Jembatan Kereta Pangukan berada di sebelah selatan Jembatan Pangukan. Secara administratif jembatan ini masuk dalam wilayah Desa Pangukan, Tridadi, Sleman. Keberadaan dari Jembatan Kereta Pangukan tidak lepas dari Stasiun Beran yang berada di timurlaut dari jembatan tersebut. jembatan Pangukan menjadi jalur penghubung antara Stasiun Beran dengan Halte Pangukan. Seiring dengan dibangunnya Pabrik Gula Beran yang berada disebelah barat Stasiun Beran jalur rel ke arah Pangukan semakin ramai untuk pengangkatan hasil dari pabrik tersebut.
Jembatan Kereta Pangukan melintas 20 meter di atas Sungai Bedog pada saat ini
masih dilengkapi dengan rel dan bantalannya serta besi pengait dan baut
skrupnya. Sebelum dilakukan renovasi jembatan ini terbengkalai akibat
ditutupnya jalur Yogyakarta-Magelang. Jembatan Kereta Pangukan memiliki panjang
30 meter dan lebar 2,5 meter dengan orientasi timur-barat. Jembatan tersebut
terbuat dari susunan lempengan dan batang besi baja yang tersambung dalam
system baut, mur, dan las. Jembatan ini memiliki keunikan yaitu pada empat
sudut ujung bawah jembatan terdapat system rol dan engsel. Sistem rol terdapat
diujung bawah sisi timur sedangkan system engsel berada diujung bawah sisi
barat. System ini merupakan inisiatif dari NISM (Perusahaan Keretapi Swasta
pada masa Pemerintahan Belanda), dimana system ini ditujukan untuk
menghindarkan patah atau lengkung pada jembatan pada saat dilewati beban berat.
Dengan system tersebut Jembatan Pangukan tidak akan mengalami masalah ketika
dilewati keratapi dengan beban yang lebih besar dari jembatan itu sendiri.
Pemilik/pengelola bangunan ini menerima penghargaan Pelestari Warisan Budaya / Cagar Budaya dari Pemerintah Daerah Daerah Istimewa Yogyakarta pada tahun 2008.
Referensi:
Bahan Pendamping | : | semen (pondasi), besi rel dan fondasi besi. |
Dimensi Benda | : |
Panjang Lebar Tinggi Tebal Diameter Berat |
Bahan Utama | : | Batu Bata |
Bahan Pendamping | : | semen (pondasi), besi rel dan fondasi besi. |
Jenis Struktur | : | Lain-lain |
Panjang | : | 30 m |
Lebar | : | 4,5 m |
Tinggi | : | 4,45 m |
Jenis Bangunan | : | Lain-lain |
Peristiwa Sejarah | : | Jembatan ini merupakan peninggalan sejarah masa kejayaan perkebunan tebu di wilayah Sleman. Jembatan dibangun oleh Nederlandsch Indische Spoorweg Maatschappij (NIS) pada tahun 1896 sebagai sarana transportasi barang maupun manusia dari Jalur Yogyakarta – MagelangTransportasi kereta apai di Magelang tidak bisa dipisahkan dengan peran pemerintah kolonial yang menguasi Indonesia. Magelang mulai ramai dengan adanya industri, sekolah, rumah sakit, dan basis militer. Pemerintah kolonial kemudian menghubungkan Magelang dengan kota lainnya di Jawa seperti Semarang, Yogyakarta dan Parakan. Jalur kereta api ke Magelang merupakan perpanjangan jalur dari Semarang – Ambarawa – Secang, kemudian dihubungkan dengan Yogyakarta. Pada masa itu banyak dibangun stasiun jalur Magelang – Yogyakarta, sehingga merupakan bukti adanya mobilitas yang tinggi antar kedua kota. |
Nilai Sejarah | : | jembatan ini digunakan untuk penyebangan kereta api pada masa Hindia Belanda dengan rute Yogyakarta-Magelang. Jembatan ini dilewati pertama kali setelah rute Yogyakarta-Magelang selesai dibangun pada tahun 1898. |
Nama Pemilik Terakhir | : | PT. KAI Persero DAOP VI Yogyakarta |
Nama Pengelola | : | PT. KAI Persero DAOP VI Yogyakarta |
Catatan Khusus | : | Bekas jembatan Pangukan atau Bedog terletak di tepi Jalan Pangukan, Tridadi, Sleman. Menjadi salah satu bangunan yang termasuk warisan budaya Indonesia diresmikan pada tahun 2008 oleh Gubernur Sri Sultan hamengku Buwono X.Jembatan Kereta Api Pangukan ini berhenti beroperasi ketika rute kereta Yogyakarta-Magelang dihentikan dan sempat terbengkalai. Beruntung, pemerintah setempat melakukan pemugaran jembatan dan menjadikannya salah satu bukti sejarah dan warisan budaya Indonesia. Saat ini bangunan jembatan Pangukan masih terlihat utuh dengan potongan rel yang masih terpasang pada jembatan lengkap dengan bantalannya.Menurut informasi yang didapat, menyebutkan bahwa jembatan Pangukan memiliki keunikan yang tidak dimiliki oleh jembatan-jembatan lain di Indonesia. Pada sudut tumbu jembatan yang terletak pada keempat ujung bawahnya yang menumpu pada penyangga beyon, terdapat sistem roll dan engsel. Sistem roll terletak di dua ujung tumpuan bagian timur dan sistem engsel terletak di ujung tumpuan bagian barat.Sistem ini merupakan sistem yang dibuat oleh Nederlandsch Indische Spoorweg Maatschappij (NIS) atas jembatan itu untuk mengamankan ruas jembatan agar terhindar dari bahaya patah atau melengkung ketika dilewati kereta (beban berat). Jadi, ketika bentangan jembatan ini dilewati kereta api yang beratnya puluhan bahkan ratusan ton, maka beban tekan dan beban tariknya akan dieliminasi oleh pergerakan roll dan engsel-engsel di kedua ujung bawah jembatan. |