Loading

Fragmen Menhir D.89.1

Status : Benda Cagar Budaya

Deskripsi Singkat

Fragmen Menhir D.89.1 (satu) berada di Penampungan Bleberan, yang terletak sejauh 7 kilometer di sebelah barat Kota Wonosari Kabupaten Gunugkidul. Lokasi Penampungan Bleberan berada jauh dari jalan raya dan berada di tengah ladang atau tegalan di sebelah selatan Padukuhan Bleberan Kapanewon Payen. Daerah tersebut memiliki bentang alam bergelombang rendah dan relatif datar sehingga sebagian besar warga masyarakat Bleberan memanfaatkan lahan disana untuk berladang.
 
Penampungan Bleberan berupa sebidang lahan berukuran lebar 29 meter x panjang 31 meter yang berada di sebelah selatan sebuah jalan. Di sebelah timur, selatan, dan barat lahan penampungan berupa hutan atau semacam ladang yang sudah tidak dimanfaatkan lagi. Lahan untuk penampungan didirikan pagar keliling dari bahan besi dengan sebuah jalan masuk pada sisi utara. Pada bagian tengah lahan digunakan sebagai tempat meletakkan koleksi berbagai benda megalitik. Pada bagian tersebut dibangun sebuah kanopi untuk melindungi benda-benda arkeologi dari panas dan hujan. Pada sisi barat daya terdapat sebuah bangunan berupa barak dari bahan kayu untuk istirahat penjaga Penampungan atau semacam ruang Juru Pelihara. Di Penampungan Bleberan terdapat 57 buah koleksi benda ODCB maupun CB yang dikumpulkan dari seluruh wilayah Playen. Seluruh benda tersebut merupakan peninggalan prasejarah budaya Megalitik. Fragmen Menhir D.89.1 merupakan koleksi terakhir Penampungan Bleberan. Benda tersebut ditemukan pada tanggal 10 November 2019 secara tidak sengaja oleh Juru Pelihara yang sedang membuat Lubang Sampah. 

Fragmen Menhir D.89.1 berupa batu putih berbentuk silinder. Dapat disebut sebagai fragmen menhir karena bentuk benda tersebut memiliki ciri ciri hasil pengerjaan manusia berupa pemangkasan batu menjadi bentuk silinder dan memanjang seperti tubuh menhir pada umumnya. Batu ini merupakan pecahan dari menhir besar yang patah beberapa bagian dan salah satunya adalah Fragmen Menhir D.89.1. Secara umum batu berada dalam keadaan aus dan rapuh. Untuk sementarabelum ditemukan lagi pasangan batu atau pecahan lain dari Fragmen menhir ini karena belum dilakukan penggalian lanjutan di sekitar tempat penemuannya. Fragmen Menhir D.89.1 ditemukan di area lahan Penampungan Bleberan. Benda ini dapat digunakan untuk memperkuat penetapan Penampungan Bleberan sebagai Situs Cagar Budaya.

Status : Benda Cagar Budaya
Periodesasi : Prasejarah
Alamat : Padukuhan Bleberan RT 27 RW 04, Bleberan, Playen, Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta.
Koordinat:
7.967611° S, 110.526781° E

SK Walikota/Bupati : SK BUP Gunungkidul 297/KPTS/2024


Lokasi Fragmen Menhir D.89.1 di Peta

Bahan Utama : Batu Batu Putih
Keterawatan : Utuh dan Terawat,Utuh /
Dimensi Benda : Panjang 86 cm
Lebar 33 cm
Tinggi -
Tebal -
Diameter bawah: 26 cm; atas: 29 cm
Berat -
Ciri Fisik Benda
Ciri Fisik Benda
Fungsi Benda
Dimensi Struktur
Gambaran Umum Bentuk Bangunan
Peristiwa Sejarah : Sejarah Pelestarian Menhir D.89.1 Riwayat penemuan benda-benda purbakala di wilayah Bleberan, sudah dimulai sejak tahun 1938/1939 oleh Van Der Hoop. Upaya penelitian pelestarian temuan masa prasejarah di wilayah Bleberan dilanjutkan dengan pembebasan sebuah lahan tegalan yang semula merupakan milik Bapak Sangadi. Di lahan tersebut ditemukan banyak fragmen kubur batu, fragmen pecahan gerebah, tulang-tulang manusia dan hewan, fragmen menhir, menhir, serta bekal kubur berupa manik-manik. Dengan demikian dapat diduga bahwa lahan tersebut merupakan situs prasejarah. Pemerintah melalui Suaka Peninggalan Sejarah dan Purbakala (SPSP) pada tahun 1999 membebaskan lahan untuk kemudian dijadikan Penampungan benda-benda purbakala di wilayah Playen. Sejak ditemukan pada tahun 2019, Fragmen Menhir D.89.1 di simpan bersama dengan temuan lain dan diletakkan di Penampungan Bleberan hingga saat ini.
Konteks : Sejarah Penemuan Menhir di Gunungkidul Benda-benda peninggalan masa Megalitik banyak diketemukan di daerah Gunungkidul, terutama di wilayah kecamatan Ponjong, Karangmojo, Paliyan, Playen, danSaptosari. Istilah megalitik dikenal untuk menyebutkan salah satu budaya yang menggunakan batu-batu besar sebagai sarananya. Benda-benda batu tersebut dibuat dengan tujuan sakral seperti pemujaan terhadap nenek moyang. Dengan melakukan tradisi pemujaan terhadap nenek moyang, pendukung tradisi megalitik (manusia prasejarah) percaya bahwa kehidupan mereka akan terhindar dari ancaman bahaya. Kehadiran nenek moyang yang dipuja dengam media benda-benda megalitik akan menimbulkan kedamaian, ketentraman, kesuburan, dan keselamatan. Catatan penemuan benda-benda Megalitik di Gunungkidul banyak ditulis oleh Pemerintah Kolonial pada masa sebelum kemerdekaan dan di masukkan ke dalam catatan Rapporten Ondheidkundigen Dients (ROD). Bahkan catatan yang tercantum dalam ROD tahun 1915 masih digunakan sebagai acuan dalam penanganan dan penyelamatan Benda Cagar Budaya di Gunungkidul hingga saat ini.Penelitian terhadap benda-benda Megalitik di Gunungkidul telah dilakukan secara intensif oleh para Peneliti Belanda. Arkeolog Belanda bernama JL. Moens pada tahun 1934, kemudian A.N.J. van Der Hoop pada tahun 1935 telah melakukan penelitian benda-benda prasejarah di Gunungkidul. Hasil penelitian kubur peti batu van Der Hoop di padukuhan Bleberan, Playen, menunjukkan bahwa dalam sebuah kubur peti batu diketemukan 3 buah rangka manusia yang disusun secara bertumpuk. Sebagai catatan penting : penelitian yang dilakukan Hoop pada saat itu merupakan peristiwa penemuan menhir yang pertama kali di wilayah Kecamatan Playen. Menhir yang diketemukan berada tidak jauh dari kubur peti batu. Pada masa setelah kemerdekaan, penelitian terhadap benda Megalitik terus dilakukan. Pada tahun 1968 Haris Sukendar melakukan pengamatan kembali terhadap obyek-obyek penelitian A.N.J. van Der Hoop. Bendabenda megalitik tersebut adalah kubur peti batu dan menhir. Sumiyati Atmosudiro kemudian melakukan kajian terhadap temuan benda cagar budaya di daerah Beji, Kecamatan Playen. Berkaitan dengan penemuan Menhir di wilayah Playen,Sumiyati Atmosudiro mengemukakan pandangannya yang ditulis ke dalam makalah Tinjauan Sementara Tentang Arca Megaltik di Gunungkidul. Menurut Sumiyati, menhir yang diketemukan di Gunungkidul memiliki kemiripan dengan arca menhir di daerah Bondowoso (Jawa Timur), Napu Besoa dan Bada (Sulawesi tengah). Sebagai contoh, sebuah menhir berukuran terpanjang di Penampungan Bleberan memiliki ciri-ciri pahatan sebagai berikut : hidung yang menyatu dengan alis mata, telinga yang panjang, muka berbentuk oval dan datar, dua buah tangan di pahat di sisi kiri dan kanan badan. Menhir tersebut adalah D.89.b yang ditemukan di sebelah selatan penampungan Bleberan. Menhir dengan ukuran panjang 408 cm tersebut saat ini menjadi menhir terpanjang yang pernah ditemukan di wilayah Playen Kabupaten Gunungkidul. 
Nilai Budaya : Fragmen Menhir D.89.1 Penampungan Bleberan, dapat digunakan sebagai penanda bahwa kebudayaan di Gunungkidul menjadi kebudayaan yang paling tua di DIY. 
Pemilik
Nama Pemilik Terakhir : Pemerintah
Pengelolaan
Nama Pengelola : Balai Pelestari Kebudayaan X
Catatan Khusus : Koordinat pada NR: UTM 49 X: 0447847, Y: 9119253Kondisi Saat Ini: Di amankan di Penempungan Bleberan