Loading

Petilasan Pesanggrahan Ambarketawang

Status : Struktur Cagar Budaya

Deskripsi Singkat

Berdasarkan pemetaan yang dilakukan oleh Suaka Peninggalan Sejarah dan Purbakala Daerah Istimewa Yogyakarta pada tahun 1984/1985, terdapat empat tinggalan berupa struktur yang masih tersisa dari Pesanggrahan Ambarketawang yaitu: (1) benteng pesanggarahan, (2) kestalan, (3) pondasi pesanggrahan, dan (4) benteng kademangan.  

1. Petilasan Pesanggrahan Ambarketawang. 
Petilasan Pesanggrahan Ambarketawang terletak di sebelah selatan Gunung Gamping. Saat ini petilasan Pesanggrahan Ambarketawang terdiri dari: 

a. Sisa-sisa Benteng 
Benteng pesanggrahan terletak di sebelah barat hingga selatan gunung gamping. Tidak hanya tersisa benteng, tapi juga terdapat sisa-sisa tembok dan struktur lainnya yang diduga merupakan bagian dari bangunan. Tembok benteng yang masih tersisa di atas permukaan tanah terdapat di sisi utara, barat dan selatan, sementara di sisi timur sudah tidak tersisa sama sekali. Tembok tersebut dibuat dengan bata plester dengan ukuran rata-ratanya adalah lebar 12 cm, panjang 24 cm, tebal 5 cm dengan tebal spesi 2-3 cm dan plesterannya 2 cm. Secara keseluruhan rata-rata tebal tembok adalah 54 cm.  

Sisa tembok sisi utara berada di selatan jalan menuju Cagar Alam Gunung Gamping dan utara pemakaman. Sisa tembok tersebut memiliki ukuran panjang 6,1 m dan tinggi 3,2 m. Pada bagian puncak miring 30°, sisi dalam lebih tinggi dari sisi luar. Saat ini sisa tembok sisi utara digunakan juga sebagai dinding kompleks pemakaman.  

Sisa tembok sisi barat membujur dari utara ke selatan. Sisa tembok tersebut sudah tidak utuh karena ada beberapa bagian tembok yang sudah roboh sebagian maupun keseluruhan. Panjang tembok sisi barat yang tersisa pada tahun 1984 adalah ± 54.4 m. Saat ini tembok sisi barat tinggal tersisa sepanjang 43 m yang terbagi dalam lima tembok. Panjang panjang masing-masing tembok dari utara ke selatan adalah 19,5 m, 10,5 m, 0,5 m, 8 m dan 4,5 m. Tinggi rata-ratanya adalah 0,5-2 m, sementara lebar tembok adalah 54 cm. Pada tembok sisi barat yang berada tepat di barat Bangunan I seharusnya terdapat hiasan dinding berupa ukiran burung, namun bagian tersebut sudah roboh.  

Sisa tembok sisi selatan menurut peta yang dibuat oleh Suaka Peninggalan Sejarah dan Purbakala Daerah Istimewa Yogyakarta tahun 1984/1985 menyambung dengan tembok sisi barat, namun saat ini dari tembok sisi barat dengan tembok sisi selatan tidak ada sisa tembok sama sekali sepanjang 1,4 m. Kemungkinan tembok tersebut roboh keseluruhan. Baru kemudian terdapat tembok dengan ukuran panjang 3,4 m dan tinggi rata-rata 2 m. Sepanjang 2,5 m selanjutnya tembok roboh keseluruhan. Kemudian terdapat sisa tembok dengan panjang 3 m dan tinggi 1 m, serta sisa tembok yang lebih tinggi dengan panjang 9,2 m dan tinggi 2,5 m. Pada tembok dengan ketinggian 2,5 m tersebut masih tersisa bagian puncaknya dengan kemiringan 30°. Berdasarkan ekskavasi pada bulan Oktober 1980 ditemukan fondasi berbentuk empat persegi panjang dengan ukuran 6 x 4 m di tengah bekas tembok sisi selatan, dan juga ditemukan sudut bagian tenggara benteng sisi selatan.  

Tembok sisi timur sudah tidak tersisa tembok sama sekali, tetapi berdasarkan ekskavasi dapat diketahui bahwa panjang pondasi yang lurus ke utara sepanjang 40 m, kemudian belok ke barat sepanjang 5 m dan serong ke barat laut sepanjang 9 m. Selanjutnya lurus lagi ke barat sepanjang 20 m dan bertemu dengan tembok benteng sisi barat.  Saat ini di bagian sisi timur yang merupakan jalur benteng sisi timur terdapat dua batu andesit dengan lebar 48 cm, tinggi 12 cm dan panjang masing-masing 67 cm dan 70 cm.  

b. Sisa-sisa Bangunan 
Terdapat susunan bata yang berada di dalam benteng. Beberapa susunan bata tersebut diduga merupakan bagian dari tiga bangunan. Bata yang digunakan sama seperti bata untuk tembok benteng, yaitu bata berplester dengan ukuran panjang 24 cm, lebar 12 cm, dan tebal 5 cm.  
 
- Bangunan  I 
Susunan bata bangunan I terdapat di sebelah barat, selatan dan utara pendopo baru. Ukuran dari stuktur bata bangunan I sisi barat memanjang 9,38 m dari utara ke selatan, sisi selatan dengan panjang 3,9 m dan bagian sisi utara sepanjang 1,05 m. Pada bagian tengah susunan bata sisi barat terdapat penampil dengan panjang 2,5 m, lebar 1,1 m dan tinggi 30 cm di atas permukaan tanah. Terdapat  tangga di sisi utara dan selatan penampil, masing-masing terdiri dari empat anak tangga. Saat ini tangga sisi selatan tertimbun tembok sisa benteng yang roboh dan yang tampak hanya tangga sisi utara dengan dua anak tangga berukuran lebar 38 cm dan tinggi 15 cm. Pada sisi barat daya  dan barat laut dari bangunan I terdapat sudut bangunan yang menonjol ke luar 6 cm dan masing-masing sisinya berukuran sekitar 1,05-1,12 m.  
- Bangunan II 
Susunan bata bangunan II terletak di sebelah utara bangunan I memanjang dari utara ke selatan dengan ukuran panjang 11,7 m dan lebar 45 cm.  
- Bangunan III 
Susunan bata bangunan III terletak di sebelah timur laut dari bangunan II. Susunan bangunan III terdiri dari struktur bata membentuk huruf L dengan ukuran panjang 15 m membujur arah utara selatan dan lebar 9 m dan sisa lantai berbentuk tidak beraturan dengan ukuran luas ± 22 m². Saat ini struktur bata berbentuk L sebagian tertimbun dalam tanah, sehingga tidak begitu terlihat.  

c. Gorong-gorong 
Pada bagian tengah bekas Pesanggrahan Ambarketawang terdapat urung-urung atau saluran. Urung-urung tersebut berupa susunan bata plester dengan bentuk irisan menyerupai huruf U terbalik dengan lebar 2 m. Beberapa bagian urung-urung ada yang muncul di permukaan tanah dan ada sebagian yang masih terpendam. Bagian urung-urung yang terlihat di atas permukaan tanah memiliki panjang 10 m dan lebar 1,2 m. Berdasarkan penggalian tahun 1980, urung-urung tersebut sebelum ke luar dari kompleks pesanggrahan membelok ke barat sepanjang tiga meter dan selanjutnya kembali lurus ke selatan. Fungsi dari urung-urung masih belum diketahui, kemungkinan untuk menyimpan senjata atau sebagai saluran air atau sebagai jalan keluar apabila terjadi serangan dari musuh. 

2. Kestalan 
Berdasarkan peta yang dibuat oleh Suaka Peninggalan Sejarah dan Pubakala Daerah Istimewa Yogyakarta, terdapat sisa tembok kestalan yang berada kurang lebih 100 meter selatan bekas Pesanggrahan Ambarketawang. Pada saat ini sisa tembok sudah tidak terlihat karena berganti menjadi rumah penduduk.  

3. Pondasi Pesanggrahan 
Pondasi pesanggrahan berada di sebelah timur laut dari bekas Pesanggrahan Ambarketawang. Pondasi pesanggrahan tersebut sudah pernah dipugar oleh Balai Pelestarian Cagar Budaya Daerah Istimewa Yogyakarta pada tahun 2014 dan saat ini lokasi tersebut dikelilingi oleh perumahan. Pondasi pesanggrahan memanjang utara selatan dan memiliki ukuran keseluruhan 49, 5 m, lebar 1,7 m serta tinggi 92 cm pada jarak 25,5 m dari utara terdapat tangga yang menjorok ke barat 70 cm dengan lebar per tangga 20 cm dan tinggi 20 cm. Pada bagian tersebut sepanjang 2,1 m tinggi tembok lebih rendah dari sekitarnya. Titik 36,4 m dari utara terdapat tambahan tembok ke barat dengan ketebalan 50 cm.  

4. Benteng Kademangan 
Sisa tembok benteng kademangan berada sekitar 180 m barat daya bekas Pesanggrahan Ambarketawang, lebih tepatnya terletak di sisi selatan dan barat daya dari Masjid Gedhe Ambarketawang. Bahan yang digunakan adalah bata plester. Sisa tembok paling selatan berbatasan dengan jalan raya memiliki ukuran panjang 22,5 m, tinggi 1,2 m dan lebar 0,4 m. Sisa tembok sebelah utara tersisi dua bagian, sisa tembok pertama tepat di sebelah selatan masjid, sementara sisa tembok kedua berada di selatan jalan kampung. Sisa tembok pertama memiliki panjang 8,2 m, lebar 28 cm dan tinggi 2,52 m memanjang timur-barat. Pada jarak 1,4 dari barat bagian tembok menjorok ke dalam sepanjang 1,6 m. Sisa tembok kedua memiliki panjang 5 m, tinggi 1,5 m dan lebar 30 cm. Antara sisa tembok bagian selatan dengan tembok bagian utara ditemukan dua umpak dengan ukuran 36 cm x 36 cm dan tinggi 30 cm.

Status : Struktur Cagar Budaya
Periodesasi : Islam
Alamat : Tlogo Lor, Ambarketawang, Gamping, Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta.
Koordinat:
7.805381° S, 110.319422° E

SK Walikota/Bupati : SK Bupati Sleman 3.15/Kep.KDH/A/2020


Lokasi Petilasan Pesanggrahan Ambarketawang di Peta

Dimensi Benda : Panjang
Lebar
Tinggi
Tebal
Diameter
Berat
Ciri Fisik Benda
Ciri Fisik Benda
Fungsi Benda
Dimensi Struktur
Gambaran Umum Bentuk Bangunan
Tokoh : Sri Sultan Hamengku Buwana I
Peristiwa Sejarah : Sebelum dikenal sebagai Pesanggarahan Ambarketawang, tempat tersebut menurut cerita-cerita lisan, bernama Purapara yang artinya adalah istana sebagai tempat untuk persinggahan pada waktu orang berpergian (pepara) ataupun berburu. Keterangan tersebut memperkuat dugaan bahwa kemungkinan Pesanggrahan Ambarketawang sudah ada sejak masa Kerajaan Mataram Islam (Kartasura) dan digunakan raja dan pengiringnya jika berburu hewan di hutan beringan dan sekitarnya.  Nama Ambarketawang berasal dari kata ambar yang artinya harum dan ka-tawang dari kata tawang yang artinya angkasa atau atas atau tempat yang tinggi. Hal tersebut menunjukkan makna Ambarketawang sebagai suatu tempat tinggi yang harum, yang dimungkinkan merujuk pada diri Pangeran Mangkubumi.  Setelah Perjanjian Gianti tahun 1755, sembari menunggu pembangunan Kraton, Pangeran Mangkubumi atau Sultan Hamengku Buwana I bersama pengikutnya bertempat tinggal di Pesanggarahan Ambarketawang selama satu tahun. Sultan Hamengku Buwana menetap sejak Kamis pon tanggal 3 Sura-Wawu 1681 Jw atau 9 Oktober 1755 M. Pesanggarahan Ambarketawang juga memiliki fungsi pertahanan karena letaknya berada di sebelah barat daya dari Gunung Gamping yang secara fisik dapat memberi perlindungan. Hal tersebut juga dipengaruhi karena masih adanya perseteruan antara Pangeran Mangkubumi dengan Paku Buwana III bersama Belanda.   Berdasarkan Babad Mentawis disebutkan bahwa setelah sepuluh bulan bersemayam di Ambarketawang, Sultan Hamengku Buwana I bertekad untuk segera dapat berkedudukan di Yogyakarta. Pembangunan kota dan istana didirika secara berangsur-angsur. Saat sebagian dari bangunan Kraton Yogyakarta selesai dibangun, Sultan Hamengku Buwana I pindah ke Kraton sekitar 20 bulan setelah Perjanjian Giyanti tepatnya pada hari Kamis pahing tanggal 13 Sura – Djimakir 1682 Jw atau 7 Oktober 1756 M. 
Konteks :
Riwayat Pengelolaan : Tahun 1977/1978, Kantor P dan K Wilayah Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta mengelola Taman Geologi dan Peninggalan Sejarah dari endapan batu kapur di Tlogo. 
Riwayat Pelestarian : Tahun 1978/1979, Proyek Taman Geologi dan Peninggalan Sejarah mengamankan dan melestarikan Gunung Gamping dan upacara bekakak dengan memberi pagar pengaman sisa gunung gamping dan membangun panggung untuk upacara penyembelihan bekakak. Tahun 1979/1980, Team survey Proyek Taman Geologi dan Peninggalan Sejarah melaksanakan survei arkeologi di daerah peninggalan Pesanggrahan Ambarketawang dan penelitian sejarahnya.  Tahun 1980/1981, Proyek Taman Geologi dan Peninggalan Sejarah P dan K Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta bekerja sama dengan Balai Arkeologi Yogyakarta melakukan ekskavasi untuk mengetahui pola struktur bangunan di dalam kompleks Ambarketawang. Tahun 1984/1985, Suaka Peninggalan Sejarah dan Purbakala Daerah Istimewa Yogyakarta melakukan kegiatan pemetaan detail situs Ambarketawang, Kecamatan Gamping, Kabupaten Sleman. 
Riwayat Pemugaran : Tahun 2013 dan 2014, Balai Pelestarian Cagar Budaya Daerah Istimewa Yogyakarta melaksanakan pemugaran pada bagian pondasi pesanggarahan. 
Nilai Sejarah : Pesanggrahan Ambarketawang memiliki peran penting yaitu digunakan Pangeran Mangkubumi atau Sultan Hamengku Buwana I bersama pengikutnya bertempat tinggal di selama satu tahun menunggu Keraton yang baru dibangun.
Nilai Ilmu Pengetahuan : Pesanggrahan Ambarketawang memiliki potensi untuk diteliti lebih lanjut terutama dalam kaitannya dengan perkembangan Keraton Yogyakarta.
Nilai Budaya : Petilasan Pesanggrahan Ambarketawang di Dusun Tlogo Lor, Desa Ambarketawang, Kecamatan Gamping, Kabupaten Sleman merupakan struktur yang harus diutamakan untuk dilestarikan dalam wilayah Kabupaten Sleman karena merupakan bukti awal pemerintahan Kesultanan Yogyakarta. 
Pemilik
Nama Pemilik Terakhir : Kasultanan Yogyakarta
Pengelolaan
Nama Pengelola : Kasultanan Yogyakarta
Catatan Khusus : Luas lahan pesanggrahan : ± 7 HaKoordinat UTM SK : 49 UTM X: 0424964, Y: 9137157