Loading

Masjid Pathok Negara Dongkelan

Status : Bangunan Cagar Budaya

Deskripsi Singkat

Istilah pathok negara menurut Carey (1981) adalah seorang ulama yang membantu tugas penghulu dalam pengadilan agama. Sebelum tahun 1831, terdapat empat pathok di Yogyakarta dan Surakarta. Keempat pathok negara dan penghulu sering disebut tiang agama Islam. Selain itu keempat pathok negara tersebut adalah tempat belajar ilmu agama. Menurut Carey, tempat yang disebut pathok negara adalah Dongkelan, Kasongan, Papringan, Plasa Kuning, dan Purwareja. Pathok negara bertugas di serambi yang berfungsi untuk pengadilan agama. Tugas seorang pathok negara adalah membantu tugas penghulu kraton sebagai pelaksana fungsi keagamaan kerajaan terutama dalam peradilan agama.

Menurut catatan dari Kawedanan Pengulon yang berjudul “Pratelan Saking Kawedanan Pengulon Karaton Yogyakarta”, masjid-masjid pathok negara yang terdapat di Kasultanan Yogyakarta berjumlah lima buah yaitu Masjid Mlangi, Masjid Wonokromo, Masjid Babadan, Masjid Ploso Kuning, dan Masjid Dongkelan. Dalam catatan ini sebutan pathok negara berlaku bagi masjid-masjid tertentu Kagungan Dalem.

Masjid Pathok Negara Dongkelan, sesuai namanya, merupakan salah satu dari empat masjid dengan status pathok negara. Masjid ini juga memiliki nama lain yang lebih dikenal di masyarakat Dongkelan, yaitu Masjid Nurul Huda.

Di sebelah barat masjid terdapat kompleks makam. Kompleks makam memiliki pintu gerbang berbentuk lengkung atau semi circular stilted. Bagian atas gerbang berbentuk ornamen mahkota, dan sisi kanan kirinya dihias dengan ornamen. Di kompleks makam ini terdapat beberapa makam penting, di antaranya: Kyai Syihabudin (pendiri Masjid Pathok Negara Dongkelan dan cikal bakal Desa Dongkelan), Kyai Ali Maksum, dan K.H. Ahmad Warson Munawir (pimpinan Pondok Pesanten Krapyak).


Status : Bangunan Cagar Budaya
Periodesasi : Islam
Alamat : Kauman, Dongkelan, Tirtonirmolo, Kasihan, Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta.
Koordinat:
7.823673° S, 110.350881° E

SK Gubernur : Keputusan Gubernur No. 25/KEP/
SK Walikota/Bupati : SK Bupati Bantul No 604


Lokasi Masjid Pathok Negara Dongkelan di Peta

Dimensi Benda : Panjang
Lebar
Tinggi
Tebal
Diameter
Berat
Ciri Fisik Benda
Ciri Fisik Benda
Fungsi Benda
Jenis Struktur : Tradisional
Dimensi Struktur
Jenis Bangunan : Tradisional
Fungsi Bangunan : Religi/Keagamaan
Komponen Pelengkap :
  1. Pintu,Asli
  2. Ventilasi,Asli
  3. Jendela,Asli
  4. Kolom/Tiang,Asli
  5. Lantai,Diganti
  6. Plafon,Asli
  7. Atap,Diganti
Gambaran Umum Bentuk Bangunan
Deskripsi Jendela : Di sisi kanan dan kiri mihrab terdapat masing-masing sebuah jendela dengan dua daun jendela berteralis kayu. Atap ruang utama masjid berbentuk tumpang satu yang ditutup dengan mustaka berbentuk gada bersulur. Langit-langit masjid dibagi menjadi empat bidang, masing-masing dihias dengan padma yang dikelilingi empat pasang tombak rangkap. Batas antara tumpang pertama dan kedua dipasangi ventilasi kaca berjumlah dua belas buah.
Deskripsi Pintu : Di sebelah utara dan selatan ruang utama terdapat pawestren yang saat ini tidak lagi digunakan untuk sholat melainkan difungsikan untuk gudang. Lantai pawestren lebih rendah daripada lantai ruang utama masjid. Pintu menuju pawestren dari ruang utama masjid berjumlah dua buah. Pintu sisi barat terbuka tanpa daun pintu dan berbentuk melengkung atau semi-circular. Pintu di sisi timur berdaun dua dan berbentuk persegi panjang. Di antara dua pintu pawestren terdapat satu jendela berdaun dua dengan teralis kayu.
Deskripsi Atap : Atap serambi Masjid Pathok Negara Dongkelan berbentuk limasan. Serambi ditopang oleh delapan buah tiang yang didirikan di atas umpak batu andesit berpola hias padma ganda. Di serambi terdapat bedug kayu nangka yang dibuat tahun 1901 dan direhab pada tanggal 1 Januari 2004. Saat ini bedug masih difungsikan.
Fungsi Situs : Religi/Keagamaan
Fungsi : Religi/Keagamaan
Tokoh : Kyai Syihabuddin
Peristiwa Sejarah : Masjid Pathok Negara Dongkelan didirikan pada tahun 1775 M oleh Kyai Syihabuddin atas perintah Sultan Hamengku Buwana I (1755-1792). Masjid ini dibangun di atas tanah perdikan yang diberikan oleh Sultan Hamengku Buwana I sebagai balas jasa setelah Kyai Syihabudin mengalahkan Raden Mas Said. Pada masa Perang Diponegoro (1825-1830), Masjid Pathok Negara Dongkelan sempat dijadikan basis pasukan Pangeran Diponegoro. Oleh karena itu masjid menjadi sasaran perang dan akhirnya dibakar oleh Belanda. Masjid kemudian dibangun kembali setelah perang berakhir. Di atas masjid dipasang kembali mustaka asli dari tanah liat berukuran 70 cm x 45 cm yang dihiasi ornamen sulur dan ornamen menyerupai wajah manusia.
Riwayat Pemugaran : Masjid Pathok Negara Dongkelan mengalami pemugaran pada tahun 1901. Pemugaran ini mengganti mustaka tanah liat asli dengan mustaka yang terbuat dari seng berbentuk gada bersulur. Mustaka tanah liat kini disimpan di rumah Kyai Komari. Setelah itu masjid dipugar kembali pada tahun 1948 untuk menambahkan serambi yang semula hanya berupa selasar.
Nilai Sejarah : Memberikan informasi bukti penyebaran Agama Islam di Dukuh Dongkelan, Bantul.Berperan sebagai basis pasukan Pangeran Diponegoro dalam Perang Diponegoro (1825-1830).
Nilai Ilmu Pengetahuan : Menunjukkan telah dikuasainya seni bangun masjid pada masa itu.Bermanfaat untuk dijadikan objek penelitian arkeologi, arsitektur, antropologi, dan sejarah.Merupakan objek konservasi kayu, kulit, dan batu andesit.
Nilai Agama : Masjid Pathok Negara Dongkelan merupakan bukti penyebaran Agama Islam di Indonesia terutama di Bantul.
Nilai Budaya : Masjid Pathok Negara Dongkelan dapat menguatkan kepribadian bangsa, khususnya masyarakat Bantul.
Pemilik
Nama Pemilik Terakhir : Keraton Kasultanan Yogyakarta
Pengelolaan
Nama Pengelola : Burhanudin, keturunan ketujuh dari Kyai Syihabudin pendiri Masjid Path
Catatan Khusus : Masjid Pathok Negara Dongkelan merupakan bangunan yang memiliki nilai penting sebagai masjid pathok negara.  Sistem peletakan dan pembangunan masjid pathok negara hanya dimiliki oleh Kesultanan Yogyakarta sebagai penanda keistimewaan Yogyakarta. Luas bangunan Masjid adalah 391,66 m², terdiri atas:? bangunan utama = 9,40 m x 9,38 m     ? serambi = 13,95 m x 7,90 m         ? ruang perpustakaan = 2,5 m x 9,38 m   ? pawestren = 2,5 m x 9,38 m           ? tempat wudu utara dan tempat menyimpan peralatan = 11 m x 8,80 m                     ? tempat wudu sisi selatan = 6,70 m x 7,40 m.