Sejarah | : | Sejarah Pelestarian Menhir D.89.1 Riwayat penemuan benda-benda purbakala di wilayah Bleberan, sudah dimulai sejak tahun 1938/1939 oleh Van Der Hoop. Upaya penelitian pelestarian temuan masa prasejarah di wilayah Bleberan dilanjutkan dengan pembebasan sebuah lahan tegalan yang semula merupakan milik Bapak Sangadi. Di lahan tersebut ditemukan banyak fragmen kubur batu, fragmen pecahan gerebah, tulang-tulang manusia dan hewan, fragmen menhir, menhir, serta bekal kubur berupa manik-manik. Dengan demikian dapat diduga bahwa lahan tersebut merupakan situs prasejarah. Pemerintah melalui Suaka Peninggalan Sejarah dan Purbakala (SPSP) pada tahun 1999 membebaskan lahan untuk kemudian dijadikan Penampungan benda-benda purbakala di wilayah Playen. Sejak ditemukan pada tahun 2019, Fragmen Menhir D.89.1 di simpan bersama dengan temuan lain dan diletakkan di Penampungan Bleberan hingga saat ini. |
| Konteks | : | Sejarah Penemuan Menhir di Gunungkidul Benda-benda peninggalan masa Megalitik banyak diketemukan di daerah Gunungkidul, terutama di wilayah kecamatan Ponjong, Karangmojo, Paliyan, Playen, danSaptosari. Istilah megalitik dikenal untuk menyebutkan salah satu budaya yang menggunakan batu-batu besar sebagai sarananya. Benda-benda batu tersebut dibuat dengan tujuan sakral seperti pemujaan terhadap nenek moyang. Dengan melakukan tradisi pemujaan terhadap nenek moyang, pendukung tradisi megalitik (manusia prasejarah) percaya bahwa kehidupan mereka akan terhindar dari ancaman bahaya. Kehadiran nenek moyang yang dipuja dengam media benda-benda megalitik akan menimbulkan kedamaian, ketentraman, kesuburan, dan keselamatan. Catatan penemuan benda-benda Megalitik di Gunungkidul banyak ditulis oleh Pemerintah Kolonial pada masa sebelum kemerdekaan dan di masukkan ke dalam catatan Rapporten Ondheidkundigen Dients (ROD). Bahkan catatan yang tercantum dalam ROD tahun 1915 masih digunakan sebagai acuan dalam penanganan dan penyelamatan Benda Cagar Budaya di Gunungkidul hingga saat ini.Penelitian terhadap benda-benda Megalitik di Gunungkidul telah dilakukan secara intensif oleh para Peneliti Belanda. Arkeolog Belanda bernama JL. Moens pada tahun 1934, kemudian A.N.J. van Der Hoop pada tahun 1935 telah melakukan penelitian benda-benda prasejarah di Gunungkidul. Hasil penelitian kubur peti batu van Der Hoop di padukuhan Bleberan, Playen, menunjukkan bahwa dalam sebuah kubur peti batu diketemukan 3 buah rangka manusia yang disusun secara bertumpuk. Sebagai catatan penting : penelitian yang dilakukan Hoop pada saat itu merupakan peristiwa penemuan menhir yang pertama kali di wilayah Kecamatan Playen. Menhir yang diketemukan berada tidak jauh dari kubur peti batu. Pada masa setelah kemerdekaan, penelitian terhadap benda Megalitik terus dilakukan. Pada tahun 1968 Haris Sukendar melakukan pengamatan kembali terhadap obyek-obyek penelitian A.N.J. van Der Hoop. Bendabenda megalitik tersebut adalah kubur peti batu dan menhir. Sumiyati Atmosudiro kemudian melakukan kajian terhadap temuan benda cagar budaya di daerah Beji, Kecamatan Playen. Berkaitan dengan penemuan Menhir di wilayah Playen,Sumiyati Atmosudiro mengemukakan pandangannya yang ditulis ke dalam makalah Tinjauan Sementara Tentang Arca Megaltik di Gunungkidul. Menurut Sumiyati, menhir yang diketemukan di Gunungkidul memiliki kemiripan dengan arca menhir di daerah Bondowoso (Jawa Timur), Napu Besoa dan Bada (Sulawesi tengah). Sebagai contoh, sebuah menhir berukuran terpanjang di Penampungan Bleberan memiliki ciri-ciri pahatan sebagai berikut : hidung yang menyatu dengan alis mata, telinga yang panjang, muka berbentuk oval dan datar, dua buah tangan di pahat di sisi kiri dan kanan badan. Menhir tersebut adalah D.89.b yang ditemukan di sebelah selatan penampungan Bleberan. Menhir dengan ukuran panjang 408 cm tersebut saat ini menjadi menhir terpanjang yang pernah ditemukan di wilayah Playen Kabupaten Gunungkidul. |
| Nilai Budaya | : | Fragmen Menhir D.89.1 Penampungan Bleberan, dapat digunakan sebagai penanda bahwa kebudayaan di Gunungkidul menjadi kebudayaan yang paling tua di DIY. |
| Nama Pemilik Terakhir | : | Pemerintah |
| Nama Pengelola | : | Balai Pelestari Kebudayaan X |
| Catatan Khusus | : | Koordinat pada NR: UTM 49 X: 0447847, Y: 9119253Kondisi Saat Ini: Di amankan di Penempungan Bleberan |